Mohon tunggu...
iin nuraeni
iin nuraeni Mohon Tunggu... Guru - seorang ibu yang menyukai anak-anak, suka menulis, dan ingin terus belajar.
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Belajar sepanjang hayat

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Artikel Utama

Cerpen: Temani Aku Sebentar Saja

6 April 2022   10:42 Diperbarui: 8 April 2022   20:45 708
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Bagaimana hubunganmu sama Fatimah" tanya Ibu sambil duduk di sebelahku.

 "Aku sibuk Bu " jawabku tanpa ekspresi.

"Sempatkanlah menemuinya, hampir 2 tahun kamu tak menemuinya" lanjut ibu

"Nanti saja Bu, setelah pekerjaan ini selesai" lanjutku sambil mataku tak lepas dari layar monitor laptopku.

Ya sudah terserah kamu, ingat Fatimah anak yang baik sekali, dia sering kesini menemani Ibu, dan sering membawakan makanan buat Ayah, ketika Ayah sakit.

Hampir tiga hari aku hanya fokus ke pekerjaanku, walaupun sudah diingatkan oleh Ayah dan Ibu.

Senja itu, aku menemui fatimah di rumahnya, Aku menemui Ayah dan Ibunya, dan berjanji akan segera melamarnya di bulan Syawal, setelah Dia selesai kuliah. Aku melihatnya tersenyum ketika menjamu kami dengan teh dan sepiring pisang goreng.

Mereka sangat ramah dan hangat, ah aku tersipu melihat keramahan mereka, seharusnya aku bersyukur, tetapi saat ini pikiranku masih pada tumpukan pekerjaan.

Betapa jahatnya aku, segera aku tepis pikiran tentang pekerjaan, aku mengajak beliau berdua membicarakan banyak hal, mereka sangat luar biasa sekali dalam mendidik putra-putrinya, aku berharap sekali, Fatimah yang akan menjadi Ibu dari putra-putriku kelak.

***

Pertemuan di akhir tahun yang sebentar saja, aku kembali ke Jakarta dan berkutat dengan pekerjaanku yang tidak ada selesainya, karierku membaik, aku semakin sering tak menghubunginya, walau dia selalu sabar menunggu, aku memang egois, tapi perasaan itu hanya datang sekilas dalam pikiranku, kembali aku dengan prinsipku, kalau materi akan membuat kita bahagia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun