Mohon tunggu...
iin nuraeni
iin nuraeni Mohon Tunggu... Guru - seorang ibu yang menyukai anak-anak, suka menulis, dan ingin terus belajar.
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Belajar sepanjang hayat

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Artikel Utama

Cerpen: Temani Aku Sebentar Saja

6 April 2022   10:42 Diperbarui: 8 April 2022   20:45 708
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Waalaikumsalam Mas " terdengar suara lembut dari seberang

Perkenalan pun berlanjut, walaupun kami belum pernah bertemu, bertatapan wajah, hanya sekilas kala itu, wajahnya yang manis dan sangat memesona selalu mengusik angan dan khayalku.

Pertemuan yang kami rencanakan tak bisa terlaksana, karena aku mendapatkan panggilan kerja ke Jakarta di sebuah perusahaan, dan pastinya aku akan rindu sekali, aku berusaha memberanikan diri mengungkapkan apa yang aku rasakan, aku akan siap andai dia sudah memiliki seorang yang spesial dalam hatinya, tapi tekadku sudah kuat, sebelum janur kuning melengkung di depan rumahnya, aku akan berjuang untuk mendapatkan cintanya.

Selepas aku salat Isya, aku ambil ponsel, dan aku akan berjuang untuk mendapatkan cintanya (tekadku yang tak akan berubah), malam ini aku lihat rembulan menampakkan wajahnya dengan senyuman yang hangat, aku rebahkan raga ini, sambil aku pegang ponsel, mataku tak berkedip sedikit pun, dan aku cari namanya dalam kontakku. Ah sudah ketemu aku melompat dari kasurku, dan beranjak ke kursi di pojok kamar.

"Assalamualaikum Mbak ..." sapaku lewat notifikasi whatsapp, dia sedang online (seruku sambil kusandarkan tubuh ini), dan tak lama centang dua itu pun berwarna biru, beberapa detik kemudian.

"Waalaikumsalam..." balas dia.

Aku tersenyum sendiri, sambil aku bayangkan dia sedang tersenyum membaca salamku (mulai baper).

Dengan mengumpulkan keberanian, aku bercerita kalau sejak melihatnya di acara wisuda waktu itu aku selalu terbayang wajahnya,  Dia sangat kaget sekali, secepat itukah, sedangkan dia akan memberikan jawaban setelah aku menemui orang tuanya.

"Siap, aku akan datang ke rumahmu untuk menemui ayah dan ibumu" janjiku di malam itu.

Cinta yang sedang bersemi dan bermekaran dalam hati membuatku selalu ingin menghubungi dia, ya dia, gadis salihah dan  manis, yang senyumnya selalu bertengger di dalam pikiranku. Semangat kerjaku luar biasa, aku akan mengumpulkan pundi-pundi uang untuk segera melamarnya.

Dengan berjalannya waktu, detik berganti menit, menit berganti jam, dan jam pun berganti hari. Pada tahun pertama, aku masih suka menghubungi dia, tetapi dengan bertambahnya kesibukanku.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun