"Belum, masih nunggu hujan reda Pak" lanjutku.
"Kamu bawa motor...?" lanjutnya bertanya, sambil menoleh menunggu jawabanku.
Aku mengangguk. Pria itu lantas duduk disebelahku, berkata jika dia akan menemaniku menanti hujan reda tanpa memberi kesempatan padaku menjawab ya atau tidak. Tidak berapa lama hujanpun reda, aku minta ijin untuk pulang lebih dulu, dan entahlah obrolan singkat ini sangat mengesankan, Dia yang telihat keras di mata mahasisa dan bahkan seakan killer, namun dibalik semua itu, Dia yang sagat ramah dan penuh perhatian.
Malam telah larut, ketika Pak Irianto tiba-tiba menghubungiku, menanyakan apakah tugas skripsiku sudah selesai di bagian abstrak. Dia menawarkan bantuan dan aku dipersilahkan menghubunginya jika mengalami kesulitan. Dengan senang hati dia akan membantu.
Obrolan di aplikasi Whats_App malam itu berlanjut sampai malam-malam berikutnya, Aku semakin merasa nyaman dengan Dia, walaupun aku tak tahu siapa Dia sebenarnya, Â Aku merasa nyaman itu saja yang mmebuat hubungan ini semakin dekat. Selalu ada saja alasan untuk menemuiku atau sekedar menelepon, Aku semakin terpesona dengan perhatian dan tutur katanya.
Seperti malam ini, yang semakin larut bahkan suara jangkrik pun sudah tak terdengar karena sudah lelah  menemaniku malam ini, tapi dia masih saja menelponku, aku terlena dengan buaian kata-katanya, dan akhirnya, Aku mohon ijin kalau Aku sudah mengantuk berat.
Entahlah, apakah ini cinta ataukah rasa penghormatanku kepada Dia, karena Dia Dosen pembimbingku, Aku tak tahu, yang aku rasakann gelora cintaku  membara, walau sudah Aku peringatkan untuk tidak terus bergelora, ah malam ini aku terlelap dengan kebimbangan ku dengan semua ini.
                                          ***
Seringkali dia bercerita tentang beberapa masalah, dan minta pendapatku, aku menjawab dengan apa yang aku tahu dan aku dengar, dia bilang merasa cocok denganku. Aahh aku semakin melayang-layang jauh ke angkasa. Anganku melambung tinggi mengharapkan dia menyatakan cintanya.
Pertemuan demi pertemuan berikutnyapun kami agendakan, Aku semakin terlena dengan kharisma dan bagaimana dia memperlakukanku, seperti sore ini di sebuah kafe dekat Malioboro.
"Tania, bolehkah aku mengutarakan sesuatu...?" pintanya sambil menatapku tajam, dan penuh harap.