"Percayalah bahwa setiap penyakit selalu ada obatnya. Allah SWT tidak akan menguji hamba-Nya diluar batas kemampuanya. Kamu hanya perlu berpikir positif dan bangkit dari keputusasaan." And when I am ill, it is He who cures me. -- (QS. Asy-Syu'ara: 80)
Allah menguji hamba-Nya dengan berbagai jenis ujian, ada yang dengan kemiskinan, kelaparan, kesedihan dan penyakit. Allah mengujiku dengan memberikan seorang putra yang mengidap suatu penyakit yang mematikan. Alhamdulillah dengan Ridha dan kekuatan  kini Arianu sudah sembuh total.
Namanya Arianu, kini usianya sudah menginjak 35 tahun, sudah berkeluarga dengan seorang istri yang setia, dan 2 buah hati yang cantik, dan ganteng. Dia ingin berbagi sesuatu. Kala itu....
Arianu kecil yang lucu, ketika itu dia berusia 10 tahun, bersekolah di Sekolah Dasar Melong IV Cibeureum, Cimahi, mengalami demam tinggi, tubuhnya lemas, tidak berselera makan, dan limpa mengalami pembengkakan, tidak berapa lama Arianu kecil dibawa ke dokter praktek tempat biasanya Arianu dan keluarganya berobat, belum ada hasil, masih mengonsumsi obat penurun demam, dengan anjuran apabila demam masih belum turun segera tes laboratorium.
Arianu kecil mengalami demam tinggi selama beberapa hari, demam yang tak kunjung turun membuat resah dan gundah kami (ayah dan mamanya), maka Arianu kecil di bawa ke Rumah Sakit Santo Borromeus.
Menunggu hasil laboratorium yang menegangkan membuat Arianu kecil rewel dan membuat kami semakin bersedih, dengan kesabaran kami, Arianu bisa lebih tenang...
"Bisa bicara sebentar Pak Whisnu ...?" pinta Dokter Danu
"Baik Dok ..." Ayah Arianu menjawab dengan hati penuh harapan, semoga kabar yang dia terima tidak terlalu menyedihkan.
Tuhan... bagai petir di siang hari mendengar vonis dokter kalau Arianu kecil mengidap penyakit leukimia limpoblastik akut.
Dokter whisnu menjelaskan dengan panjang lebar, mulai gejala, pengobatan, penanganan, dan memberikan harapan, juga motivasi, agar kami sekeluarga bisa menghadapinya dengan kesabaran, doa, dan ikhtiar.
Aku menemui istriku, dan Arianu kecil, aku pun memeluk mereka berdua, tanpa ada satu kata pun dari mulutku, kami kembali ke rumah, karena mulai besok Arianu kecil sudah mulai di rawat secara efektif di Rumah Sakit Bromeus.
Sesampai di rumah, tak banyak yang kami bicarakan, kami menyiapkan berbagai keperluan, dan segera menghubungi saudara agar mau menunggu rumah, karena ada Rio kecil (adik Arianu) yang masih berusia 4 tahun, akan kami tinggal, selama kami opname di Rumah Sakit.
Arianu kecil, yang tidak tahu apa yang dia derita, demam yang tinggi mulai menurun dampak reaksi obat, dan bisa tertidur dengan tenang, sedangkan kami merasa terpukul sekali, sedih sekali, tetapi kami harus bisa menerima semua ini, dengan ketabahan, dan aku percaya bahwa setiap penyakit akan ada obatnya, seperti janji-Nya.
                              *****
Suara ayam berkokok membangunkanku yang tidur tak terlalu pulas, aku ambil wudhu dan kupasrahkan jiwa dan ragaku pada-Nya, aku percaya Dia akan memberi jalan keluar terbaik.
Awan tak begitu cerah di pagi ini, menutupi sang mentari yang enggan pula membagikan cahayanya, walau aku menunggu, dengan harapan, cahaya itu akan memberikan semangat padaku...
Pagi ini, kami harus berkemas, Arianu kecil bertanya ...
"Ayah ... kita mau ke mana ...?" tanya Arianu kecil
"Kita ke Rumah Sakit lagi yaa ... !" ajak ayah lembut
"Aku kan sudah sembuh Ayah, nih kepalaku sudah gak panas lagi ...!" sahut Arianu kecil sambil menyentuh dahinya.
"Kita bertemu dokter ganteng ya, sama suster cantik kemarin ..." lanjut Ayah menahan rasa sedih (jangan sampai Arianu kecil sedih).
"Horeee, Aku akan bertemu dokter ganteng itu, kemarin dia cerita lucu lho Yah ...." sahutnya lagi.
"Yuk kita berangkat ... ! ajak Ayah sambil menuntun Arianu kecil ke dalam mobil, sedangkan istriku masih menyiapkan keperluan Arianu dan kami selama di rumah sakit.
      Sepanjang perjalanan Arianu kecil terus bercerita dan di selingi nyanyian kecil kesukaan dia, Tuhan, jangan sampai dia tahu, kalau di balik keceriaannya tersembunyi penyakit yang terus menghantuinya...(sambil aku dengarkan ceritanya dan aku selingi dengan candaan untuk menghibur diriku).
      Setiap keputusan atau tindakan yang kita ambil, pasti akan timbul baik atau buruknya, ketika kami terus memperhatikan dan memantau perkembangan penyakit Arianu kecil, kakak dan adik Arianu mulai tidak terurus, pembantu tidak bisa menyelesaikan masalah, akhirnya aku minta bantuan Bude, dan pakdenya (kakak dari mamanya Arianu kecil untuk ikut membantu menjaga kakak dan adik Arianu). Alhamdulillah semua bisa teratasi.
                             ******
       Perjalanan panjang akan segera kami jalani, pengobatan yang berkepanjangan, rasa lelah, sedih, gelisah, akan terus ada di hadapan kami, keluar dan masuk Rumah Sakit akan kami jalani, demi  Arianu kecil yang lucu dan pintar.
        Aku sering sekali menangis di antara kesendirianku, di atas sejadah aku ceritakan pada-Nya, bahwa apa pun keputusan Allah adalah yang terbaik.Â
        Sampai di suatu hari kami harus melakukan kemoterapi demi kesembuhan Arianu kecil, kemoterapi yang membuat dia menjadi gundul (hatiku sedih dan sakit sekali melihatnya), dia yang selalu ceria, dan justru keceriaan itu yang membuat aku sedih dan bahkan sering kali aku menangis menjerit di sepanjang perjalanan pulang ketika aku membeli atau mengambil obat, sambil menyetir mobil aku tumpahkan rasa sakit ini dengan tangisan yang keras, aku tak peduli yang lain menertawakanku, yang aku mau aku ingin melepaskan semuanya, dan ketika aku ada di hadapan Arianu aku akan semakin lega karena kesedihanku sudah aku keluarkan dengan jeritan dan teriakan.
"Ayah ... rambutku kok gundul ya Yah ...!" tanya Arianu kecil di suatu sore.
"Ooh, kamu dulu pernah bilang ke Ayah kalau kamu ingin berambut gundul ...!" sahutku mencari jawaban yang tidak membuatnya sedih.
"Iya yah ... aku lupa" sahut Arianu
"Nanti akan tumbuh lagi..." jawabku membesarkan hatiku dan hatinya.
"Biar rambutnya cepat tumbuh kamu harus rajin minum susu, makan banyak, dan tentunya harus terus ceria ..." lanjutku lagi.
       Selama kemoterapi dan pengobatan Arianu, dalam pengawasan Profesor Ponpon, seorang dokter ahli, yang sangat baik sekali. Beliau sangat membantu sekali, keramahan, dan kesabaran Beliau sangat membantu kesembuhan Arianu, di samping anugerah Allah, dan obat-obatan yang sangat mahal pastinya.
      Untuk membantu penyembuhan pun kami pesankan susu kuda liar asli yang kami beli langsung dari Sumbawa.
      Tugasku sebagai ayah, juga sebagai sahabat Arianu, karena aku harus menemaninya di sepanjang waktu, berangkat kerja aku dari Rumah Sakit, berpamitan pada Arianu, istirahat siang aku kembali ke Rumah Sakit, dan kembali ke kantor setelah jam istirahat selesai.
      Sepulang dari kantor aku masih  pulang dulu, melihat kakak dan adik Arianu, sedangkan mamanya Arianu akan terus di Rumah Sakit, karena Arianu kecil selalu ingin di temani. lanjut malam hari aku kan kembali ke Rumah Sakit, dan mamanya akan pulang untuk menyiapkan keperluan kami sekeluarga, lelah memang, dan itu kami jalani selama 10 tahun, keluar masuk Rumah Sakit sudah kami anggap bermain dan menginap di hotel, dan dengan kebesaran Allah, aku bekerja di sebuah perusahaan BUMN sehingga keperluan berobat, menginap di Rumah Sakit, biaya yang berhubungan dengan Arianu di jamin oleh perusahaan, aku tak bisa membayangkan kalau aku tidak bekerja di sebuah Perusahaan BUMN, entah apa yang bisa aku gunakan untuk berobat Arianu, bisa-bisa rumah yang kita tempati untuk berteduh pun pastinya akan kami jual.
      10 tahun kami menjalaninya, mulai berobat rutin, kemoterapi, radiasi, dan masih banyak lagi pengobatan, yang semuanya di bawah pengawasan Profesor Ponpon. dan suatu hari ...
"Selamat pagi Arianu, bagaimana kabarmu pagi ini ...?" tanya Profesor Ponpon (selalu itu sapaan awal, yang membuat Arianu merasa nyaman selama berobat dengan Beliau).
      Waktunya Arianu kontrol, selalu di sambut dengan makanan kesukaan, dan bahkan hadiah kecil seperti mobil mainan, atau robot (walau sebenarnya hadiah itu dari kami orang tuanya, dengan harapan Arianu semakin semangat ketika harus melewati kemoterapi).
      Arianu kecil ketika duduk di kelas 4 Sekolah Dasar, hampir setahun tidak  bisa mengikuti pembelajaran, karena harus istirahat total, berobat, atau opname rutin.
      Dengan kebijakan dari sekolah, maka Arianu mendapatkan keringanan mengikuti pembelajaran di kelas 4 dan 5 dengan kompensasi yang membuat Arianu semakin semangat, walau hanya bisa hadir di sekolah beberapa hari saja selama di kelas 4 dan 5, kemudian di kelas 6 Arianu bisa mengikuti lebih banyak waktu, sampai lulus, dan  bisa melanjutkan sekolah SMPN 4 di kota Bandung, selama sekolah SMP Arianu remaja, sudah bisa mengikuti pembelajaran dengan baik, dan pastinya dalam pengawasan Profesor Ponpon dan tim medis Rumah Sakit Santo Borromeus.
      Selama di sekolah menengah, Arianu remaja tumbuh dan berkembang normal layaknya remaja lainnya, sampai Arianu bisa menyelesaikan pendidikan di SMPN 4 kota Bandung dengan nilai baik, lanjut Arianu remaja melanjutkan sekolah ke SMA Angkasa di Cimahi, perkembangan dan pertumbuhan pun sangat luar biasa baik, pengobatan yang masih rutin, kontrol dengan profesor Ponpon pun masih berlanjut, berkat dorongan dari semua pihak, apa pun pengobatan mulai kemoterapi, pengambilan sumsum tulang bagian belakang pun di jalani oleh Arianu dengan gembira, itu yang membuat kami dan tim medis semakin semangat, bahwa kanker bisa di sembuhkan.
      Alhamdulillah, usia 20 tahun, Profesor Ponpon, dan semua tim Rumah Sakit  Borromeus menyatakan kalau Arianu sudah sembuh, dan pada kesempatan itu pula Arianu remaja melakukan khitan, yang semuanya di kerjakan oleh profesor Ponpon dan tim medis Rumah Sakit Santo Borromeus, dengan kemurahan dan kasih sayang-Nya semua berjalan dengan baik.
      Arianu pun bisa menyelesaikan kuliah dengan mengambil program studi desain grafis sesuai cita-citanya, dan lulus dengan  nilai memuaskan, kini Arianu telah menikah dan dikaruniai seorang istri yang cantik dan setia, mereka di karuniai 2 buah hati dari pernikahan mereka yaitu Arsyela dan Arsy.
      Kami sebagai orang tua, sangat berbahagia sekali, dan tak lupa aku bersyukur kepada Allah SWT, yang sudah memberikan kesempatan kepada kami untuk bisa merawat Arianu sampai sembuh, dan ucapan terima kasih kepada Profesor Ponpon yang terus bekerja keras demi kesembuhan Arianu, Tim Medis yang terus memberikan pengobatan tanpa kenal waktu, perusahaan tempat aku bekerja yang telah membantu biaya pengobatan, keluarga yang terus memberikan dukungan baik moril maupun materil, dan semua pihak yang terus memberikan kami dukungan dan bantuan, semoga Allah membalas semua kebaikan dengan kebaikan yang lebih. Amin.
Bangil, 8 Maret 2022
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H