Mohon tunggu...
iin nuraeni
iin nuraeni Mohon Tunggu... Guru - seorang ibu yang menyukai anak-anak, suka menulis, dan ingin terus belajar.
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Belajar sepanjang hayat

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Unforgettable

24 Februari 2022   08:03 Diperbarui: 24 Februari 2022   08:05 304
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

                                                                           

hujan-hujanan-6216d7348700643a19106812.jpg
hujan-hujanan-6216d7348700643a19106812.jpg
                                                                                                UNFORGETTABLE

Saat hujan turun, semua menjelma menjadi kenangan. bahkan rintiknya bukan lagi air tetapi rindu yang berguguran, mengenangmu mimpi yang tak bertepi.

Senja ini hujan kembali turun dengan derasnya, serasa di tumpah ruahkan oleh sang pencipta, aku hanya bisa memandang guguran air hujan lewat jendela kaca, ku sentuh kaca yang berembun, basah.....seperti hatiku yang kini basah dan gelisah.

                                                                                                         *****

Senja ini hujan datang menyapaku, aku terdiam dan jiwaku menerawang jauh kesana, lapangan bola yang basah terkena air hujan yang lebat, jalanan tanah merah yang becek....indah nian kenangan itu. Ku lirik bingkai foto di sudut kamar, ah tawa itu sungguh mengingatkan ku sama kalian, ya kalian sahabat kecilku.

Kawan....masih ingatkah kalian akan masa itu?, masih ingatkah?, walau aku tak tahu kini kalian dimana, hemm

Masih ingatkah kala itu...........?

                                                            ******

Aku, Budi, Azka, Agus, dan Udin bersahabat sejak kecil,  kamipun bertetetangga, dan kamipun bersekolah di sekolah yang sama, dan kelas yang sama., Kami selalu bermain, mengaji bersama, ah masa itu.

 Kami tinggal di sebuah desa di belakang perkebunan karet, udara yang sejuk yang membuat kami begitu mencintai desa kami, udara sejuk, tanah yang subur, dan masyarakat yang ramah......(kampung halamanku).

Jarak sekolah pagi dan sekolah sore dari rumah sekitar 1 kilometer, kami biasa berjalan kaki, kami berjalan di bawah pohon karet yang rindang, sambil bergurau atau mengobrolkan mimpi semalam atau bahkan nanti di sekolah mau jajan apa....hemm

Sore itu, kami pulang sekolah sore bercerita dan bergurau di halaman sekolah, saat itu awan kumulus hitam mewarnai langit yang bertambah gelap, dengan berlari-lari kami akan pulang, tapi kali ini, kami akan pulang di bawah guyuran air hujan, seru sekali, tas kami titipkan ke Pak Kursim, beliau penjaga sekolah dan kami tetanggaan.

Kami sengaja melewati lapangan sepak bola yang berumput, asik lho main hujan di atas rumput, kejar-kejaran, dan sirat-siratan air, tidak peduli baju basah kuyup, atau teriakan Pak Kursim yang memanggil-manggil kami, kami asyik bermain hujan.

Pada masa itu air hujan sangatlah jernih, tidak di cemari oleh polusi udara, dan polusi debu, kami bermain air hujan sambil pulang ke rumah.

                                                                                                               *****

Aku masih ingat, kalau pulang sekolah kita biasa main di perkebunan karet, sambil mungutin buah karet yang akan kami gunakan bermain gundhu atau lainnya, atau membuat bola dari getah, dengan cara mengiris akar atau batang, sambil duduk bersimpuh mengambil getah karet, lalu di tempelkan di telapak tangan, di gulung perlahan sampai berbentuk bola, dan seterusnya sampai bola di kira cukup besarnya,  kami harus berjalan mengendap-endap agar tidak ketahuan Pak Mandor....he he he, dan kalau ada Pak Mandor kita akan berlari berhamburan ka jalan raya ... seru banget ... (ada anak yang bagian memantau kehadiran pak Mandor), biasanya pakai kode...

"suit..suit...suit...." Udin memberi kode

Kita langsung berkemas dan lari .....

Kami sudah biasa bermain di alam, di kebun, sawah, dan lapangan, permainan kami pun sangat sederhana, bermain kelereng, engklek, petak umpet, dan lompat tinggi (ya karena pada masa itu belum ada gadget he he he....).

Sepulang sekolah pagi (SD), lanjut sekolah siang setelah sholat dhuhur namanya Madrasah, nah di sekolah siang ini, kita akan belajar berbagai macam ilmu agama, seperti Bahasa Arab, Tarikh, Fiqih, Sharaf, dan ilmu lainnya yang ada hubungannya dengan Ilmu Agama Islam. Di sekolah sore ini juga kita belajar sholat berjamaah dan berbagai bentuk praktek keagamaan. Aku masih ingat kalau aku paling gak suka hafalan bahasa arab.

Ketika itu...

"Iqbal ... coba kamu ke depan ...!" panggil Pak Ustadz kala itu

"ya....." bingung banget, aku belum hafal satu pun.

Aku pura-pura sakit kepala, untuk menghindari hafalan ini....he he he...ah masa itu.

kalau sudah gini ... Pak Ustadz akan menghubungi abahku yang kebetulan Ketua Yayasannya. Jadi Pak Ustadz gak bisa berbuat banyak mau marah takut...ha ha ha.

Masa itu yang terkenang dan masih terlukis indah yaitu, waktunya sholat ashar berjamaah, kita akan berlarian ke tempat wudlu dan bergurau sambil sirat-siratan air ... ah masa itu, dan waktu sholatpun adalah masa terindah juga, kita akan menikmati sholat berjamaah dan mendengar ceramah...seru banget.

Kenangan itu tak  berhenti di situ, pulang sekolah kita akan melewati lapangan bola, sambil berlarian, kadang pulang agak lambat kita akan bermain layangan (bukan menonton layangan putus lho). sampai menjelang maghrib tiba.

Menjelang maghrib kita sudah janjian lagi berkumpul di mesjid, sholat maghrib berjamaah lanjut mengaji, kalau sudah waktunya ngaji, kita biasa bermain di terasnya masjid main tebakan atau hafalan surat pendek bersama abahku, sampai waktu sholat isya tiba.

Banyak kenangan yang masih lekat dalam ingatanku, masa kanak-kanak masa yang begitu menyenangkan, bagaimana tidak, pada masa ini kita tidak terbebani tugas apapun kita kan merasakan bahagia dan ceria, kami menjalaninya tanpa ada perbedaan dan pertengkaran (kalau pertengkaran kecil pernah, dan gak lama akur lagi).

Masa itu, ketika kami masih kanak-kanak, kami belum terganggu oleh bermacam siaran tv, karena yang ada pada masa itu hanya siaran TVRI saja, itupun tayangnya tidak sepanjang hari. jadi keseharian kami bermain di alam terbuka.

Dan tibalah kami di masa kami harus melanjutkan sekolah sesuai dengan bakat minat dan cita-cita kami, maka persahabatan itu mulai ada jarak, aku yang meneruskan ke sekolah yang ada di kota kabupaten, ada juga yang melanjutkan ke sekolah di kota provinsi, dan ada pula yang sekolah di kota kecamatan, awal kami masih ada waktu untuk bertemu walau seminggu sekali, semakin lama, karena kesibukan yang padat  satu dengan lainnya, maka pertemuan itupun semakin jarang, lagi pula pada masa itu belum ada ponsel seperti sekarang ini, jadi kami hanya bisa bertemu pada waktu hari raya atau libur sekolah.

Kini kami sudah memilih jalan hidup masing-masing, Siti memilih menjadi Dosen, Agus menjadi tentara, Budi menjadi polisi, Winda memilih menjadi bidan (mengabdi di desa kami), dan aku sendiri berkiprah di dunia pendidikan.

Aku sangat khawatir dengan generasi saat ini, bagaimana tidak, bila kita sebagai orang tua tidak mempersiapkan putra-putri kita yang notabene generasi penerus kita, mereka tidak kita bekali dengan ilmu, iman, dan ihsan, mereka akan tergilas oleh zaman, bisa kita lihat sekarang, banyak orang tua yang menyerahkan pengasuhan kepada pengasuh karena kesibukan meniti karir, mereka hanya berusaha memenuhi kebutuhan materi saja, dan mengesampingkan kebutuhan spiritual, yang menyebabkan mereka melakukan hal-hal yang melanggar aturan agama, atau tidak memiliki karakter yang islami, jiwa mereka gersang, karena kurangnya siraman ilmu agama.

Waktu berjalan begitu cepat, kami masih bisa bertemu walau sangat jarang sekali, setahun sekali pun itu sangat luar biasa, kini kami hanya bisa bertanya kabar lewat sosmed, apalagi semenjak pandemi Covid-19, kami tidak bisa bertemu karena banyak faktor.

Alhamdulillah dengan kemajuan teknologi kini kami lebih sering berkomunikasi, jarak dan waktu sudah tak menjadi masalah. Aku bersyukur memiliki sahabat yang luar biasa semua, sukses, bahagia, dan sehat selalu buat kalian semua.

                                                                                                              *****

Senja ini grup whatsapp kami ramai sekali, kami akan mengadakan reuinian secepatnya, dan Agus telpon Aku...

"Bal ... kita adakan reuni ya ... !" terdengar suara Agus di seberang telpon.

"kapan Gus ... ?" tanyaku penasaran.

"gimana kalau lebaran idul fitri tahun ini ... ?" lanjut Agus sambi menentukan waktunya.

"siap Gus ... !" jawabku penuh semangat, kapan lagi bisa kumpul bareng teman masa kecil.

Sudah terbayang nasi liwet, petei bakar, semur jengkol, sambel goang, ikan mas bakar, dan semua masakan ibu, yang sudah lama tak bisa ku nikmatin (menulis sambil ngiler he he he).

Semoga  pandemi segera berakhir, dan kita akan bertemu kembali dalam suasana dan keadaan yang jauh lebih baik, dan kita bisa napak tilas perjalanan hidup kita, semoga terkabul.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun