Mohon tunggu...
iin nuraeni
iin nuraeni Mohon Tunggu... Guru - seorang ibu yang menyukai anak-anak, suka menulis, dan ingin terus belajar.
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Belajar sepanjang hayat

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Buih Jadi Permadani

19 Februari 2022   10:35 Diperbarui: 19 Februari 2022   10:36 982
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

                                                                        *****

Pagi ini mentari tak secerah kemaren, embunpun mengering seakan tahu hatiku yang sedang sedih, tapi hidup ini harus terus berlanjut, aku harus semangat.

"Mas Bram ... " suara lembut itu menyapaku

"ya Non ... " jawabku tanpa sanggup menatap matanya yang lembut.

"sudah siap berangkat Non ..." aku alihkan pembicaraan ini.

" ya mas , sebentar aku pamit sama papa dan mama ... " sambil melangkah masuk ke dalam.

Non Tiara yang anggun pun keluar dan lanjut berangkat ke kantor, dan biasa aku akan mengantar dan menunggunya sampai waktu pulang tiba. tak ada yang tak mungkin aku lakukan buat mu Non Tiara.

Waktu makan siang, Non Tiara mengajak ku keluar untuk makan siang, Non Tiara tak banyak bicara, tapi dari raut wajahnya dia sedang bingung dan lagi banyak masalah. Aku coba menghibur dengan obrolan ringan, sambil sesekali aku tanya, sedang ada masalah apa.

Tuhan, ternyata Non Tiara bertemu dengan  pacarnya. Dia ganteng, rapih... dan ramah sekali.

Mereka mengobrol banyak, aku hanya bisa memandangnya dari jauh, sambil ku nikmati kopi yang rasanya jauh lebih pahit dari biasanya...

Di perjalanan pulang Non Tiara bercerita kalau pria tadi yang mengobrol dengannya adalah teman kuliahnya yang kini sedang mengambil kuliah S2 di Australia, Non Tiara memohon padaku agar bisa membantunya menyampaikan ke papa dan mamanya, kalau pria tadi serius dan akan segera melamarnya. Tuhan ujian apalagi yang akan aku hadapi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun