"Teh, mau makan apa?" sahut Dia dengan lembut
"Gak mau" jawabku dengan nada kesal
"Teh, nanti perutnya sakit!" Dia merayuku dengan penuh pengharapan
"Gak usah pedulikan aku!" jawabku dengan nada lebih tinggi dari sebelumnya.
Selalu itu drama yang aku lakukan, dengan harapan dia akan sakit hati, marah, terus akan pergi meninggalkan aku dan Bapak.
Ternyata dugaanku meleset, dia selalu melayani dan tidak membalas semua perlakuan burukku.
Sampai akhirnya, Tuhan membuka hati dan pikiranku, betapa baiknya dia, betapa sayangnya dia padaku. Sesampainya di rumah, sikap dia sangat baik, dia selalu membelaku di depan Bapak. Sampai di suatu hari.
"Bu, maafkan teteh ya, yang selalu bersikap tidak baik pada Ibu!" sahutku dengan perasaan sedih (takut permintaan maafku tidak di terima).
"Tidak apa-apa teh", sahut Dia  penuh kelembutan.
"Aku selalu mebuat ibu kecewa", sahutku sambil memeluk dia.
"Sudah ibu maafkan". Dia menjawab sambil memeluk erat tubuhku.