Basa-basi. Ya, itu yang terjadi dalam percakapan kami siang itu. Entah mengapa, aku sendiri bingung apa yang ingin aku katakan. Melihat sorot matanya yang bersembunyi dari tatapanku, aku tak punya keberanian untuk bicara lebih dalam.Â
Aku tidak mau airmata yang dia tahan terjatuh di depanku. Aku paling tidak bisa melihat kesedihan di wajahnya. Aku ingin dia selalu tersenyum, bahagia.Â
Lima belas menit berlalu begitu cepat kurasakan. Sikap salah tingkah kami berakhir dengan suara bel yang berdering di samping meja polisi. Aku keluar dari ruangan.Â
Hatiku memberontak untuk kembali menatapnya. Bahkan mungkin untuk yang terakhir kalinya sebelum aku pulang. Dia tersenyum lepas kepadaku sembari melambaikan tangannya.Â
Sangat manis sekali. Aku membalasnya tak kalah manis. Dan setelah itu, kami berpisah dan tak dapat saling menatap lagi hingga detik ini.