Mohon tunggu...
Iin Indriyani
Iin Indriyani Mohon Tunggu... Novelis - Penikmat Keheningan

Penulis dan Buruh Migran Taiwan

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Muara Hati Sang Novelis, Formosa (Part.2)

6 Desember 2019   18:20 Diperbarui: 6 Desember 2019   18:22 21
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

'Touyuan International Airport', aku menunggu jemputan bis yang akan mengantarkan aku dan teman-teman lain ke penampungan agency, pikirku. Tapi ternyata bukan!. Kami diboyong ke sebuah tempat penampungan yang sangat sempit dan kotor. Koper-koper berserakan di mana-mana.

Bau kamar mandi yang menyengat semakin membuatku ingin muntah yang kutahan sejak tadi. Baru istirahat beberapa puluh menit, seorang wanita bernada suara kasar membawa kami ke tempat check-up.

Selesai check-up, baru kami dijemput oleh agency masing-masing. Kupikir, aku bisa beristirahat di kantor agency walau sebentar saja. Sekali lagi, tidak! Selesai didata, aku langsung diantar ke tempat majikanku. Aku nyaris tak percaya dengan keadaan rumah majikanku saat itu.

Rumah berlantai empat dengan kondisi yang sangat memprihatinkan. Mirip pesawat yang tergelincir di atas landasan. Atau kapal yang pecah di tengah lautan. Rumah itu sangat kotor. Barang-barang berserakan di mana-mana. Kedua mataku terfokus pada wanita paruh baya yang tergeletak di atas kursi.

Wanita gemuk dan tinggi itulah yang sakit lumpuh karena obesitas, istri dari lelaki berhati iblis yang kupanggil Tuan saat itu. Sungguh, hari yang paling melelahkan bagiku. Di detik dan jam yang sama, aku mulai bekerja tanpa istirahat sebentar pun. Inikah Formosa yang syahdu itu?

***

5 Desember 2016,

"Majikanmu meminta kamu untuk bekerja tiga hari lagi. Kamu mau tidak?" tanya penerjemahku, saat hari yang kutunggu-tunggu akhirnya tiba.

"Saya tidak mau."

"Kemarin ada pekerja yang mau gantiin kamu, 'kan? Kenapa dia tidak mau bekerja di sini, ngomong apa kamu sama dia?"

"Saya tidak bicara apa pun dia sudah tahu sendiri. Bekerja di sini bukan hal yang mudah. Dia bekerja baru satu malam sudah tidak tahan. Apalagi saya yang sudah tujuh bulan di sini?" Jawabku.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun