Mohon tunggu...
Iin Indrawati
Iin Indrawati Mohon Tunggu... Mahasiswa - Universitas Sultan Ageng Tirtayasa

saya iin indrawati mahasiswi dari untirta, hobby saya yaitu suka memasak dan juga suka menonton film drama korea

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Problematika Rendahnya Keterampilan Membaca Pemahaman Siswa pada Pembelajaran Bahasa Indonesia di Sekolah Dasar

2 Desember 2024   15:05 Diperbarui: 2 Desember 2024   15:10 31
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

 BAB I

  PENDAHULUAN

 

A.   Latar Belakang 

Pendidikan ialah ruang bagi siswa untuk mengeksplorasi pengetahuan dan memperoleh beragam informasi, baik dari      pendidik maupun sumber lainnya. Dalam lingkungan pendidikan ini, berbagai kegiatan pembelajaran berlangsung sebagai bagian dari proses belajar mengajar, yang melibatkan guru dan siswa. Pendidik harus peka terhadap kemampuan dan keterampilan unik siswanya, terutama dalam mata pelajaran seperti bahasa Indonesia.

Pembelajaran bahasa Indonesia ialah komponen dasar kurikulum di semua jenjang pendidikan formal. Dalam perjalanan pendidikan ini, penting bagi siswa untuk mengembangkan kemahiran berbahasa, yang mencakup empat keterampilan utama: mendengarkan, berbicara, membaca, dan menulis. Penguasaan keterampilan ini sangat penting, karena keterampilan ini memberdayakan siswa untuk meningkatkan kompetensi intelektual, sosial, dan berbagai kompetensi lainnya. Dengan mengembangkan kemampuan ini, siswa bisa mengembangkan pertumbuhan yang menyeluruh yang melampaui kemampuan bahasa itu sendiri. Dari keempat aspek tersebut, membaca menjadi salah satu aspek terpenting yang mempengaruhi potensi yang dimiliki oleh peserta didik.

Keterampilan membaca mencakup kapasitas seseorang untuk memahami materi tertulis. Seperti yang dicatat oleh Ilham dkk. (2020), keterampilan membaca ialah aspek mendasar dari kemahiran berbahasa, yang terkait erat dengan kemampuan mendengarkan. Seseorang dianggap mahir membaca ketika mereka bisa memproses informasi pendengaran yang berkaitan dengan teks yang mereka baca secara akurat dan komprehensif. Khususnya pada tingkat pendidikan tingkat lanjut, siswa beralih ke ranah pemahaman bacaan, di mana fokus bergeser dari sekadar membaca ke pemahaman yang lebih dalam tentang konten. Dalam konteks ini, pelajar dituntut tidak hanya untuk membaca tetapi juga untuk menafsirkan dan mensintesis materi secara efektif.

Berlandaskan Smith (sebagaimana dikutip Rismawati, 2016), pemahaman bacaan ialah proses aktif yang dilakukan oleh pembaca untuk memadukan informasi baru dengan pengetahuan yang sudah ada guna memperoleh wawasan baru. Indrawati (sebagaimana dirujuk dalam Handera, 2020) menggolongkan pemahaman bacaan sebagai proses kognitif di mana seseorang memahami isi suatu teks, mengidentifikasi dan mengekstraksi gagasan tersurat maupun tersirat, serta merefleksikan pesan yang dimaksudkan pengarang. Perspektif ini sejalan dengan Soedarso (sebagaimana dikutip Yusi, 2020), yang mendefinisikan pemahaman bacaan sebagai kemampuan untuk memahami detail-detail penting dari keseluruhan teks. Demikian pula, Dalman (sebagaimana dicatat dalam Ramdani, dkk., 2016) berperspektif bahwasanya pemahaman bacaan ialah tingkatan tertinggi dari kemahiran membaca. Dengan seluruh pendapat para ahli ini, bahwasanya pemahaman bacaan ialah komponen dasar dari proses pembelajaran, yang digunakan untuk memahami informasi dari teks. Membaca yang efektif memerlukan pemahaman yang mendalam terhadap materi, yang memungkinkan pembaca menangkap dan menghayati wawasan yang diperoleh dari upaya membaca mereka.

Dalam setiap upaya pendidikan di dalam kelas, tidak bisa dihindari bahwasanya siswa akan menghadapi berbagai tantangan. Wawasan yang dikumpulkan dari wawancara yang dilakukan dengan guru wali kelas V telah mengungkapkan beberapa masalah yang mempengaruhi siswa, terutama di SDN Tembulun, di mana perhatian utama yang diidentifikasi ialah keterampilan membaca siswa yang kurang, khususnya dalam pemahaman bacaan. Beberapa faktor berkontribusi terhadap kekurangan ini, termasuk pengaruh intelektual, fisiologis, lingkungan, dan psikologis. Sampu (2023) menggambarkan faktor-faktor yang berkontribusi ini, mengkategorikannya menjadi elemen internal yang terkait dengan anak seperti aspek fisik, intelektual, dan psikologis dan pengaruh eksternal yang mencakup faktor lingkungan, keluarga, dan sekolah. Kesulitan membaca yang ditunjukkan oleh siswa bervariasi di seluruh konteks ini. Oleh karena itu, sangat penting bagi para pendidik dan orang tua untuk mencari dukungan dan intervensi yang tepat untuk memastikan bahwasanya anak-anak yang menghadapi kesulitan membaca menerima penanganan yang diperlukan tepat waktu.

Mengenai permasalahan di atas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian terkait "Problematika Rendahnya Keterampilan Membaca Pemahaman Siswa Pada Pembelajaran Bahasa Indonesia Di Sekolah Dasar"

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana problematika rendahnya keterampilan membaca siswa pada pembelajaran bahasa Indonesia di sekolah dasar ?

2. Faktor-faktor apa saja yang bisa mempengaruhi rendahnya keterampilan membaca siswa di sekolah dasar ?

3. Apa saja Solusi untuk mengatasi rendahnya keterampilan membaca siswa di sekolah dasar ?

C. Tujuan 

1. Untuk mendeskripsikan terkait problematika rendahnya keterampilan membaca siswa pada pembelajaran bahasa Indonesia di      sekolah dasar.

2. Untuk mendeskripsikan faktor-faktor yang mempengaruhi rendahnya keterampilan membaca siswa di sekolah dasar.

3. Untuk mendeskripsikan solusi cara mengatasi rendahnya keterampilan membaca siswa di sekolah dasar.

                                                                                                                                    BAB II

                                                                                                              METODOLOGI PENELITIAN

A. Metode Penelitian 

a). Jenis Penelitian 

penelitian ini memakai metodologi deskriptif kualitatif. Sebagaimana diutarakan oleh Sugiyono (2018), penelitian deskriptif kualitatif berlandaskan pada filsafat postpositivisme dan dipakai untuk menyelidiki fenomena alam, dengan peneliti berperan sebagai instrumen utama untuk menggambarkan situasi secara objektif berlandaskan bukti faktual. Pemilihan pendekatan deskriptif ini sejalan dengan tujuan penelitian untuk mengungkap masalah keterampilan membaca pemahaman yang kurang memadai di kalangan siswa sekolah dasar dalam konteks pembelajaran bahasa Indonesia. Metodologi ini secara khusus cocok untuk memberikan pemahaman yang bernuansa tentang dinamika yang terjadi secara alamiah yang diamati selama penelitian.

Metodologi yang dipakai untuk pengumpulan data mencakup: (a) observasi, khususnya dengan memakai observasi partisipan. Selain itu, peneliti menerapkan observasi terstruktur, yang telah dirancang secara sistematis untuk memperhitungkan subjek yang diamati, serta waktu dan lokasi observasi tersebut, yang semuanya didokumentasikan dengan cermat pada lembar observasi. (b) Wawancara juga dipakai sebagai sarana pengumpulan informasi. (c) Dokumentasi berfungsi sebagai alat lain bagi peneliti, yang bertujuan untuk memperoleh data yang terkait dengan pelaksanaan proses belajar mengajar, program yang dilaksanakan oleh pendidik, siswa yang kesulitan memahami bacaan, dan ketersediaan fasilitas dan infrastruktur pendukung.

Setelah tahap pengumpulan data, fokus beralih ke pemrosesan dan analisis data. Proses analisis mencangkup beberapa langkah utama: (a) Reduksi data, di mana informasi yang dikumpulkan termasuk hasil wawancara, dokumentasi, dan data observasi harus diringkas secara sistematis. (b) Data yang direduksi kemudian disusun dan disajikan dalam format yang lebih mudah diakses. Presentasi ini dirancang untuk menyoroti informasi yang relevan dengan penyelidikan peneliti tentang faktor-faktor yang berkontribusi terhadap rendahnya keterampilan pemahaman membaca di antara siswa kelas lima di Sekolah Dasar Tembulun. (c) Akhirnya, proses ini berpuncak pada verifikasi dan formulasi kesimpulan, yang melibatkan penarikan kesimpulan berlandaskan bukti yang dikumpulkan selama penelitian lapangan.

b). Tempat dan Waktu Penelitian 

Penelitian ini dilaksanakan di SDN Tembulun yang berada di Kelurahan  Lebakgede, Kecamatan Pulomerak, Kota Cilegon. Studi ini dilaksanakan pada tahun ajaran 2024/2025, lebih tepatnya dilaksanakan pada bulan November yang dipakai untuk mengumpulkan data terkait rendahnya keterampilan membaca siswa di sekolah dasar kelas V SDN Tembulun Kelurahan Lebakgede, Kecamatan Pulomerak, Kota Cilegon Banten.

c). Subjek Penelitian 

Subjek ini ialah seluruh siswa kelas V dan guru Kelas V. yang di mana siswa di SDN Tembulun berjumlah 29 siswa yang terdiri dari 16 siswa laki-laki dan 13 siswa Perempuan.

                                                                                                                                   BAB III

                                                                                                              HASIL DAN PEMBAHASAN

 

A. Hasil Penelitian 

Dari hasil wawancara yang telah dilakukan oleh guru kelas V SDN Tembulun, bahwasannya banyak peserta didik yang memiliki permasalahan dalam keterampilan berbahasa. Akan tetapi di kelas V SDN Tembulun banyak sekali peserta didik yang lemah dalam hal keterampilan membaca dalam mata Pelajaran bahasa indonesia, terutama dalam membaca pemahaman. Dari pihak pendidik belum melakukan antisipasi apapun untuk mengatasi permasalahan tersebut, sebaiknya permasalan ini harus secepatnya di atasi supaya tidak berkelanjutan dan memberikan dampak yang negatif kedepannya bagi peserta didik.

Rendahnya keterampilan membaca pemahaman ini pasti dipengaruhi oleh beberapa faktor. Berikut ini disajikan data hasil yang telah diperoleh dari Lokasi penelitian yakni di SDN Tembulun tepatnya di kelas V. terdapat beberapa macam faktor yang menyebabkan rendahnya keterampilan membaca pemahaman siswa kelas V yaitu terdapat faktor internal dan faktor eksternal. Yang pertama dalam faktor internal yang menyebabkan rendahnya keterampilan membaca pemahaman siswa yaitu (a) Aspek fisik: faktor internal yang dapat mempengaruhi keterampilan membaca pemahaman siswa yaitu Kesehatan fisik. Hasil penelitian membuktikan bahwa untuk Kesehatan fisik peserta didik kelas V SDN Tembulun yaitu sangat baik, sehingga peserta didik bisa mengikuti kegiatan pembelajaran dengan amat antusias. (b) Aspek psikis: aspek psikis yang bisa mempengaruhi keterampilan membaca pemahaman yaitu minat membaca. Dari hasil penelitian telah tebukti bahwasannya peserta didik kelas V SDN Tembulun, minat bacanya masih sangat rendah. Dan hal ini terlihat Ketika jam istirahat tidak terlihat peserta didik membaca di perpustakaan melainkan seluruh peserta didik menghabiskan waktunya untuk bermain dan saat jam Pelajaran peserta didik hanya akan membaca jika diperintahkan oleh guru saja. (c) Kebiasaaan membaca: kurangnya kebiasaan membaca peserta didik kelas V SDN Tembulun, yaitu dapat dilihat bahwa peserta didik tidak meluangkan waktunya untuk membaca, peserta didik membaca buku atas perintah dari guru bukan melalui atas kesadaran diri sendiri, peserta didik jarang mengunjungi perpustakaan dan peserta didik tidak memiliki insiatif untuk membaca buku.

Yang kedua ialah faktor eksternal yang juga bisa mempengaruhi rendahnya keterampilan membaca pemahaman siswa kelas V SDN Tembulun yaitu (a) Lingkungan sekolah kurang mendukung. Dari hasil pengamatan bisa diketahui bahwasanya lingkungan sekolah di SDN Tembulun belum mendukung dalam meningkatkan keterampilan membaca pemahaman siswa. Hal ini terlihat dari masih rendahnya budaya membaca di lingkungan sekolah, program sekolah belum berjalan dengan baik untuk mendukung keterampilan membaca pemahaman siswa, tidak adanya slogan membaca di lingkungan sekolah, dan tidak adanya papan pengumuman atau tempat khusus membaca di sekolah. (b) Lingkungan rumah kurang mendukung: Lingkungan rumah sangat berperan penting dalam meningkatkan potensi anak terutama dalam keterampilan membaca pemahaman. Namun dari hasil pengamatan bisa diketahui bahwasanya orang tua siswa kurang berperan dalam keberhasilan pendidikannya. Hal ini dikarenakan latar belakang pendidikan orang tua siswa yang masih kurang, orang tua tidak pernah membelikan buku bacaan untuk anak, dan kesibukan yang dimiliki oleh setiap orang tua siswa. (c) Kekurangan buku dan bahan bacaan: Buku dan bahan bacaan memegang peranan yang sangat penting dalam menambah wawasan dan informasi baru siswa, khususnya. Berlandaskan pengamatan yang dilakukan di SDN Tembulun, masih terbilang kekurangan buku dan bahan bacaan yang sangat kurang lengkap, sehingga menjadi kendala dalam pengembangan potensi siswa.

Selanjutnya, ada beberapa macam Solusi untuk mengatasi permasalahan tersebut, yang di mana pihak sekolah bisa menciptakan program-program yang bisa menunjang peserta didik untuk mengembangkan keterampilan membacanya. Misalnya, dengan mengadakan Gerakan literasi sekolah, mengadakan program pojok baca di setiap kelas dan jika buku atau bahan bacaan masih kurang atau terbatas, pihak sekolah bisa bekerja sama dengan perpustakaan daerah (perpustakaan keliling).

B. Pembahasan 

Temuan penelitian memperlihatkan bahwasanya keterampilan membaca siswa kelas V SDN Tembulun masih sangat kurang, terutama dalam hal pemahaman bacaan. Kekurangan keterampilan membaca ini bisa disebabkan oleh kombinasi faktor internal dan eksternal. Sebagaimana dikemukakan oleh Agustina dkk. (2023), ada dua kategori utama yang berkontribusi terhadap menurunnya minat baca siswa. Faktor internal berasal dari siswa itu sendiri, mencakup kemampuan membaca, pemahaman materi, dan kurangnya inisiatif dalam mencari bahan bacaan. Selain itu, siswa sering kali membaca hanya jika ada yang ditugaskan oleh guru, dan mereka jarang mencari buku atau sumber yang sesuai dengan minat pribadi mereka. Sebaliknya, faktor eksternal mencakup pengaruh keluarga, kondisi ekonomi, lingkungan sekolah yang kurang mendukung, dan pelaksanaan program literasi yang tidak efektif.

Temuan penelitian memperlihatkan bahwasanya beberapa faktor internal berkontribusi terhadap rendahnya keterampilan pemahaman bacaan yang diamati di antara siswa. Faktor-faktor ini mencakup kurangnya keterlibatan siswa dalam kegiatan belajar mengajar, minat baca yang sangat rendah, dan kebiasaan membaca yang tidak memadai. Pengamatan dari penelitian yang dilakukan di Kelas V di SDN Tembulun mengungkapkan bahwasanya banyak siswa memperlihatkan kurangnya fokus dan antusiasme selama pembelajaran. Misalnya, banyak siswa disibukkan dengan temannya, banyak yang mengobrol dan bercanda, yang akhirnya mengurangi pengalaman belajar mereka. Perilaku seperti itu secara signifikan memengaruhi keberhasilan akademis mereka. Selain itu, kekurangan kebiasaan membaca di antara siswa ini muncul sebagai faktor internal kritis yang menyebabkan keterampilan pemahaman bacaan mereka terganggu. Seperti yang dijelaskan oleh Anjani, dkk. (2019), individu dengan minat baca yang kuat cenderung memiliki keinginan yang mendalam untuk terlibat dengan teks, sedangkan mereka yang memiliki minat baca yang rendah cenderung tidak mendedikasikan waktu untuk kegiatan membaca.

Hasil penelitian memperlihatkan bahwasanya faktor eksternal berkontribusi secara signifikan terhadap rendahnya keterampilan membaca pemahaman yang diamati pada siswa. Faktor utamanya ialah ketidakcukupan lingkungan sekolah dalam membina serta mengembangkan potensi siswa, karena sekolah memainkan peran penting dalam perjalanan pendidikan anak-anak. Penelitian ini secara khusus menyoroti bahwasanya lingkungan sekolah di SDN Tembulun tidak cukup mendukung peningkatan kemampuan membaca siswa. Hal ini dibuktikan dengan budaya membaca yang relatif lemah di dalam lembaga tersebut, yang ditandai dengan kelangkaan slogan membaca, tidak adanya ruang yang menarik dan nyaman yang ditujukan untuk membaca, dan terbatasnya pilihan buku dan bahan bacaan. Berlandaskan Prasetyono (Sari, 2018: 92), ketersediaan buku di Indonesia gagal membangkitkan minat siswa, karena jumlah bahan bacaan tidak cukup memenuhi kebutuhan penduduk. Selain itu, lingkungan keluarga juga memainkan peran yang kurang mendukung, temuan tersebut mengungkapkan bahwasanya keterlibatan orang tua dalam kegiatan pendidikan anak-anak mereka minim, seringkali karena latar belakang pendidikan orang tua. Selain itu, orang tua jarang menyediakan bahan bacaan dan cenderung disibukkan dengan komitmen lain.

Mengenai hal di atas ada beberapa macam Solusi untuk mengatasi permasalahan tersebut, yang di mana pihak sekolah bisa menciptakan program-program berkualitas yang bisa menunjang peserta didik untuk mengembangkan keterampilan membacanya. Misalnya, dengan mengadakan Gerakan literasi sekolah, mengadakan program pojok baca yang diadakan di setiap kelas dan jika buku atau bahan bacaan masih kurang atau sangat terbatas, pihak sekolah bisa bekerja sama dengan perpustakaan daerah (perpustakaan keliling).  Sejalan dengan perspektif Sampe (2023)   Berbagai inisiatif pendidikan ada untuk meningkatkan kemampuan membaca anak-anak, termasuk sudut baca khusus dan pohon literasi.

                                                                                                                               BAB IV

                                                                                                                            PENUTUP

A. Kesimpulan 

            Penelitian tersebut memperlihatkan bahwasanya permasalahan yang diamati di SDN Tembulun, khususnya pada kelas V, terkait erat dengan keterampilan pemahaman bacaan yang tidak memadai. Kekurangan dalam keterampilan membaca ini berasal dari banyak faktor internal dan eksternal. Faktor internal mencakup keterampilan membaca siswa, kemampuan mereka untuk memahami makna yang disampaikan dalam teks, kelangkaan bahan bacaan yang mudah diakses, terlalu bergantung pada tugas membaca yang diberikan guru, dan keengganan untuk mencari buku atau sumber daya yang sesuai dengan minat pribadi mereka. Sebaliknya, faktor eksternal mencakup lingkungan sekolah yang tidak mendukung, lingkungan keluarga yang tidak memprioritaskan membaca, dan terbatasnya ketersediaan bahan bacaan bagi siswa. Mengenai hal ini ada beberapa cara untuk mengatasi permasalahan tersebut, yang di mana pihak sekolah bisa menciptakan program-program berkualitas yang bisa menunjang peserta didik untuk mengembangkan keterampilan membacanya. Misalnya, dengan mengadakan Gerakan literasi sekolah, mengadakan program pojok baca yang diadakan di setiap kelas dan lainnya.

B. Saran 

Dari hasil penelitian bisa diuraikan , maka penulis bisa  menyampaikan beberapa saran sebagai  bentuk pemikiran untuk mengurangi dan meminimalisir  permasalahan-permasalahan tentang ketarampilan membaca pemahaman di kelas V SDN Tembulun yakni sebagai berikut :

1. Bagi sekolah dan pendidik yakni bisa menyediakan program-program yang bisa menunjang peserta didik untuk meningkatkan atau mengembangkan potensinya, terutama dalam hal keterampilan membaca pemahaman.

2. Peserta didik yakni peneliti mengharapkan peserta didik untuk meningkatkan kegiatan membaca dalam kegiatan di sekolah ataupun di luar sekolah, serta berani dalam mengemukakan perspektif dan aktif dalam kegiatan pembelajaran.

                                                                                                                         DAFTAR PUSTAKA

Anjani, Dantes, Artawan. (2019). Pengaruh Implementasi Gerakan Literasi Sekolah Terhadap Minat Baca dan Kemampuan Membaca Pemahaman Siswa Kelas V SD Gugus II Kuta Utara. Pendasi: Jurnal Pendidkan Dasar Indonesia, 3 (2), 74-83.

Apamuji, S., dkk. (2021). Keterampilan Berbahasa. Yogyakarta : Guepedia.

Handera, E. (2020). Meningkatkan Kemampuan Siswa Membaca Pemahaman Teks Cerita Rakyat Memakai Strategi Know Want Learn (KWL). Skripsi Universitas Perjuangan. Tasikmalaya

Ilham, M., dkk (2020). Keterampilan Berbicara. Pasuruan : Lembaga Academic & Research Institute.

Pane, A. I., Khairani, A., & Milala, P. E. S. (2024). Problematika Dan Solusi Rendahnya Kemampuan Serta Minat Membaca Siswa Kelas 3 SDN 101765 Bandar Setia. NALAR: Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, 3(1), 23-28.

Rahim, F. (2018). Pengajaran Membaca di Sekolah Dasar. Jakarta: Bumi Aksara

Riyanti, A. (2021). Keterampilan Membaca. Yogyakarta : K-Media.

Rohani, Siti. (2020). Faktor-Faktor Rendahnya Kemampuan Siswa dalam Membaca dan Menulis Kelas IV di SDN 85 Kota Lubuk Linggau. Skripsi. Fakultas Tarbiyah dan Tadris. Institut Agama Islam Negeri Bengkulu: Bengkulu.

Sampe, M., dkk. (2023). Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Rendahnya Kemampuan Membaca Pemahaman Pada Siswa Kelas V SD Negeri Sakteo Kecamatan Mollo Tengah Kabupaten TTS. Journal Of Character and Elementary Education.  Hal 47-56.

Sanjaya, W. (2015). Penelitian Pendidikan: Jenis, Metode dan Prosedur. Jakarta: Prenamedia Group.

Sari, C. P. (2018). Faktor-faktor penyebab rendahnya minat membaca siswa kelas IV. Basic Education, 7(32), 3-128.

Sari, Citra Pratama. (2018). Faktor-Faktor Penyebab Rendahnya Minat Membaca Siswa Kelas IV. Jurnal Pendidikan Guru Sekolah Dasar, 3, 131-135.

Sugiyono. (2019). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Sugiyono. 2018. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, Dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun