"Tidak perlu tahu, dan itu bukan dari istrimu, dia seorang istri yang sabar dan patuh." sambil menatapku.
Aku merasa malu dan sekaligus bahagia.
Aku melihat Mas Harun duduk seraya menundukkan kepalanya, lalu memandangku dan memelukku dengan erat, seraya berbisik [bisikannya pun terdengar oleh Bapak dan Ibu] hemm.
"Bun, maafkan ayah, ayah berjanji tak akan membandingkan bunda dengan siapapun, dan terima kasih sudah menjadi istri dan bunda dari kedua jagoan kita."Â
Sejak kedatangan bapak dan ibu Mas Harun sore itu, Mas Harun kini tak membandingkan aku dengan ibunya lagi.
Terima kasih ya Allah, Engkau mengutus seseorang untuk mengingatkan kekeliruan yang ada diantara kami, kami akan terus belajar dan belajar demi kehidupan yang sakinah, mawadah, dan warohmah, dan bahagia sampai jannah, amiin.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H