Lia terpaksa bangun oleh bunyi alaram yang begitu mengganggu. Lia masih kecapean karena seharian habis pelajaran olahraga di sekolah. Terdengar suara Ibu yang memanggil-manggil Lia.
Lia beranjak dari tempat tidurnya dan menemui Ibu yang sedang menenun. Itulah pekerjaan Ibu kalau sore sepulang dari kebun. Kebetulan Ibu dalah ibu rumah tangga dan mengurus kebun peninggalan Kakek. Di samping itu, Ibu menekuni hobinya menenun.
"Bagaimna pelajaran di sekolah tadi, Nak?" tanya Ibu membuka percakapan.
"Capek, Bu. Apalagi di sekolah tadi habis olahraga. Lia dihukum karena lupa mengerjakan PR Matematika," keluh Lia. Ibu tersenyum dan terus menenun.
"Nak, Nak. Coba deh jangan terlalu sering mengeluh. Dulu waktu Ibu sekolah, lebih berat dari perjuangan kamu sekarang."
Lia langsung pamit untuk cuci piring. Lia sudah hafal kata-kata yang akan disampaikan Ibu. Setiap kali menasihati Lia, pasti itu yang sampaikannya. Ibu akan melanjutkan bahwa bersyukur ada Ayah yang sudah PNS. Anak-anak sekolah tanpa perlu membanting tulang. Tugas anak-anak hanya belajar.
Ibu memang mendidik Lia agar lebih disiplin, mandiri, dan bertanggung jawab. Makanya sepulang sekolah, Lia biasanya langsung tidur siang sampai Pukul 15.00. Akan tetapi, Lia tidur sampai Pukul 16.00. Jika masih tertidur, Ibu akan memaksanya bangun. Walaupun masih kelas 5 SD, Lia sudah diberikan tanggung jawab untuk mencuci piring, menyapu, dan membantu Ibu menyiapkan makanan.
"Kalau selesai cuci piring, jangan lupa mandi!" teriak Ibu dari tempat menenun.
Lia mencuci beberapa piring. Kebetulan Kakak masih ada ekstrakurikuler dan Ayah masih ada rapat guru. Walaupun suka mengeluh, Lia selalu menyelesaikan pekerjaan rumah yang sudah menjadi tanggung jawabnya.
Setelah selesai, Lia tidak langsung mandi. Lia memilih pergi ke rumah Rara untuk main. Lia pergi tanpa pamit ke Ibu terlebih dahulu.
“Rara, Rara, Rara!” panggil Lia. Ibu Rara mendengar suara yang memanggil-manggil Rara kemudian membuka pintu.