Mohon tunggu...
Iin Andini
Iin Andini Mohon Tunggu... Guru - Pribadi

Guru

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cinta dan Impian Ratna

21 Juli 2021   21:45 Diperbarui: 21 Juli 2021   22:03 238
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber Gambar: https://www.suarainqilabi.com/

     Ratna pun menceritakan masalah yang baru-baru dialaminya dengan bapak. Henra mencoba menenangkannya.

    "Sebetulnya yang kamu lakukan itu sudah benar. Tidak ada salahnya kamu mempertahankan keinginan kamu," hibur Henra. Hati Ratna pun mulai terhibur, tetapi kebenciannya terhadap bapak semakin memanas.

                                                                                                                              ***

      Ratna keluar dari kamar penuh hati-hati. Terlihat Bapak sedang duduk asyik membaca koran sambil menikmati segelas kopi pahit yang diletakkan di atas meja di ruang tamu. Ratna mencoba pelan-pelan ke kamar mandi agar tidak ditegur oleh Bapak. Baru melangkah beberapa langkah, Ratna dikagetkan oleh adiknya yang masih SD kelas 3, Susi. Bapak menatapnya dari balik koran yang terbuka lebar.

       "Hm... dasar! Mau jadi apa kamu bangun terlalu siang," kata ayahnya begitu sinis.

         Ratna hanya diam dan langsung masuk dan menutup pintu kamar mandi.

          Setelah mandi, Ratna langsung masuk ke kamar dan berganti pakaian. Ibu pun mengetuk pintu Ratna untuk mengajaknya sarapan. Ratna keluar dari kamar dan melihat bapak dan Susi sudah di meja makan. Ratna mengambil kursi dan langsung duduk. Ratna mulai mengambil nasi dan lauk. Bapak hanya diam-diam melirik Ratna yang terlihat masih kesal terhadap dirinya. Ibu juga terdiam. Hanya Susi yang sering berceloteh memanggil ibu.

         "Ratna,..." kata Bapak pembuka percakapan.

          "Mohon kamu jangan salah paham. Bapak ingin memberikan yang terbaik. Kalau kamu enggak setuju tidak apa-apa. Kuliah juga sangat bagus untuk masa depanmu. Tidak ada salahnya kalau kamu kuliah. Kalau itu pilihan hidup kamu, bapak dan ibu akan terus mendukungmu."

          Mendengar perkataan bapak, Ratna langsung berhenti mengunyah makanan di mulutnya. Wajah Ratna langsung semringah.

          "Jadi, Ratna boleh kuliah, Pak?" tanya Ratna dengan hati-hati. Bapak menganggukkan kepalanya. Alangkah bahagianya hati Ratna. Harapannya untuk menjadi mahasiswi akan menjadi nyata yang tiap hari bersama Henra. Mereka memiliki impian kuliah satu kampus, mengerjakan tugas berdua, ikut kegiatan kampus berdua.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun