Anita masih terbaring lemah di dalam kamarnya. Rasa kecewa yang begitu mendalam selalu menghantuinya. Namun ia tidak mau dirawat di rumah sakit. Meski keluarganya terus mendesak untuk merujuknya ke rumah sakit. Ia hanya tetap ingin di rumah dekat dengan kolam dengan suasana hening yang selalu menyelimutinya.
Siang itu, kakak Anita dan isterinya menyempatkan untuk pulang ke rumah, sengaja untuk menengok keadaan adik semata wayangnya tercinta. Mereka datang dari luar kota jauh-jauh meluangkan waktunya untuk serambi bertemu dengan keluarganya yang sudah lama tak jumpa. Disaat bersamaan kawan-kawan sejati Anita pun datang menengok ke rumahnya. Mereka adalah Jonathan, Fandi, Lutfi, Idhar, dan Danang. Mereka bukan hanya sekadar sahabat, bagi Anita selain sahabat dalam bermain musik mereka sudah dianggap seperti keluarganya sendiri.
Sayangnya, lemahnya kondisi Anita membuat kakak Anita menghentikan langkah-langkah para sahabatnya yang mencoba masuk untuk menengok kondisi Anita bersamaan. Karena Andri paham, bahwa adiknya perlu istirahat sejenak. Dan ia pun bergegas mengajak berbincang para sahabat Anita di teras rumah.
“Sebaiknya kalian tunggu di luar dulu, mari kita ngobrol-ngobrol dulu di luar. Biar istri saya yang menemaninya untuk sementara waktu. Nanti lo kondisinya sudah cukup membaik silahkan kalian masuk.” Ajak Andri kepada para sahabat Anita.
“Memangnya kenapa mas, kenapa kita gak boleh masuk?” Jawab Lutfi
“Sudahlah, Lut. Benar kata Mas Andri. Biar dia memulihkan pikiran dan hatinya terlebih dahulu. Toh lo kita bergerombol seperti ini, takutnya malah membuat suasananya menjadi tambah gak nyaman”. Tepis Fandi membenarkan perkataan Andri.
“Iya betul tuh kata Fandi, ada benarnya juga” Jawab Jonathan membenarkan perkataan perkataan Fandu.
“Iya betul, lebih baik kita tunggu di luar dulu. Tapi nanti kita boleh masuk kan mas..” Pinta Danang kepada Andri seraya berjalan keluar bersama.
“Tentu, kalian boleh masuk kok nanti. Tapi biar isteriku dulu mencoba membangkitkan mood nya sedikit biar kondisinya agak mendingan. Beri waktu untuk mereka mengobrol-ngobrol bersama. Kan lo sama-sama perempuan biasanya lebih mudah untuk refresh kembali moodnya” Jawab Andri sambil menepuk pundak Danang dan Lutfi.
Benar saja, Ivena mulai memahami semua permasalahan yang sedang dialami oleh adik iparnya itu.
“Anita, ingat jodoh itu ada di tangan Tuhan. Kau harus bersabar dengan semua ini. Tak perlu ada yang disesali atau bahkan membuatmu bersedih. Ingat loh, kau masih punya impian yang indah lebih indah dari apa yang kau bayangkan”