Aziz: "Tapi apa?" Aziz mulai berpikir serius
Reza: "Tapi....... Menurutku kita bisa berjudi habis-habisan dengan ketiga hal tersebut"
Aziz: "Hah! Berjudi? Berjudi bagaimana maksudmu, Za? Judi online atau offline? Ajiz terperanjat dalam kebingungannya.
Reza: Keplaaakkkk! spontan Reza menampar ringan bagian belakang helm yang Aziz gunakan. "Bukan Judi dalam artian sebenarnya, Kampret! Bahasa "Berjudi" yang ku pakai hanya sekedar pengistilahan saja". Penuh serius Reza mencoba meluruskan cara berpikir sahabatnya itu.
Aziz: "Haduuuuuuh. Makin bingung aku dengan pembicaraanmu, Za".
Reza: "Gini lo. Kita ambil satu contoh, rezeki. Untuk mendapatkan rezeki yang layak dan halal. Kita harus terlebih dahulu berusaha maksimal dan berdoa dengan penuh keyakinan. Hasilnya pasti akan memuaskan. Sebaliknya, jika kita setengah-setengah dalam berusaha dan berdoa, parah lagi jika sampai berburuk sangka kepada tuhan, ya hasilnya pasti akan mengecewakan. Pikir ku ini persis seperti kita berjudi dengan diri sendiri. Perjudian dengan penuh segala perjuangan untuk meraih kemenangan dalam melawan kemalasan, keangkuhan dan keegoan diri. Taruhannya ya tadi itu. Jika menang hasilnya akan memuaskan. Jika kalah hasilnya akan mengecewakan"
Aziz: "Aku sependapat denganmu, za. Tapi aku punya pikiran lain" Jawab Aziz penuh serius.
Reza: "Apa itu, ziz?".
Aziz: "Terlintas dipikiranku bahwa dari ketiga rahasia besar tuhan tersebut mungkin hanya 10% anak muda seperti kita yang berpikir tentang kematian. Semuanya hampir tepusat kepada jodoh dan rezeki. Hahaha" Ajiz menjawab setengah humor.
Reza:" Oh iya betul juga kamu, ziz. Baru kepikiran aku. Â Menurutmu kira-kira kenapa bisa demikian, zis?
Aziz:"Mungkin karena faktor manusia yang lebih mendahulukan keinginan bukan kebutuhan" Jawab Aziz penuh dingin