Mohon tunggu...
ihsan abdurrahman
ihsan abdurrahman Mohon Tunggu... Bankir - Ringan dan santai

Penulis adalah pekerja yang mencoba membaca sekitar

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

VCS yang Betebaran di Mana-mana

15 Juli 2020   02:46 Diperbarui: 31 Mei 2021   12:17 2995
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ini adalah tulisan pertama saya di kompasiana. Sebelumnya paling banter nulis di mading atau blog yang bahkan saya sendiri sudah lupa. 

Rame-rame prostitusi online jadi menggugah saya untuk mengetikkan kata kunci tersebut di mbah gugel. Ternyata banyak sekali macamnya seperti barang-barang di olshop. 

Ada satu yang menarik perhatian yaitu istilah VCS (Video Call Se*). Rata-rata ikalnya ada di twitter. Modal foto sampai potongan video gadis cantik dengan muka manja-manja menggoda. 

Banyak keterangan dan hastag seperti spek sebuah HP  seperti real, no tipu-tipu, 100% dll. Hastagnya juga kata kata ajaib yg berlendir.

Baca juga : Open VCS, Grup WA VCS, dan Apa Arti BO VCS?

Saya coba menghubungi sebuah no. WA di salah satu gadis dengan nickname sebut saja Mawar atau Bunga. Bolehlah yang mana aja. 

Chit chat biasa sampai sepakat harga 100 k untuk 30 menit vcs. Pembayaran bisa via transfer atau saya nawar dengan isi ulang pulsa dan dia setuju.

Mulailah ada yang aneh. Kalo nyuruh tukang bangunan, kerja dulu baru bayar. Ini bayar dulu baru bisa vcs. Dalam bisnis, posisi konsumen kurang di untungkan. Terjadilah apa yang diprediksi. 

Video call sekali liatin muka, kemudian ybs minta lagi uang supaya bisa lanjut. Komplen dong, akhirnya ybs video call lagi, dan muncullah video yang tiiiit. 

Baca juga : Fenomena VCS, PS, PAP, dan Private Video Berbayar

Tapi yang aneh, kualitas gambarnya seperti video 3gp. Bukan hasil kamera hp langsung ke objek. Karena ybs terus minta uang untuk lanjut padahal baru kerja berapa detik ( hahaha) akhirnya chat saya close. No wa nya diblokir supaya ga panjang ke mana mana. Toh ingin tahu saja.

Ternyata...itu baru sebuah awal dari skema pemerasan. Tiba-tiba...ada yang wa. Mengancam akan memviralkan proses A-Z.  Permintaanya sederhana, transfer. 

Supaya video selama vca, screen shot profil wa dan no hp saya tidak disebar (profilnya itu anak bungsu dan no hp harian). Pikir pikir bapak macam apa saya ini. Hahaha. Semuanya tersusun rapi dengan skema yang disiapkan matang. 

Memanfaatkan kelemahan laki-laki, pertama gadis cantik, kedua anak bini. Jadi formula sempurna untuk mendulang rupiah. 

Baca juga : Anak-anak dalam Jerat Kemiskinan: Tekanan Sosial hingga Prostitusi Online

Ini pengalaman yang sengaja saya peroleh, mungkin beda dengan pengalaman yang lain yang mencoba vcs. Bisa jadi bahan pertimbangan untuk lebih berhati hati di dunia digital ini. 

Keberadaan UU ITE memang diperlukan. Peran serta masyarakat dan cyber reskrim juga menjadi sangat penting  untuk melindungi norma positif dan rasa aman masyarakat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun