Ini adalah tulisan pertama saya di kompasiana. Sebelumnya paling banter nulis di mading atau blog yang bahkan saya sendiri sudah lupa.Â
Rame-rame prostitusi online jadi menggugah saya untuk mengetikkan kata kunci tersebut di mbah gugel. Ternyata banyak sekali macamnya seperti barang-barang di olshop.Â
Ada satu yang menarik perhatian yaitu istilah VCS (Video Call Se*). Rata-rata ikalnya ada di twitter. Modal foto sampai potongan video gadis cantik dengan muka manja-manja menggoda.Â
Banyak keterangan dan hastag seperti spek sebuah HP Â seperti real, no tipu-tipu, 100% dll. Hastagnya juga kata kata ajaib yg berlendir.
Baca juga : Open VCS, Grup WA VCS, dan Apa Arti BO VCS?
Saya coba menghubungi sebuah no. WA di salah satu gadis dengan nickname sebut saja Mawar atau Bunga. Bolehlah yang mana aja.Â
Chit chat biasa sampai sepakat harga 100 k untuk 30 menit vcs. Pembayaran bisa via transfer atau saya nawar dengan isi ulang pulsa dan dia setuju.
Mulailah ada yang aneh. Kalo nyuruh tukang bangunan, kerja dulu baru bayar. Ini bayar dulu baru bisa vcs. Dalam bisnis, posisi konsumen kurang di untungkan. Terjadilah apa yang diprediksi.Â
Video call sekali liatin muka, kemudian ybs minta lagi uang supaya bisa lanjut. Komplen dong, akhirnya ybs video call lagi, dan muncullah video yang tiiiit.Â
Baca juga : Fenomena VCS, PS, PAP, dan Private Video Berbayar
Tapi yang aneh, kualitas gambarnya seperti video 3gp. Bukan hasil kamera hp langsung ke objek. Karena ybs terus minta uang untuk lanjut padahal baru kerja berapa detik ( hahaha) akhirnya chat saya close. No wa nya diblokir supaya ga panjang ke mana mana. Toh ingin tahu saja.
Ternyata...itu baru sebuah awal dari skema pemerasan. Tiba-tiba...ada yang wa. Mengancam akan memviralkan proses A-Z. Â Permintaanya sederhana, transfer.Â
Supaya video selama vca, screen shot profil wa dan no hp saya tidak disebar (profilnya itu anak bungsu dan no hp harian). Pikir pikir bapak macam apa saya ini. Hahaha. Semuanya tersusun rapi dengan skema yang disiapkan matang.Â
Memanfaatkan kelemahan laki-laki, pertama gadis cantik, kedua anak bini. Jadi formula sempurna untuk mendulang rupiah.Â
Baca juga : Anak-anak dalam Jerat Kemiskinan: Tekanan Sosial hingga Prostitusi Online
Ini pengalaman yang sengaja saya peroleh, mungkin beda dengan pengalaman yang lain yang mencoba vcs. Bisa jadi bahan pertimbangan untuk lebih berhati hati di dunia digital ini.Â
Keberadaan UU ITE memang diperlukan. Peran serta masyarakat dan cyber reskrim juga menjadi sangat penting  untuk melindungi norma positif dan rasa aman masyarakat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H