Dari Ibnu Umar dia berkata, “Apabila di Makkah, dia mengerjakan sholat Jumat, lalu maju kemudian dia mengerjakan sholat (sunnah) dua rakaat, sesudah itu beliau maju kembali dan mengerjakan sholat empat rakaat, apabila di Madinah, dia sholat Jumat kemudian pulang ke rumahnya lalu sholat dua rakaat, dan tidak sholat di Masjid, lalu di beritahukan kepadanya, maka dia menjawab, "Rasulullah SAW juga melakukan hal itu."
Hasil setelah di analisis
Dari Ibnu Umar dia berkata, “Apabila di Makkah, dia mengerjakan sholat Jumat, lalu maju kemudian mengerjakan sholat (sunnah) dua rakaat. Sesudah itu, kembali maju mengerjakan sholat empat rakaat, apabila di Madinah, dia sholat Jumat kemudian pulang ke rumahnya. lalu sholat dua rakaat, dan tidak sholat di Masjid, lalu di beritahukan kepadanya, maka dia menjawab, "Rasulullah SAW juga melakukan hal itu."
Analisis
Pertama, Dari aspek dhomir (kata ganti) terlalu banyak penggunaan kata 'dia' sebaiknya dihapus beberapa untuk menjadi kalimat yang lebih efektif.
Kedua, Penggunaan kata ganti “beliau” di rasa kurang pas menurut penulis apabila dilihat dari kata ganti sebelumnya yang megunakan kata “Dia” jika memang penerjemah ingin menggunakan kata ganti “beliau” orang yang dibicarakan (digunakan untuk menghormatinya) seperti yang dikutip dari website Kamu Besar Bahasa Indonesia maka penerjemah dapat menggunakan kata yang sama beliau ataupun dia.
Dalam terjemah hadis ini, menurut saya kurang baik dari segi penggunaan kata ganti yang banyak dan sedikit membingungkan tentang siapa yg dibicarakan dalam hadist tersebut . Namun, secara keseluruhan masih dapat dipahami.
- Perkataan Ulama (Asy-Syafi`iy, 1988: 107)
إن الزنادین فإنأقرضتــه كان الزنا من أھل بیتكفاعلم
‘Zina itu utang. Apabila kamu meminjam- nya keluargamu akan membayar. Perhatikan’
Hasil setelah di analisis: