Mohon tunggu...
Ihshan Gumilar
Ihshan Gumilar Mohon Tunggu... -

Researcher & Lecturer (Neuropsychology)

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

02.03

4 Juli 2014   23:33 Diperbarui: 18 Juni 2015   07:27 55
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
14044662352007841805

“Udah ah....aku pokoknya ngga sudi...kalo kamu sebut-sebut lagi nama Dinita Melani Anggoro mantan pacarmu dulu....ih namanya kayak yang pernah ada di kasus KPK”, cibir miri agak sedikit jengkel.

“Emang nya kamu masih ada perasaan yah sama dia ??”, tiba-tiba suara istrinya terputus dan hilang. Mugkin hilang tenggelam diantara salju-salju yang semakin menumpuk dihalaman hotelnya. Pria itu lalu teranjak. Kaget, merasa sang istri marah besar.

“Astagaa...aku mimpi”, pukul 02.03 dini hari. Jarum jam masih tetap berdetak. Saling berkejaran. Hingga akhirnya ia benamkan lagi kepalanya diantara bantal-bantal yang menjadi teman tidurnya malam itu.

***

Musim dingin masih saja menyisakan percikan-percikan angin yang benar-benar terasa menguliti kulitnya yang sudah mulai kering. Beberapa bulan tinggal di negeri itu menjadikan rasa rindunya semakin terasa sakit dan menusuk-nusuk hingga ke lubuk sanubari. Ia coba selipkan dan benamkan rasa rindunya dalam-dalam agar tak lagi muncul ke permukaan. Hari-harinya ia habiskan melakukan penelitian. Ketika malam datang ia pandangi wajah sang istri yang agak sedikit fotogenik terpampang di meja belajarnya. Kini ia nantikan berita yang benar-benar menggembirakan. Ia menunggu kelahiran sang buah hati yang masih berada nyaman dan tak terusik di dalam rahim sang perempuan yang ia sunting beberapa bulan yang lalu.

“Miri....gimana hamil kamu ? Aku kangen banget nih...mau liat kamu, sekalian menunggu anak kita lahir”, suaranya ia ungkapkan lewat skype yang menjadi media utama untuk menjembatani rasa rindu yang semakin menggila.

“Iya aa, kata dokter aku akan melahirkan sekitar kurang lebih 3 minggu lagi...doain aku yah aa...walaupun kayaknya kamu ngga akan ada di sisiku”, nada miri penuh harapan yang terdengar agak sedikit sunyi dan membatin.

“Pastinya donk....aku doain kamu...aku ngga sabar nih mau ngeliat anak kita dan aku udah siapin nama yang bagus...tapi besok aku akan kasih tau kamu yah”, jawab pria itu mencoba menggembirakan hati sang istri.

****

Dari dalam kamarnya tak nampak lagi aspal-aspal jalanan. Yang ada hanya hamparan warna putih di setiap permukaan jalan. Satu dua orang sesekali nampak dari jendela kamarnya yang sudah dipenuhi salju hingga tak mengizinkan untuk mempunyai pandangan jelas ke arah luar. Diantara rasa dingin yang mencekam dan kesendirian yang selalu menghampirinya di setiap detik. Pria itu mencoba menghadirkan bayang-bayang wajah mantan ke kasihnya, Dinita Melani Anggoro, yang kini telah menjalin hubungan asmara dengan seorang expatriat kelahiran sumenep. Ia kini berdomisili di Taiwan sekaligus menjadi produser radioppidunia,Wijaya Mangkulangit Taieu.

Pria itu kini menerawang jauh menembus langit-langit kamar tinggalnya. Lalu tangannya merogoh tas kuliahnya dan mengeluarkan sebuah buku karangan Kahlil Gibran, Sang Nabi . Tiap lembaran-lembaran buku itu menyimpan berbagai kenangan manis dan pahit ketika pria itu sedang berada dipelukan Dinita Melani Anggoro. Walau kini mereka telah terpisah, tapi pria itu selalu menyimpan buku yang penuh dengan kata-kata manis dari sang pujangga kelahiran libanon itu, Kahlil Gibran. Ia buka halaman buku itu dengan acak hingga akhirnya ia terbawa pada sebuah halaman yang tertulis

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun