Mohon tunggu...
Ihshan Gumilar
Ihshan Gumilar Mohon Tunggu... -

Researcher & Lecturer (Neuropsychology)

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

02.03

4 Juli 2014   23:33 Diperbarui: 18 Juni 2015   07:27 55
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
14044662352007841805

Courtesy of ngakekia.deviantart.com

Lampu-lampu jalan mulai redup. Cahaya mentari tak begitu lama bertengger di angkasa bebas. Angin terasa mulai menjalar disetiap permukaan kulit. Seorang pria nampak terseok-seok membawa kopernya yang baru saja turun dari pesawat. Mukanya memancarkan rasa senang, gembira, dan excited yang tak tertahankan ketika menyaksikan butiran-butiran salju terjun bebas dari langit untuk pertama kali dalam hidupnya.

Udara dingin menyapanya secara perlahan seakan hendak berkawan dengan pria itu, ketika pesawat yang ia tumpangi tujuan jakarta-toronto mulai mendarat di pearson international airport. Perasaan gembira benar-benar memenuhi setiap rongga dadanya. Ia masih tak percaya ketika kakinya ia tapakan pada ibu kota negara bagian ontario itu. Udara dingin mulai ia nikmati. Ia hirup napasnya dalam-dalam, sedalam sumur yang pernah ia lihat di kampungnya dulu dimana ia tumbuh menjadi seorang remaja dewasa. Baginya terasa mimpi, karena ia selalu berkhayal untuk dapat sampai ke negeri daun maple itu. Mimpi yang selalu ada dalam setiap lipatan benaknya ketika ia berada di tengah-tengah sawah bersama 2 ekor kerbau warisan sang alharhum ayahanda.

“Assalamulaikum”, suaranya ia coba salurkan melalui telepon umum. Ia genggam erat-erat gagang telepon sambil menahan dingin yang mulai meraba kulit dadanya.

“Walaikumsalam”, jawab seorang perempuan di seberang sana.
“Aku baru mendarat di toronto sayangggggggg...........”, ia mencoba membagikan kesenangan yang tak pernah terjadi sebelumnya, kepada seorang wanita yang menanti kabar darinya semenjak pesawat membawanya melayang ke angkasa dari bandara soekarno hatta.

“Wah...pasti kamu seneng yah disana liat salju...”, balas suara perempuan itu dengan nada yang benar-benar sumringah.

“Aa, nanti kalo kesini bawain salju yah buat miri”, pinta perempuan itu sambil merengek-rengek manja yang rindu akan belaian tanganya, yang selalu ia dapatkan sebelum memejamkan mata ketika malam mulai merengkuh.

“Iya, nanti aku bawain buat kamu...spesial buat istriku tercinta...tentunya buat anak kita juga”, pria itu menjawab penuh dengan kasih sayang. Hingga miri merasa menjadi wanita yang paling dimanja sejagad raya. Benar-benar pria yang mengerti perasaan betina, eh wanita.

“Gimana kamu bawainnya nanti, a ?”, jawab miri yang semakin penasaran sekaligus menguji kesetian suaminya itu.

“Nanti aku masukin dalam termos kecil terus aku bungkus pake plastik, dimasukin dalam ransel terus aku gulung nanti pake daun maple”, jawab pria itu. Sebuah tanda dalamnya rasa cinta yang ia punya pada wanita yang selalu merasa dirinya chubby, sekalipun cermin berkata tidak. Karena cermin tidak pernah berdusta.

****

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun