Sebaliknya, kepemimpinan transaksional lebih berfokus pada penghargaan dan hukuman sebagai alat motivasi. Kedua pendekatan ini relevan dalam konteks organisasi modern, di mana motivasi intrinsik dan ekstrinsik perlu dikelola secara seimbang.
Gaya Kepemimpinan Lintas BudayaÂ
Konteks budaya memainkan peran penting dalam menentukan gaya kepemimpinan. Misalnya, manajer di Jepang cenderung mengadopsi gaya kepemimpinan kolektif dengan fokus pada tujuan jangka panjang, sementara di Amerika Serikat gaya kepemimpinan lebih berorientasi pada hasil jangka pendek (Jones & George, 2022).Â
Di Eropa, manajer sering menunjukkan pendekatan humanistik dengan mempertimbangkan kebutuhan individu karyawan. Studi oleh Hofstede (2010) menunjukkan bahwa nilai budaya seperti power distance dan individualisme sangat memengaruhi gaya kepemimpinan.Â
Misalnya, di negara-negara dengan power distance rendah seperti Swedia, pemimpin cenderung lebih partisipatif, sedangkan di negara dengan power distance tinggi seperti Cina, gaya kepemimpinan otoritatif lebih diterima. Perbedaan ini menunjukkan pentingnya pemahaman lintas budaya untuk mencapai efektivitas kepemimpinan dalam organisasi global.
Di Jepang, budaya kolektivistik menempatkan kepentingan kelompok di atas individu. Pemimpin di Jepang cenderung menghindari konflik terbuka dan fokus pada harmoni kelompok. Sebaliknya, di Amerika Serikat, budaya individualistik mendorong pemimpin untuk mengambil keputusan yang cepat dan berorientasi pada hasil.Â
Di Eropa, terutama di negara-negara Skandinavia, gaya kepemimpinan yang inklusif dan partisipatif lebih umum. Pendekatan ini memungkinkan karyawan untuk merasa lebih diberdayakan, yang pada gilirannya meningkatkan produktivitas dan kepuasan kerja.
Selain itu, globalisasi telah menciptakan kebutuhan akan gaya kepemimpinan yang adaptif. Pemimpin global harus mampu mengenali dan mengakomodasi perbedaan budaya tanpa kehilangan esensi dari tujuan organisasi. Kemampuan ini sering disebut sebagai "kecerdasan budaya," yang mencakup pemahaman terhadap nilai, norma, dan praktik budaya yang berbeda.
Gaya Kepemimpinan dalam Organisasi Profit dan Non-Profit
Organisasi profit bertujuan untuk mencari keuntungan, sedangkan organisasi non profit bertujuan untuk melayani masyarakat. Perbedaan utama antara organisasi profit dan non profit adalah tujuannya. Organisasi profit bertujuan untuk menghasilkan laba untuk pemiliknya, sedangkan organisasi non profit bertujuan untuk melayani masyarakat atau demi pengabdian semata.