Membiayai pendidikan gratis hingga tingkat universitas.
Membangun rumah sakit di setiap kabupaten dan kota.
Meningkatkan gaji guru, tenaga medis, dan petugas publik lainnya.
Membangun jaringan transportasi publik yang modern.
Tetapi sayangnya, uang itu kini hilang seperti ilusi. Mungkin Harvey Moeis memiliki "doktor kehormatan" dalam seni menghilangkan uang.
Keajaiban Penjara Indonesia
Satu hal yang patut kita kagumi adalah bagaimana "manajemen" penjara Indonesia mengakomodasi orang-orang seperti Harvey Moeis. Penjara di Indonesia sering kali dikenal sebagai "penjara bintang lima" bagi koruptor. Fasilitas nyaman, akses mudah untuk tamu, dan berbagai "privilege" lainnya membuat mereka tetap hidup nyaman, bahkan lebih nyaman dibanding rakyat yang uangnya mereka curi.
Adakah perasaan bersalah? Mungkin tidak. Bagaimana mungkin seseorang merasa bersalah ketika dia tahu bahwa setelah hukuman selesai, dia masih bisa hidup mewah dengan sisa hasil kejahatannya?
Ironi Penegakan Hukum
Publik telah berulang kali menunjukkan kemarahan terhadap ketidakadilan semacam ini. Tetapi, mari kita hadapi kenyataan: apakah suara rakyat benar-benar didengar? Sistem hukum kita tampaknya telah mencapai tingkat kenyamanan yang luar biasa dalam mempertahankan status quo. Kritik dari masyarakat hanya menjadi angin lalu.
Ketika hukum lebih keras terhadap pencuri kecil dan lebih lunak terhadap koruptor besar, apa yang bisa kita harapkan? Rakyat biasa dihukum berat untuk kesalahan kecil, sementara elit yang merugikan negara dalam skala besar sering kali lolos dengan hukuman ringan. Paradoks ini adalah keajaiban yang hanya bisa ditemukan di Indonesia.