Mohon tunggu...
Igoendonesia
Igoendonesia Mohon Tunggu... Petani - Catatan Seorang Petualang

Lovers, Adventurer. Kini tinggal di Purbalingga, Jawa Tengah.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Hitler dan Propaganda Perjuangan Kemerdekaan RI

22 Januari 2024   10:07 Diperbarui: 22 Januari 2024   11:05 654
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sebuah foto koleksi arsip Belanda tentang yang merekam peristiwa Agresi Militer mereka di Indonesia ini sungguh menarik perhatian. Foto itu meng-capture dua poster propaganda para Pejuang Kemerdekaan yang dipasang di wilayah Purbalingga, Jawa Tengah, circa April 1946.

Hal yang mengejutkan bagi saya, Pejuang Purbalingga menggunakan seorang Adolf Hitler, Pemimpin Nazi Jerman sebagai tokoh sentralnya. Pada sebuah poster yang diproduksi dan disebarkan pejuang republik di wilayah panginyongan itu, digambarkan Sang Fuhrer berseragam militer dengan kumisnya yang khas, lambang swastika tampak mencolok menghiasi dadanya. Ia tampak tegas dan sedang memberikan sesorah.

Pada balon teks yang seolah diucapkan Hitler tertulis :

"Vernietig de Hollanders binnen 5 dagen!!" artinya "Hancurkan Belanda dalam 5 hari!!." 

Kemudian tertulis keterangan :

"Hollanders!! Herinnert gij U nog wie Hitler is??? Neen?? Dat zijt gij nu aan het worden voor ons Indonesia!!"

"Belanda!! Masih ingat siapa Hitler??? Tidak? Kamu sekarang menjadi seperti itu untuk Indonesia kita !!"

Kemudian tergores tanda tangan dan nama si pembuat dengan sandi "De Krater"

Salut Saya! Angkat topi tinggi-tinggi. Para Pejuang Kemerdekaan di kampung saya ternyata tak hanya mengandalkan kontak senjata semata. Mereka juga jago membuat propaganda, di antaranya lewat berbagai selebaran, poster atau pamflet diproduksi untuk mengobarkan semangat juang dalam melawan penjajahan Belanda.

Tak hanya di kota besar, Purbalingga, kota kecil di Jawa Tengah, para pejuang kemerdekaanya bisa membuat flyer yang membakar semangat juang. Bukan cuma kata-kata standard seperti "Merdeka atau Mati!", hebatnya, mereka tahu isu-isu di dunia internasional yang digunakan sebagai konten propaganda.

Belanda Keok dari Jerman dalam 5 Hari!

Kota Roterdam Luluh Lantak Dibombardir Jerman, Mei 1940 (Dok: Wikipedia)
Kota Roterdam Luluh Lantak Dibombardir Jerman, Mei 1940 (Dok: Wikipedia)

Para pejuang kita dengan gambang mengolok-olok Belanda betapa payahnya mereka pada saat perang dunia kedua. Sejarah mencatat, di bawah kepemimpinan Adolf Hitler, Jerman menaklukan Belanda hanya dalam waktu 5 hari saja! Yap, cukup 5 hari, negeri yang menjajah kita ratusan tahun itu, bertekuk lutut digempur Pasukan Nazi.

Menurut laman Wikipedia, Jerman mulai invasi pada 10 Mei 1940 dan Belanda sudah menyerah pada 15 Mei 1940. Kota Rotterdam hancur lebur di bombardir. Pemerintah dan keluarga Kerajaan Belanda lari terbirit-birit minta perlindungan ke Inggris. Kemudian, Negeri Kincir Angin itu berada di bawah pendudukan Jerman selama 5 tahun sampai dengan Mei 1945.

Peristiwa memalukan itu rupanya diketahui para pejuang republik di Purbalingga dan mereka ingin medegradasi mental Pasukan Landa dengan olokan tajam lewat poster tersebut. Oleh karenanya, bahasanya pun disampaikan dalam Bahasa Belanda. Keren gak sih kemampuan literasi mereka... hehe.

Asyik mbok...?! Pejuang kita ngeroasting abis ke Belanda. Ngenyeke polll, kalau Bahasa Ngapaknya.

 

Ini sih keren menurutku. Para pejuang republik di palagan 'Bumi Perwira' ternyata melek isu internasional. Mereka tak melulu mengandalkan fisik, juga perang urat syaraf dengan propaganda itu.

Poster Ajakan Berjuang untuk Heiho

Kemudian, selain pesan menohok kepada Belanda, poster di bawahnya memberikan bahan bakar semangat kepada para pejuang dan rakyat, terutama para eks Heiho, untuk bangkit melawan penjajah. Pesannya ditulis dalam Bahasa Indonesia dengan gambar seorang pejuang republik berseragam. Lengkap dengan bedilnya. Tulisannya seperti ini :

 

Saudarakoe para heiho!!

Tahoekah 'kau betoel2 untoek siapa 'kau angkat sendjata? 

Ingatlah kepada anak binimoe, saudaramoe, orang toeamoe, bangsamoe!!!

Insjaflah!!!

Pada keterangan foto mengenai kedua poster itu tetulis : "Buitgemaakte documenten Poerbolinggo met handtekening (onleesbaar)." N.b. De plaats Poerbolinggo heet tegenwoordig Purbolinggo en komt ook voor als Poerbalingga en Purbalingga; hier echter steeds zo geschreven"

Artinya : "Dokumen yang diambil Poerbolinggo dengan tanda tangan (tidak terbaca)." Nb Tempat Poerbolinggo sekarang disebut Purbolinggo dan disebut sebagai Poerbalingga dan Purbalingga; bagaimanapun, di sini selalu ditulis seperti itu".

Sebagai informasi, foto poster itu diambil oleh fotografer Bataljon Friesland, Lex de Jong yang bertugas di Indonesia pada Agresi Militer I. Kesatuan yang berasal dari Provinsi Frisia itu beroperasi sampai di wilayah Purbalingga.

Poster dan Perjuangan Kemerdekaan

Poster Perjuangan (Dok: Jabar Trust)
Poster Perjuangan (Dok: Jabar Trust)

Propaganda lewat tulisan bergambar itu ternyata memang banyak dilakukan oleh para pejuang kemerdekaan. Laman Jabar Trus menjelaskan, Tan Malaka, seorang tokoh pejuang kemerdekaan Indonesia, memainkan peran penting dalam menjadikan mural sebagai senjata untuk menghidupkan semangat perjuangan.

Pasca kemerdekaan dan agresi militer, jalanan dipenuhi dengan pesan moral dan semangat perjuangan yang tertulis di dinding dan berbagai selebaran. Dalam bukunya yang berjudul "Tan Malaka, Gerakan kiri, dan Revolusi Indonesia: Agustus 1945-Maret 1946," Harry Poeze menjelaskan situasi pasca kemerdekaan. "Kota-kota mulai dipenuhi dengan pamflet dan tulisan di dinding, yang membara semangat perjuangan melawan musuh," tulisnya.

Para pemuda 'menuliskan' pekikan kemerdekaan di dinding-dinding jalanan, rumah dan toko-toko juga transportasi umum.

Mural Kemerdekaan di Kereta (Dok: National Geographic)
Mural Kemerdekaan di Kereta (Dok: National Geographic)

Lasarus dalam tulisan "Perjuangan Seniman Lukis Pada Masa Revolusi Fisik di Yogyakarta," menjelaskan peran seniman lukis dalam mempertahankan kedaulatan Indonesia yang baru merdeka. Mereka membuat dinding-dinding di jalanan Yogyakarta, kereta api dan angkutan umum penuh dengan slogan-slogan perjuangan.

Coretan dinding dibuat secara artistik, dengan tulisan seperti 'Sekali Merdeka Tetap Merdeka', 'Merdeka atau Mati', 'Lebih Baik Mati Daripada Dijajah Lagi', 'Pertahankan Bendera Kita!, dan lainnya. Selain itu juga di buat dalam Bahasa Inggris seperti "Away with NICA," "We Fight for Democracy," "Once Free Forever Free," "We Have Only to Win!", "Life, Liberty and Pursuit of Happiness".

Ada juga yang dalam Bahasa Belanda seperti yang dibuat di Purbalingga itu... Ahai, keren kan para pejuang kita dulu... serr

MERDEKA!

Sumber :

Foto Koleksi Ryksargyf, Fotografer Lex de Jong (Bataljon Friesland) di Tresoar 

Artikel tentang German Invansion of The Netherland di Wikipedia 

Artikel tentang Mural sebagai Panggilan Perjuangan Indonesia di Jabar Trust 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun