Mohon tunggu...
Igoendonesia
Igoendonesia Mohon Tunggu... Petani - Catatan Seorang Petualang

Lovers, Adventurer. Kini tinggal di Purbalingga, Jawa Tengah.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Hitler dan Propaganda Perjuangan Kemerdekaan RI

22 Januari 2024   10:07 Diperbarui: 22 Januari 2024   11:05 654
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Saudarakoe para heiho!!

Tahoekah 'kau betoel2 untoek siapa 'kau angkat sendjata? 

Ingatlah kepada anak binimoe, saudaramoe, orang toeamoe, bangsamoe!!!

Insjaflah!!!

Pada keterangan foto mengenai kedua poster itu tetulis : "Buitgemaakte documenten Poerbolinggo met handtekening (onleesbaar)." N.b. De plaats Poerbolinggo heet tegenwoordig Purbolinggo en komt ook voor als Poerbalingga en Purbalingga; hier echter steeds zo geschreven"

Artinya : "Dokumen yang diambil Poerbolinggo dengan tanda tangan (tidak terbaca)." Nb Tempat Poerbolinggo sekarang disebut Purbolinggo dan disebut sebagai Poerbalingga dan Purbalingga; bagaimanapun, di sini selalu ditulis seperti itu".

Sebagai informasi, foto poster itu diambil oleh fotografer Bataljon Friesland, Lex de Jong yang bertugas di Indonesia pada Agresi Militer I. Kesatuan yang berasal dari Provinsi Frisia itu beroperasi sampai di wilayah Purbalingga.

Poster dan Perjuangan Kemerdekaan

Poster Perjuangan (Dok: Jabar Trust)
Poster Perjuangan (Dok: Jabar Trust)

Propaganda lewat tulisan bergambar itu ternyata memang banyak dilakukan oleh para pejuang kemerdekaan. Laman Jabar Trus menjelaskan, Tan Malaka, seorang tokoh pejuang kemerdekaan Indonesia, memainkan peran penting dalam menjadikan mural sebagai senjata untuk menghidupkan semangat perjuangan.

Pasca kemerdekaan dan agresi militer, jalanan dipenuhi dengan pesan moral dan semangat perjuangan yang tertulis di dinding dan berbagai selebaran. Dalam bukunya yang berjudul "Tan Malaka, Gerakan kiri, dan Revolusi Indonesia: Agustus 1945-Maret 1946," Harry Poeze menjelaskan situasi pasca kemerdekaan. "Kota-kota mulai dipenuhi dengan pamflet dan tulisan di dinding, yang membara semangat perjuangan melawan musuh," tulisnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun