Mohon tunggu...
Igoendonesia
Igoendonesia Mohon Tunggu... Petani - Catatan Seorang Petualang

Lovers, Adventurer. Kini tinggal di Purbalingga, Jawa Tengah.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Penyamaran di Matsya

12 September 2014   16:23 Diperbarui: 18 Juni 2015   00:54 519
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

“Kalau Kichak dibunuh, orang akan tahu kalau kau pembunuhnya Bhima. Kichak adalah ksatria sakti dan hanya orang tertentu seperti kamu yang bisa membunuhnya. Berita kematian Kichak akan segera tersebar dan penyamaran kita terbongkar," kata Yudhistira.

“Kita buat seolah Kichak dibunuh Gandarwa. Nanti, aku, nakula dan sadewa yang akan menyamarkanya. Aku juga mencium gelagat Kichak akan mengkudeta Raja Wirata, membunuh Kichak juga menyelamatkan Raja Wirata yang selama ini memberikan perlindungan pada kita," kata Arjuna yang masih berdandan layaknya wanita.

Malam telah merambat naik. Kichak sudah mempersiapkan diri untuk menikmati tubuh Drupadi. Ia berdandan, tubuhnya disemprot parfum. Tak lupa segelas tuak sudah diminumnya untuk pemanasan. Ia pun datang bergegas ke kamar Drupadi.

"Prajurit, kalian tunggu disini dan jangan coba-coba ganggu aku," kata Kichak kepada pengawalnya.

“Sarindhri! Sarindhri! Ini aku datang sayang," katanya bergetar dan penuh nafsu.

Pintu dibuka, kamar Sarindri gelap. Tampak sosok yang diinginkanya itu tengah duduk membelakanginya. Meski cuma melihat punggung Sarindri, panglima itu semakin bernafsu. Kichak segera mendekatinya. Tangannya terulur, mengira akan menyentuh tubuh molek Sarindhri. Sebelum tanganya menyentuh tubuh Sarindri, secepat kilat sebuah tangan bergerak cepat membantingnya. Dengan gerakan yang sangat cepat dan sangat kejam, Bilawa menghabisi riwayat Kichak. Panglima sakti mandraguna yang tengah dikuasai nafsu birahi itu tak berdaya melawan Bilawa alias Bhima. Bilawa kemudian memperlakukan Kechak seperti hewan-hewan yang dijagalnya untuk hidangan Istana.

Saat Bilawa membantai Kichak, Wrehanala membuat pertunjukan tari meriah. Darmagranti membunyikan kuda-kuda istana dan Tantripala membuat sapi-sapi melenguh. Riuh rendah malam itu sehingga tak ada yang mendengar teriakan Kichak yang melonglong minta tolong saat Bhima menghujamkan tombak terakhir untuk mengakhiri riwayatnya.

Kematian Kichak mengguncangkan Matsya. Sengkuni dan kurawa yang bergegas saat mendengar riuh rendah kuda dan sapi yang bersuara tak wajar telat. Ia hanya menjumpai tubuh Kichak yang mati mengerikan. Raja Wirata pun bergegas datang. Dalam hatinya Ia bersyukur, adik iparnya yang selama ini merongrong kekuasaanya dan mengancam tahtanya sudah terbujur kaku.

"Ini pasti perbuatan Bhima. Pandawa ada di kerajaanmu Raja Wirata. Kau harus menyerahkan mereka kepada kami," kata Duryudhana.

"Tidak ada kewajiban apapun bagiku untuk memenuhi permintaanmu Pangeran. Mereka yang datang ke Matsya dibawah perlindunganku," kata Wirata tenang.

"Baiklah, kalau begitu kau menantang Hastinapura. Esok, aku pastikan pasukan Kerajaan Kuru akan menggempur Matsya. Istana akan aku robohkan dan semua orang di Kerajaan Matsya akan kubantai," kata Duryudana congkak.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun