Mohon tunggu...
Igoendonesia
Igoendonesia Mohon Tunggu... Petani - Catatan Seorang Petualang

Lovers, Adventurer. Kini tinggal di Purbalingga, Jawa Tengah.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Penyamaran di Matsya

12 September 2014   16:23 Diperbarui: 18 Juni 2015   00:54 519
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
14104885661289248017

[caption id="attachment_342316" align="aligncenter" width="526" caption="Pandawa Menyamar di Matsya (www.startv.in)"][/caption]

Pengembaraan di hutan sudah usai. Kini, Pandawa dan Drupadi harus menyamar satu tahun tanpa terbuka kedoknya untuk menyelesaikan hukuman akibat kekalahan memalukan Yudhistira di meja dadu atas Duryudhana. Jika sampai terbuka penyamaran mereka, konsekuensi yang harus diterima, mereka harus mengulang 12 tahun pengembaraan dan 1 tahun penyamaran lagi.

Setelah berembug, mereka berenam memutuskan untuk menyamar di Kerajaan Matsya. Senjata para pandawa disembunyikan, mereka pun bersalin rupa dan menanggalkan identitasnya.

Yudhistira menjadi Kanka, seorang bijak yang akhirnya bisa masuk ke lingkaran terdekat Kerajaan Matsya, menjadi penasihat bagi Raja Wirata. Bhima yang doyan makan merubah diri dan penampilanya menjadi pria kekar, beranting dan humoris. Ia merubah namanya menjadi Bilawa dan diterima sebagai juru masak dan tukang jagal hewan untuk hidangan di istana.

Arjuna yang terkenal ganteng bin gagah merubah cukup ekstrim penampilannya. Ia menjadi seorang waria bernama Brihanala, setengah pria, setengah wanita, yang kenes dan berpakaian warna-warni. Brihanala menjadi pelatih tari dan dipercaya Utari, putri kerajaan. Brihanala pula yang mempersiapkan pertunjukan-pertunjukan tari istana. Sementara Nakula yang mempunyai keahlian mengendalikan kuda seliar apapun, menjadi pria bertato bernama Darmagranti dan melamar menjadi perawat kuda pasukan kavaleri Kerajaan Matsya. Kemudian Sadewa, menjadi pria bungkuk plus pincang yang lihai merawat sapi-sapi istana, Tantripala nama barunya.

Sementara itu, Drupadi menyamar menjadi Sarindri, seorang juru rias. Sarindri yang memang cekatan menata rambut dan memoles wajah bertambah cerah kemudian dipercaya menjadi juru rias pribadi Ratu Sudesna. Agar kecantikanya yang susah dicari tandinganya tak mencolok, Sarindri mengenakan cadar. Untuk Drupadi, inilah pengembaraan yang pertama seumur hidupnya. Sementara Pandawa, sebelumnya pernah mengembara setelah peristiwa dibakarnya Istana Laks di Wanabrata yang berakhir dengan munculnya mereka dalam sayembara Pancala, tempat kemudian kelima Pandawa menikahi Drupadi bersama-sama.

Sudah hampir setahun berlalu, penyamaran tinggal dua pekan saja akan usai. Sejauh ini, penyamaran mereka sempurna, karena dengan bekerja di dalam istana, mereka tak tersentuh pengamatan mata-mata Hastinapura yang sudah menjelajahi seluruh daratan Arya untuk membuka kedok mereka.

Namun, cobaan bagi Pandawa datang mendekati akhir masa penyamarannya. Adalah Panglima Kichak, sumber masalahnya. Meski bercadar, ternyata kecantikan Sarindri masih cukup untuk memikat adik dari Ratu Sudhesna itu. Kichak adalah orang brangasan yang ambisius, juga sakti madraguna. Selain, berhasrat ke Sarindri, Kichak diam-diam juga tengah mengincar tahta Matsya dari kakak iparnya.

Sarindhri tahu, Kichak menyukainya, maka Ia pun selalu menghindarinya. Namun, suatu hari Ia tak dapat menolak ketika disuruh Ratu Sudhesna mengantar minuman ke bangsal Panglima itu. Sampai di dalam bangsal, Kichak telah menunggu Sarindri dengan penuh nafsu. Setelah semua rayuan dan gombalanya ditolak Sarindri, Kichak yang nafsunya sudah diubun-ubun pun mencoba memperkosa Putri Pancala yang sedang menyamar itu.

Namun, Drupadi adalah putri api yang tak bisa begitu saja ditaklukan. Kichak hanya bisa menyibak cadar Sarindri yang membuatnya bisa melihat rupa perempuan tercantik di dunia itu. Kichak pun semakin bernafsu saja. Sarindri kemudian mengancam bahwa dirinya punya lima suami Gandarwa yang akan selalu melindunginya dan membunuh orang yang berani menyentuhnya. Kichak yang sakti tentu saja tak takut.

"Jangankan lima, sepuluh gandarwa yang melindungimu pun akan aku hancurkan Sarindri," ujar Kichak.

Lalu, Ia meneruskan usahanya untuk menjamah Sarindri lebih lanjut, namun api menyambarnya dan Ia terjengkang. Sarindri alias Drupadi sang putri api, kemudian meninggalkan Kichak dengan tatapan penuh amarah. "Perbuatan kotormu ini akan menerima akibatnya Kichak, kau akan hancur," kata Sarindri lantang.

Panglima perkasa itu ditinggalkannya, Si Panglima yang hasratnya tak kesampaian itu hati yang terbakar dan nafsu yang membara.

"Aku harus mendapatka perempuan itu. Tunggulah saatnya Saridnri, kau akan bertekuk lutut dihadapanku dan aku akan menikmati tubuhmu," katanya dalam hati.

Ujian lain datang untuk Pandawa, para Kurawa dan Sengkuni datang ke Matsya setelah Sengkuni mencium bahwa kelima pandawa ada di kerajaan itu. Sebab, Kerajaan Matsya sangat mencolok perkembanganya. Setahun terakhir, kerajaan itu maju pesat diplomasinya, sebuah keahlian yang dikuasai oleh Yudhistira. Pasukan kavalerinya pun kudanya jempolan, keahlian yang dimiliki oleh Nakula. Sementara, rakyatnya pun makmur sapinya bertambah banyak, keahlian Sadewa.

Singkat kata, sesampai di Kerajaan Matsya dan diterima oleh Raja Wirata, Duryudana dengan congkak meminta Raja Wirata mengumpulkan semua orang asing yang datang ke Kerajaan Matsya setahun terakhir. Ia yakin lima orang pandawa dan satu orang wanita tercantik di dunia berlindung di Kerajaan Matsya. Raja Wirata menolak permintaan itu. Namun, Kichak menentangnya dan mempersilahkan rombongan Hastinapura untuk bermalam di Matsya.

"Besok pagi, semua orang asing yang datang kesini dalam setahun terakhir akan ku hadirkan di balairung Kerajaan Matsya. Ini janjiku Pangeran Duryudhana," kata Kichak.

Ia seolah sudah tak memperdulikan dan menghormati Raja Wirata. Di dalam benaknya, Kichak sekarang sudah tahu bahwa Sarindri adalah Drupadi dan lima Gandarwa yang disebutkanya adalah lima Pandawa. Otak jahatnya pun segera bekerja. Usai pertemuan di Balairung Istana, Ia langsung mencari Sarindri di kaputren. Setelah orang dicarinya ketemu, Kichak pun segera melancarkan jurusnya.

"Sarindri, aku tahu dirimu adalah Drupadi. Permaisuri Indraprasta, istri dari lima pandawa. Duryudana ada disini sekarang. Jika kedokmu tak ingin ku bongkar dan kau tak ingin mengembara 12 tahun lagi, layani akau seperti kamu sudah melayani lima suamimu saat nanti malam aku datang ke kamarmu," kata Kickak sambil terkekeh penuh kemenangan.

Malamnya, Drupadi segera menemui lima suaminya ditempat rahasia. Mereka harus memecahkan persoalan pelik yang kini dihadapinya.

“Apa yang harus kita lakukan?. Kalau aku harus menuruti keinginan Kichak, aku lebih baik mati. Kalau aku tak menuruti keinginan kotor Kechak, maka penyamaran kita akan terbongkar dan kita akan mengembara 12 tahun lagi serta menyamar satu tahun lagi," katanya

"Kichak harus dibunuh!!," ujar Bilawa atau Bhima menggembor geram.

“Kalau Kichak dibunuh, orang akan tahu kalau kau pembunuhnya Bhima. Kichak adalah ksatria sakti dan hanya orang tertentu seperti kamu yang bisa membunuhnya. Berita kematian Kichak akan segera tersebar dan penyamaran kita terbongkar," kata Yudhistira.

“Kita buat seolah Kichak dibunuh Gandarwa. Nanti, aku, nakula dan sadewa yang akan menyamarkanya. Aku juga mencium gelagat Kichak akan mengkudeta Raja Wirata, membunuh Kichak juga menyelamatkan Raja Wirata yang selama ini memberikan perlindungan pada kita," kata Arjuna yang masih berdandan layaknya wanita.

Malam telah merambat naik. Kichak sudah mempersiapkan diri untuk menikmati tubuh Drupadi. Ia berdandan, tubuhnya disemprot parfum. Tak lupa segelas tuak sudah diminumnya untuk pemanasan. Ia pun datang bergegas ke kamar Drupadi.

"Prajurit, kalian tunggu disini dan jangan coba-coba ganggu aku," kata Kichak kepada pengawalnya.

“Sarindhri! Sarindhri! Ini aku datang sayang," katanya bergetar dan penuh nafsu.

Pintu dibuka, kamar Sarindri gelap. Tampak sosok yang diinginkanya itu tengah duduk membelakanginya. Meski cuma melihat punggung Sarindri, panglima itu semakin bernafsu. Kichak segera mendekatinya. Tangannya terulur, mengira akan menyentuh tubuh molek Sarindhri. Sebelum tanganya menyentuh tubuh Sarindri, secepat kilat sebuah tangan bergerak cepat membantingnya. Dengan gerakan yang sangat cepat dan sangat kejam, Bilawa menghabisi riwayat Kichak. Panglima sakti mandraguna yang tengah dikuasai nafsu birahi itu tak berdaya melawan Bilawa alias Bhima. Bilawa kemudian memperlakukan Kechak seperti hewan-hewan yang dijagalnya untuk hidangan Istana.

Saat Bilawa membantai Kichak, Wrehanala membuat pertunjukan tari meriah. Darmagranti membunyikan kuda-kuda istana dan Tantripala membuat sapi-sapi melenguh. Riuh rendah malam itu sehingga tak ada yang mendengar teriakan Kichak yang melonglong minta tolong saat Bhima menghujamkan tombak terakhir untuk mengakhiri riwayatnya.

Kematian Kichak mengguncangkan Matsya. Sengkuni dan kurawa yang bergegas saat mendengar riuh rendah kuda dan sapi yang bersuara tak wajar telat. Ia hanya menjumpai tubuh Kichak yang mati mengerikan. Raja Wirata pun bergegas datang. Dalam hatinya Ia bersyukur, adik iparnya yang selama ini merongrong kekuasaanya dan mengancam tahtanya sudah terbujur kaku.

"Ini pasti perbuatan Bhima. Pandawa ada di kerajaanmu Raja Wirata. Kau harus menyerahkan mereka kepada kami," kata Duryudhana.

"Tidak ada kewajiban apapun bagiku untuk memenuhi permintaanmu Pangeran. Mereka yang datang ke Matsya dibawah perlindunganku," kata Wirata tenang.

"Baiklah, kalau begitu kau menantang Hastinapura. Esok, aku pastikan pasukan Kerajaan Kuru akan menggempur Matsya. Istana akan aku robohkan dan semua orang di Kerajaan Matsya akan kubantai," kata Duryudana congkak.

Ia, Dursasana dan Sengkuni kemudian pulang ke Hastina dengan hati dongkol. Mereka segera mempersiapkan serangan ke Matsya untuk menaklukan keraajaan itu sekaligus membongkar kedok Pandawa.

Sementara Wirata, menyambut kelima Pandawa dan berembuk untuk mengatur siasat mempertahankan Matsya dari serangan Hastina. Sebuah perang pembuka akan segera digelar sebagai prolog, pemanasan untuk sebuah perang besar, Baratayudha!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun