Mohon tunggu...
Aryono Putranto
Aryono Putranto Mohon Tunggu... Dosen - Seorang pembelajar yang tinggal di kota pelajar

(semoga) menjadi penulis yang kritis

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Kontra Terorisme (Juga) Harga Mati

9 Juni 2019   21:17 Diperbarui: 9 Juni 2019   21:22 135
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Keberadaan BNPT tentu membawa dampak positif, yaitu mulai berkurangnya serangan teroris di negeri ini. Tetapi yang perlu mendapat perhatian adalah, jumlah serangan yang berkurang, yang artinya, tetap ada sekelompok atau segelintir orang yang tak henti melakukan rangkaian teror.

Memang serangan yang terjadi akhir-akhir ini tidak semasif sebelumnya, melainkan lebih bertipe serangan lone wolf. Menurut Beydoun (2018) dalam tulisannya yang berjudul "Lone Wolf Terrorism: Types, Stripes, and Double Standards", istilah lone wolf terrorism didefinisikan oleh Georgetown University Security Studies Program sebagai, "the deliberate  creation  and  exploitation  of  fear  through  violence  or  threat of violence committed by a single actor who pursues political change linked to a formulated ideology, whether his own or that of a larger organization, and who  does  not  receive  orders,  direction,  or  material  support  from  outside sources".

Dari definisi tersebut, dapat kita lihat bahwa lone wolf terrorism diartikan sebagai sebuah ancaman kejahatan atau kegiatan menebar ketakutan yang dilakukan oleh seorang pelaku.

Hal inilah yang akhir-akhir ini terjadi termasuk yang terjadi di pos pengamanan lebaran Kartasura beberapa waktu lalu. Seiring makin bervariasinya serangan teroris, maka perlu juga dilakukan aktivitas yang berfokus pada kontra terorisme.

Tidak hanya kelompok-kelompok tertentu yang diwaspadai, tetapi juga beberapa orang yang sudah dicurigai tergabung dalam kelompok-kelompok yang terindikasi teroris karena bagaimanapun, bisa jadi mereka akan menebar teror secara sendiri-sendiri agar tidak terlalu mencolok ketika akan menjalankan aksinya.

Kalau di beberapa kesempatan, kita menggaungkan 'NKRI harga mati', maka untuk menutup tulisan ini, saya ingin menggaungkan 'kontra terorisme harga mati' demi Indonesia yang lebih damai, aman, dan tenteram.

Oleh:
Ignatius Aryono Putranto
Dosen Fakultas Ekonomi, Program Studi Akuntansi, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta
E-mail: aryono_16@yahoo.com

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun