Bagaimana memberikan tempat bagi warga sekolah untuk mengkomunikasikan keresahan agar terwujud ekosistem pembelajaran yang menyenangkan?
LATAR BELAKANG
Keresahan Murid
"Bosan Bu, pelajarannya bikin aku ngantuk"
"Gurunya pilih kasih, hanya mengajar anak-anak yang mengerti saja"
Ungkapan seperti ini dapat menjadi sumber konflik di sekolah jika tidak dikelola dengan tepat. Konflik bisa saja terjadi antar pendidik, bahkan pendidik dengan orang tua. Murid terkadang mempunyai keresahan terkait dengan cara mengajar, perilaku ataupun tutur kata guru.
Hal ini disadari oleh para guru sebagai ketidakpuasan murid terhadap pelayanan yang diberikan oleh sekolah sebagai lembaga pendidikan.
Hal tersebut mendorong para guru di SMA Marsudirini Muntilan memberikan sarana bagi murid untuk mengkomunikasikan keresahan sebagai ungkapan ketidakpuasan yang dialami dengan cara yang tepat.
Keterbukaan dalam Persaudaraan
SMA Marsudirini Muntilan memiliki murid yang sangat beragam latar belakang budayanya, murid berasal dari berbagai daerah di Indonesia. Untuk mewujudkan ekosistem pembelajaran yang aman, nyaman dan menyenangkan perlu dilakukan pembiasaan agar warga sekolah memiliki keterbukaan tentang perasaan, keresahan atau ketidakpuasan yang dialami.
Keterbukaan tentu akan meminimalisir munculnya prasangka, sehingga konflik dapat dihindari. Suasana keterbukaan sebagai saudara akan memberikan atmosfer kepada warga sekolah untuk tumbuh dan berkembang. Sebagai lembaga pendidikan hal ini akan menjadi pengalaman yang memberikan kepuasan terhadap pelayanan yang diberikan.
AKSI
Adapun pelaksanaan Roasting Guru di SMA Marsudirini Muntilan diterapkan dalam 5 langkah sebagai berikut :
Langkah 1: Mengapa Roasting Guru?
Memberikan penjelasan kepada murid tentang apa dan mengapa dilaksanakan Roasting Guru.
- Roasting ditujukan untuk memberikan masukan atau kritik dengan cara yang humoris dan ringan. Hal ini dimaksudkan untuk membuat suasana menjadi lebih santai dan menyenangkan, sehingga kritik lebih mudah diterima oleh orang yang dikritik.
- Roasting yang disampaikan berfokus pada kelemahan atau kekurangan baik dalam hal penampilan, perilaku, cara mengajar atau cara memberikan pelayanan yang dilakukan oleh Kepala Sekolah, Guru atau karyawan SMA Marsudirini Muntilan. Diharapkan kritik yang disampaikan tetap konstruktif dan bertujuan untuk membantu yang bersangkutan agar dapat mengalami pertumbuhan.
- Roasting dilakukan secara terbuka dan langsung, dimaksudkan agar kritik dapat didengar secara langsung dan direspon dengan tepat.
- Roasting dapat membantu membangun rasa saling percaya dan keakraban antara warga SMA Marsudirini Muntilan. Hal ini karena roasting menunjukkan bahwa murid yang memberikan kritik merasa nyaman untuk bercanda dan terbuka dengan kepala sekolah, guru atau karyawan yang  dikritik.
Langkah 2: Sharing Kelas
Sharing kelas dipandu oleh wali kelas dengan bantuan pertanyaan pemantik yang menuntun murid untuk mengungkapkan keresahan dan kegelisahan yang dialami saat menghadapi situasi yang tidak menyenangkan.
Murid juga diajak untuk mengumpulkan data-data terkait hal-hal yang perlu diperbaiki, meliputi cara guru mengajar, tutur kata, sikap, tindakan bahkan program yang dilaksanakan oleh sekolah.
Langkah 3: Menyusun Bahan Roasting
Berdasarkan data-data yang dikumpulkan dalam menghadapi situasi yang tidak menyenangkan, murid mengartikulasikan keresahan, kritikan atau ketidakpuasan dalam bentuk pantun, puisi, gambar bercerita atau bentuk lain yang dipilih. Bahan roasting disiapkan per kelas atau kelompok sesuai dengan pilihan dan kesiapan murid.
Langkah 4: Roasting
Murid diberikan kesempatan untuk menyampaikan roasting secara bergantian. Pelaksanaan Roasting diikuti oleh seluruh warga sekolah: kepala Sekolah, guru dan karyawan.
Sebelum acara dimulai disampaikan bahwa Roasting sebagai sarana evaluasi dan refleksi bagi seluruh warga sekolah demi terwujudkan ekosistem pembelajaran yang menyenangkan.
Langkah 5: Tanggapan Guru
"Apa iya saya seperti itu?", atau "Maksud saya tidak seperti itu". Pernyataan tadi menjadi kalimat yang diungkapkan oleh beberapa guru mengawali tanggapan guru usai Roasting.
Beberapa guru tidak menyadari bahwa apa yang dilakukan ternyata ditangkap berbeda oleh muridnya. Terkadang maksud hati bercanda, namun ditangkap sebagai sebuah teguran yang menyakitkan dan menimbulkan luka. Ada peraturan yang menjadi kesepakatan bersama bahwa dalam menyampaikan tanggapan guru yang diroasting tidak marah.
Sebaliknya guru bersepakat untuk menerima apapun yang disampaikan oleh murid sebagai masukan demi perbaikan di masa mendatang. Â
REFLEKSI HASIL DAN DAMPAK
Refleksi Pribadi Guru
Setelah kegiatan kritik ini, kepala sekolah, guru dan karyawan melakukan refleksi pribadi dan dilanjutkan sharing bersama. Hasil refleksi digunakan sebagai bahan dalam memperbaiki proses pembelajaran dan penyusunan program untuk mewujudkan ekosistem pembelajaran yang menyenangkan.
Keterbukaan Murid
Murid berani secara terbuka mengkomunikasikan tentang perasaan, keresahan, bahkan sikap guru yang tidak tepat dalam proses pembelajaran.
Murid terbiasa untuk memberikan kritikan yang bersifat membangun kepada guru, teman yang lain bahkan kepada Kepala Sekolah berdasarkan fakta yang mereka temukan. Menyampaikan hal yang tidak tepat sesuai fakta bukan menjadi hal yang tabu di sekolah.
REFLEKSI BAGI GURU
Kegiatan ini dapat menjadi sarana berefleksi bagi guru. Guru dapat mengetahui bagaimana tanggapan murid terhadap sikap, tutur kata atau perilakunya dalam proses pembelajaran.
Roastingan yang disampaikan  dapat membantu guru mengenal lebih mendalam apa yang sebenarnya menjadi kebutuhan murid dalam proses pembelajaran.
Roasting juga dapat mengingatkan guru tentang kesetaraan, bahwa guru dan murid sama sama bagian dari ekosistem pembelajaran di SMA Marsudirini Muntilan.
TIPS DARI SAYA
Suasana Persaudaraan
Untuk memunculkan keberanian pada murid maka perlu ditekankan bahwa Roasting yang diberikan bertujuan untuk perbaikan sesama anggota keluarga. Jika ada anggota keluarga yang melakukan kesalahan maka perlu diingatkan agar menjadi lebih baik. Suasana kekeluargaan perlu dibangun untuk memunculkan keterbukaan diantara sesama warga sekolah.
Kerendahan Hati Guru untuk Berani Mendengarkan
Guru harus siap untuk menerima masukan apapun dari murid. Guru berani untuk menahan diri ketika apa yang telah dilakukan diungkapkan di depan seluruh warga sekolah dalam Roasting.
Ungkapan Berbasis Data
Mengajak murid untuk mengumpulkan data dalam membuat materi Roasting. Sehingga apapun yang diungkapkan dalam Roasting selalu berbasis data, bukan asumsi dan bukan asal memberikan label (adjust).
Ignatia Rini Purwati
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H