Mohon tunggu...
Ignasius Sabinus Satu
Ignasius Sabinus Satu Mohon Tunggu... -

Staf Pendidik SMPN 1 Bajawa Penggiat literasi dan Rumah Baca, Gerakan Jurnalis Pelajar, Gerakan Literasi Sekolah, AGUPENA.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Kegamangan Fast Reading, Butuh Jalan Pulang Slow Reading

19 Maret 2019   14:51 Diperbarui: 19 Maret 2019   15:26 6
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Soal keterbatasan hal fastreading dalam baca digital mungkin masing-masing kita merasakan tentang itu, dan itu kembali kepada pribadi siapa dan merasa apa yang kurang dari sajian digital yang terbatas tersebut.

Dalam media digital juga tersaji buku-buku elktronik yang dalam jumlah tak sedikit hari ini.

Pertanyaannya, mampukah kita membaca dalam jumlah banyak semisal membaca lembar demi lembar? atau membaca kira-kira 150 halaman dengan menggunakan media digital? Mampukah?. Jika mampu tak usah dilanjutkan bacanya, anda sedang mencurahkan pikiran penuh pada digital.
...
Dan kemudian fastreading pada digital hemat saya, ternyata tidak mampu menghantarkan saya pada kedalaman berpikir. Kegiatan fastreading hanya mampu memindahkan fakta kedalam otak tanpa membahas fakta lainnya, atau tanpa berusaha hal-hal yang berkaitan dengan fakta tersebut, kemudian penginderaan dengan informasi-informasi yang berkitan dengannya. Pada fastreading digital Juga tanpa ada usaha mencari informasi-informasi lain yang berkaitan denga fakta karena sajian lembarannya terbatas atau tingkat kejenuhan kita untuk membuka lagi lembar yang telah terlewati, atau sekedar menandai lembar yang sudah kita buka.

Apa kita sedang berada dalam mimpi buruk, tentang kedalaman informasi? Ternyata pikiran kita butuh hal lain lebih dari sekedar fastreading sebagai asupan yang bernilai, bermutu agar masuk sampai pada kedalaman lalu disitu boleh saya katakan akan terjadi manajemen/ tatakelola pikir sehingga terjadi filterisasi tentang apa saja yang diperoleh, pada titik itu ada keluasan daya untuk mengelola dengan bijak terhadap lebih banyak hal dari yang diperoleh dan itu butuh lebih dari fastreading.

Ber-antonim dengan fastreading ada slowreading (membaca lambat), ini yang saya maksudkan adalah membaca dalam keadaan penuh kesadaran, dengan kesengajaan dilakukan untuk memperoleh tidak sebatas informasi tetapi jauh pada kedalaman berpikir terlibat dalam karya. Keterlibatan kita dalam membaca karya buku (buku cetak, dan sejenis tentunya) inilah kita tempatkan slowreading sebagai jembatan titian menuju.

Dalam membaca buku cetak terdapat hal mendalam dalam (mengindera) merasuk suatu fakta dan mendalam dalam informasi yang berkaitan dengan penginderaan tersebut untuk mengetahui suatu fakta. Membaca buku (buku cetak) kita diajak berpikir kemudian juga dilakukan dengan mengulang pencarian informasi-informasi lain disamping informasi-informasi awal yang telah ada. 

Berpikir mendalam dengan membaca buku juga dilakukan dengan mengulang mengaitkan informasi dengan fakta secara lebih banyak dari yang telah dilakukan sebelumnya kepada yang sesudahnya. Baik dengan cara membaca berulang-ulang atau dengan mengulangi kembali tentang apa yang dikaitkan sebelumnya tersebut. Dengan demikian dari tipe membaca dan kemudian penginderaan, mengaitkan seperti ini akan menghasilkan pemikiran-pemikiran yang mendalam baik berupa kebenaran maupun bukan kebenaran tentang apa yang diperoleh dari buku cetak.

Dan dengan mengulang-ulang lalu membiasakannya maka akan terwujud proses berpikir secara mendalam.
Berpikir mendalam maksud saya adalah berpikir yang tidak cukup dengan sekedar membaca, penginderaan pertama, informasi yang pertamaa /awal, serta pengaitan yang pertama antara informasi dengan fakta namun berpikir sampai pada kedalaman.

Saya sangat mengalami tata kelola berpikir jauh sangat didapati, ini mempengaruhi manajemen konflik diri.

Memang dunia digital menawarkan banyak keuntungan tetapi jika kita menyerah pada dunia itu sepenuhnya saya dan kita mungkin kehilangan privasi yang kita butuhkan untuk mengembangkan diri dari sekedar membaca di permukaan dangkal.

Jika tawaran slowreading menjadi mutlak maka yang namanya ; "biji gandum, biji sesawi, palma Tuhan" tidak menjadi dangkal.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun