Ternyata dunia ini begitu sempit walaupun menurut saya gurun Gobi sudah cukup jauh memisahkan jarak dan sulit ditempuh, tapi ternyata ada teman saya juga yang terdampar di sana.
Saya kemudian membuka sessi training yang terkait dengan cara maintenance yang benar terhadap produk yang kami supply yaitu Rims / Wheels untuk dipasang di roda alat berat seperti dump truck dan wheel loader.Â
Kemudian dilanjutkan proses training oleh teman saya dari Indonesia yang ikut serta berkunjung ke Mongolia yaitu Slamet Rahardjo. Karena sebagian besar teknisi adalah orang asli Mongolia yang belum terlalu menguasai Bahasa Inggris sehingga perlu didampingi dengan seorang interpreter atau translater dari bahasa Inggris ke bahasa Mongolia demikian juga sebaliknya.Â
Nampak semua peserta training begitu antusias untuk mengikuti training yang kami sampaikan ke mereka. Mungkin ada beberapa hal baru yang mereka bisa dapatkan dari hasil training tersebut.
Semua peserta yang mengikuti training tersebut saya berikan sertifikat keikutsertaan dan juga souvenir yang kami bawa dari Indonesia agar mereka selalu ingat dengan materi yang kami sampaikan pada training tersebut.
Pada hari terakhir sessi training, kami diberikan kesempatan untuk meninjau langsung lokasi penambangan batubara di Proyek Thiess UHG Mongolia.Â
Proses penambangan batubara tidak jauh berbeda dengan tambang terbuka (open pit) yang ada di Kalimantan yang sudah biasa kami temui setiapkali berkunjung ke tambang-tambang batu bara. Di sana kami berkesempatan untuk mengambil beberapa foto kegiatan penambangan dari jarak jauh.
Perjalanan Kembali yang Tak Kalah Ekstrim
Setelah berada 4 hari di proyek pertambangan Thiess UHG Mongolia di Tsotseisi kamipun memutuskan untuk kembali lagi ke Ulaanbaatar mengendarai kendaraan yang sama yang membawa kami di gurun Gobi ini.
Saya kembali membayangkan betapa lamanya perjalanan kembali yang sebelumnya sudah pernah kami tempuh dengan waktu hampir 10 jam.Â