Mohon tunggu...
I. F. Donne
I. F. Donne Mohon Tunggu... Penulis - Writer

Penulis adalah seorang Magister Pendidikan lulusan Universitas Negeri Jakarta, Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia. Penulis pernah aktif di berbagai komunitas sastra di Jakarta. Beberapa diantaranya; Sastra Reboan, Kedailalang, dan KPSI (Komunitas Pecinta Seni dan Sastra Indonesia). Karya-karyanya diantaranya; Novel ‘Danau Bulan’, Serampai Cerpen Vol. I ‘Soejinah’ dan ‘Dunia Luka’ Vol. II. Antologi puisi bersama sastrawan-sastrawati. Diantaranya; antologi puisi Empat Amanat Hujan (Bunga Rampai Puisi Komunitas Sastra DKJ), Kerlip Puisi Gebyar Cerpen Detak Nadi Sastra Reboan, Kitab Radja dan Ratoe Alit, Antologi Fiksi Mini, dan beberapa puisinya juga dimuat di majalah Story. Penulis juga sudah memiliki dua buku antologi cerpen bersama beberapa penulis, yaitu Si Murai dan Orang Gila (Bunga Rampai Cerpen Komunitas Sastra DKJ) dan Kerlip Puisi Gebyar Cerpen Detak Nadi Sastra Reboan. Beberapa cerpennya pernah memenangkan lomba tingkat nasional, diantaranya berjudul, Sepuluh Jam mendapatkan juara 2 di LMCPN (Lomba Menulis Cerpen Pencinta Novel), Randu & Kematian pada tahun 2011 dan Selongsong Waktu pada tahun 2013 mendapatkan juara harapan kategori C di Lomba Menulis Cerpen Rotho - Mentholatum Golden Award. Penulis juga aktif di berberapa organisasi kemasyarakatan, seni dan budaya. Aktifitas yang dijalani penulis saat ini adalah seorang jurnalis di salah satu surat kabar online nasional di Indonesia.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Kepergian Sahabat

16 Maret 2020   14:00 Diperbarui: 16 Maret 2020   16:34 473
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

(Dimuat dalam buku 'Si Murai dan Orang Gila' - Bunga Rampai Cerpen Komunitas Sastra DKJ) 

Terkadang purnama datang, lalu sabit, bahkan keduanya. Bintang pun tak dapat menggantikannya. Maka kukatakan pada malam tentang kesedihan yang kupamerkan.

Sesaat dalam gulita, aku kerap mengingatnya. Bahkan saat wajah sang fajar datang, wajah sendunya seakan menebar senyum yang kembali mengingatkanku pada setapak perjalanan. Hal itu sungguh membuatku menahan rindu.

1 Jam usai pemakaman 

Nisan namanya membuat bulu kudukku merinding, dingin menghantam uluh hati. Seharusnya aku tak telat dalam prosesi itu. Seharusnya segera kuantar bibirnya mencium gumpalan pekat tanah untuk terakhir kalinya. Sedetik saja aku tak terlambat, maka sudah pasti akan kucium kening pucatnya.

Peristiwa kematiannya membuatku terus mengingatnya, aku jatuh mengenangnya, sebab tiada yang sepeduli dia di kehidupanku. Namun mengapa dia harus lebih dahulu meninggalkanku, "aku benci pada tanah yang menguruknya, aku benci pada dua alam yang memisahkan persahabatan kami, aku benci!"

Beberapa kali kutampar gundukan tanah itu. Ingin rasanya segera kucopot papan nisan yang bertuliskan namanya "Dimas Sayuti Bin Achmad Sayuti" lalu mencangkul tanah yang menguburnya. Kemudian akan kuangkat jenazahnya dan merendamnya di kutub atau membalsemnya. Seperti pada dinasti oranje. Sebuah sejarah yang pernah kami dengar bersama. Dimana kisah tersembunyi Nieuwe Kerk (Gereja Baru) menjadi salah satu obyek wisata di Delft.

Mas Hadi, Seorang pria paruh baya, yang mengajak kami berbincang di pinggir pantai kuta, menceritakan lengkap sejarah itu.

"Tahukah kalian! Wahai dua pemuda gagah. Dengarlah kisah sejarah yang akan kuceritakan pada kalian. Tentang sejarah dinasti oranje. Banyak rahasia yang akan membuat kalian tercengang."

Saat itu aku dan Dimas saling melirik mata, seakan kami ingin terbahak menertawakan Mas Hadi. Namun kami juga harus mendengarkannya.

"Jadi beginilah sejarahnya." dengan mengangkat kedua tangan dan melihat kearah mata kami, Mas Hadi mulai bercerita.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun