Mohon tunggu...
Ifa Isnaini
Ifa Isnaini Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Hobi travelling

Selanjutnya

Tutup

Book

Review Novel "Harga Seorang Wanita" Karya Ngarto Februana

15 Desember 2022   16:43 Diperbarui: 15 Desember 2022   16:49 240
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Seperti yang diceritakan oleh Februana pada bagian akhir, Tini mengalami kekerasan yang dilakukan oleh istri Parman karena mereka terpergok bahwa Parman mencoba melakukan pemerkosaan kepada Tini. Kekerasan yang di alami Tini adalah kekerasan fisik berupa bekas cakaran di muka dan kekerasan seksual. Dengan kata lain, laki-laki telah mereproduksi ketimpangan gender dengan melihat perempuan lebih sebagai "pendatang" atau "pelengkap", bukan sebagai mitra kerja. Kekerasan dan pelecehan seksual terhadap Tini dalam dunia kerja menunjukkan penolakan dan menegaskan kontinuitas ideologi familiarisme di luar rumah tangga (Irwan Abdullah, 2003: 17).

Dari fenomena tersebut keterlibatan lembaga sosial dan hukum belum secara langsung terlibat dalam mengatasi tekanan dan kesewenangan yang dialami Tini. Perluasan atas ideologi familiarisme membuat perempuan sebagai the second sex dan membentuk wacana seperti tindakan kekerasan yang dapat ditemukan dalam berbagai aspek kehidupan (Irwan Abdullah, 2003: 17-18). Dapat diketahui bahwa Tini mengalami kekerasan secara seksual menurut UU No. 23 Tahun 2004, bahwa suaminya secara terang-terangan memaksa dirinya menjadi tukang pijat (pelacur). Hal tersebut merupakan pengisolasian isteri dari kebutuhan batinnya (Imam Syafe'i, 2015: 154).

Gambaran kasus di atas merupakan bagian kecil dari sekian banyak kasus subordinasi yang dialami perempuan dalam rumah tangga. Apalagi melihat latar belakang dari keluarga Tini dan Jono yang menganut budaya patriarki yang telah mengakar akan sangat sulit untuk mengubah jika dirinya harus melawan atau keluar dari sistem yang mengikat secara tidak adil tersebut. Sikap kesewenang-wenangan Jono terhadap Tini ditunjukkan dengan perilaku yang tidak melibatkan Tini dalam pengambilan keputusan. Hal yang ditimbulkan adalah perampasan hak, eksploitasi, penyiksaan nonfisik yakni dengan berkata kasar, membentak, dan menyuruh untuk menjadi pekerja seksual dengan embel-embel tukang pijat serta hilangnya nilai keadilan dan hak-hak perempuan untuk menikmati hidup sebagaimana individu yang lain (merdeka).

Subordinasi yang menimbulkan ketidakadilan tersebut terlukis pada kasus Tini dan Jono dengan bentuk subordinasi faham patriarki absolut, Faham tersebut terlihat bahwa terjadi kesewenang-wenangan yang dilakukan Jono kepada Tini. Hal demikian menunjukkan jika laki-laki memiliki kekuasaan mutlak dalam rumah tangga. Sehingga tidak ada celah bagi perempuan untuk mengekspresikan diri kecuali apa yang telah ditentukan atau atas izin dari suami. Implikasi yang kemudian dirasakan oleh Tini adalah matinya tanggungjawab Jono sebagai suami yang seharusnya berkewajiban mencari nafkah dan melunasi hutang, malah dengan ikhlas hati Tini diserahkan sebagai bentuk pelunas hutang dengan Parman.

Analisis Teori "Feminisme Radikal"

Kasus pada novel yang di karang oleh Februana ini sangat mengena bagi penulis, apalagi ketika pada bagian ketidakadilan gender yang dirasakan sosok Tini sebagai istri yang harus manut dan tunduk pada suami, akan tetapi tidak mendapat balasan yang sebagaimana mestinya diperoleh. Oleh karena itu, dari novel tersebut penulis memfokuskan pada analisis teori Feminisme Radikal. Feminisme radikal adalah suatu teori yang mempunyai dasar pemikiran bahwa pada sistem gender merupakan dasar dari penindasan terhadap kaum perempuan (Akhyar Yusuf Lubis, 2016: 103). Menurut Kate Millett dalam Amalia Puspa Khoirunnisa (2014) memandang bahwa feminisme radikal adalah hasil dari sistem universal patriarki. Sistem tersebut diciptakan oleh laki-laki dengan tujuan mengembalikan kembali kekuasaan laki-laki dan subordinasi perempuan.

Berdasarkan uraian diatas, menandakan jika perempuan selalu berada pada posisi subordinat dan mengalami inferioritas diri. Fenomena tersebut terkonsep dalam teori ini yang memusatkan permasalahan pada kondisi biologis perempuan dan digambarkan bahwa perempuan adalah objek seks dan alat reproduksi (Amalia Puspa Khoirunnisa, 2014: 4). Hal tersebut terlukis pada Parman yang masih mencintai Tini dan memiliki hasrat untuk menjadikan Tini sebagai pemuas nafsunya.

Di sisi lain, tidak hanya pada kasus Parman saja, namun salah satu pelanggan Tini di Griya Pijat Sehat Nikmat yakni tokoh Andi juga menginginkan Tini sebagai gundik pemuas nafsunya. Kendati demikian, yang menjadi keanehan bagi penulis adalah bahwa Tini merelakan dirinya sebagai pemuas nafsu Andi dan tidak untuk orang lain. Keanehan yang dialami penulis terjawab pada beberapa bagian dalam novel yang menjelaskan bahwa niat baik dari tokoh Andi adalah membebaskan Tini dari pekerjaan tersebut dengan berpindah ke pekerjaan lain yakni menjadi pembantu atau pelayan toko. Iming-iming yang diberikan Andi pada akhirnya diterima oleh Tini, meskipun dirinya harus menjadi pemuas nafsu Andi tapi hal tersebut tidak menjadi persoalan bagi Tini karena dirinyapun menyukai hal tersebut.

Melihat tawaran Andi pada Tini sudah sangat jelas dengan isu yang terjadi pada feminisme radikal ini, bahwa perempuan hanyalah objek seks dan alat reproduksi bagi laki-laki. Selain itu, konsep feminisme radikal melihat tubuh dan seksualitas memegang esensi sangat penting terkait dengan pemahaman bahwa penindasan dimulai adanya dominasi atas seksualitas perempuan dalam lingkup privat (Fajar Apriani, 2013). Akibat dari perjanjian hutang yang dilakukan oleh Jono dan Parman selain berimplikasi pada ketidakdilan dan eksploitasi bagi Tini, Tini juga kehilangan cinta kepada Jono. Hilangnya perasaan Tini kepada Jono berdampak pada tidak harmonisnya hubungan rumah tangga mereka.

Kasus yang diceritakan oleh Februana adalah contoh kasus yang banyak berkembang di masyarakat, dimana merupakan gambaran subordinasi perempuan dalam sistem patriarki di Indonesia. Perempuan menjadi objek kekerasan, objek seksual, dan objek reproduksi dalam hubungan interpersonal dengan laki-laki. Hal tersebut akibat dari perbedaan kedudukan laki-laki dan perempuan yang telah di konstruksikan masyarakat. Sebagaimana yang terpancar pada kasus di atas bahwa Tini menyadari betul inferioritas dirinya yang pada akhirnya tunduk pada budaya patriarki, dirinya juga harus menanggung berbagai macam dominasi kesewenang-wenangan baik dari suaminya, Parman, dan Andi.

Penulis melihat bahwa seharusnya Tini dapat memperjuangkan hak dan kewajibannya sebagai perempuan, istri, dan ibu tanpa membedakan gender. Pada dasarnya kesetaraan bukan saja milik laki-laki namun juga perempuan. Mengingat Tini sebagai perempuan dianggap tidak penting dalam setiap perencanaan dalam proses menjalani kehidupan bersama suami. Seharusnya sebagai sepasang suami istri, Tini harus selalu dilibatkan bukan justru mengukung budaya patriarki yang berdampak langsung pada ketidakadilan gender bagi perempuan. Karena akar dari ketidakadilan yang terjadi pada novel ini adalah rendahnya partisipasi perempuan baik diranah privat yakni rumah tangga dan ranah publik yakni dunia kerja.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Book Selengkapnya
Lihat Book Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun