Jangan Sepelekan Pendidikan Non-Formal: Kunci untuk Masa Depan yang Lebih Baik
Jangan sepelekan pendidikan non formal Why? Karena Pendidikan non-formal memiliki peran yang sangat penting dalam pengembangan individu dan masyarakat. Meskipun pendidikan non formal tidak terkait ruang kelas kurikulum yang terstruktur, dan evaluasi yang ketat. Namun, Pendidikan non formal mencakup berbagai aktivitas belajar yang langsung mengarah pada kebutuhan.
Yuk cari tahu apa itu pendidikan non formal, dan apakah pendidikan non formal dibutuhkan padahal kita sudah atau sedang mengenyam pendidikan formal? Artikel ini saya buat bukan untuk membuat orang untuk malas bersekolah. Tetapi artikel ini memberikan motivasi bagi mereka yang kurang beruntung dan tidak berkesempatan bersekolah di sekolah formal dengan berbagai alasan, Atau bagi mereka yang ingin mengembangkan keterampilan khususnya.
Lah memangnya ada yang tidak bisa mengenyam pendidikan formal? Bukankah sekolah sudah gratis, harusnya semua orang berkesempatan untuk bersekolah?
Masalah pendidikan di Indonesia masih menyisakan persoalan yang rumit. Berdasarkan data Susenas yang diolah Bappenas tahun 2022, anak usia sekolah (7-18 tahun) yang tidak bersekolah mencapai 4.087.288 anak. Angka tersebut dinilai meningkat jika dibandingkan dengan 3.939.869 anak pada tahun 2021. Diketahui, faktor penyebab terbesar adalah kondisi ekonomi keluarga yang memprihatinkan (sumber; dpr.go.id). Jumlah ini belum termasuk anak-anak yang drop out dari sekolahnya.
Berbicara masalah biaya pendidikan tentu tidak  hanya sebatas uang sekolah saja tetapi mencakup kebutuhan lainnya seperti biaya seragam sekolah, biaya transport, uang saku dan lainnya. Semuanya itu cukup membebani para orang tua terutama bagi yang memiliki penghasilan tidak tetap dan pas-pasan. Biaya pendidikan terasa semakin berat ketika anak-anak memasuki masa kuliah. Biaya UKT yang semakin mahal, ditambah biaya kos-kosan dan biaya makan semakin menambah berat beban para orang tua untuk melanjutkan pendidikan anaknya ke  perguruan tinggi.
Pendidikan non formal tentu bisa menjadi solusi pendidikan yang lebih, fleksibel, relevan dengan kebutuhan. Persoalan biaya tentu sangat beragam bisa disesuaikan dengan kemampuan masing-masing orang.
 Apa itu Pendidikan Non-Formal?
Pendidikan non-formal adalah bentuk pendidikan yang berlangsung di luar sistem sekolah formal. Ini mencakup berbagai kegiatan seperti kursus keterampilan, pelatihan kejuruan, program pengembangan masyarakat, lokakarya, dan banyak lagi. Pendidikan non-formal biasanya lebih fleksibel dalam hal waktu, metode, dan tempat pelaksanaannya, sehingga dapat diakses oleh berbagai lapisan masyarakat.
Manfaat Pendidikan Non-Formal
1. Fleksibilitas dan Aksesibilitas
Pendidikan non-formal menawarkan fleksibilitas yang tidak dimiliki oleh pendidikan formal. Program-program ini dapat disesuaikan dengan kebutuhan peserta didik, baik dalam hal waktu maupun materi pelajaran. Ini memungkinkan individu yang tidak bisa mengikuti pendidikan formal karena keterbatasan waktu atau biaya untuk tetap mendapatkan pendidikan yang relevan.
2. Pengembangan Keterampilan Praktis
Salah satu keunggulan utama pendidikan non-formal adalah fokusnya pada keterampilan praktis yang langsung dapat diterapkan di dunia kerja. Misalnya, kursus menjahit, pelatihan komputer, atau kelas bahasa asing. Keterampilan ini sering kali menjadi kunci untuk meningkatkan peluang kerja dan meningkatkan taraf hidup.
3. Pemberdayaan Masyarakat
Pendidikan non-formal berperan penting dalam pemberdayaan masyarakat. Program-program seperti pelatihan kepemimpinan, kesehatan masyarakat, dan kewirausahaan membantu individu dan komunitas untuk menjadi lebih mandiri dan berdaya. Ini, pada gilirannya, dapat mengurangi kemiskinan dan meningkatkan kualitas hidup secara keseluruhan.
4. Pembelajaran Sepanjang Hayat
Pendidikan non-formal mendukung konsep pembelajaran sepanjang hayat, di mana individu terus belajar dan berkembang sepanjang hidup mereka. Ini sangat penting dalam dunia yang terus berubah dan berkembang, di mana keterampilan dan pengetahuan baru selalu dibutuhkan.
Peran Pendidikan Non-Formal dalam Pembangunan Berkelanjutan
Pendidikan non-formal memainkan peran penting dalam mencapai tujuan pembangunan berkelanjutan. Dengan memberikan akses pendidikan kepada semua lapisan masyarakat, termasuk mereka yang terpinggirkan, pendidikan non-formal membantu mengurangi kesenjangan sosial dan ekonomi. Selain itu, program-program pendidikan non-formal yang fokus pada isu-isu lingkungan dan keberlanjutan dapat meningkatkan kesadaran dan tindakan untuk menjaga planet ini.
Saya adalah salah satu orang yang pernah mengenyam pendidikan non formal bidang jahit menjahit. Jika disekolah kejuruan mungkin hitungan ahli dalam membuat pola, memotong kain menjahit dan memecah mode butuh waktu hitungan tahun, berbeda dengan saya yang waktu itu cukup kursus tiga bulan sudah bisa langsung praktek membuat pola, memecah mode, menggunting bahan, dan menjahit.
Meskipun waktu pencapaian setiap individu bersifat relatif, umumnya mengikuti kursus memungkinkan seseorang untuk memperoleh keterampilan dengan lebih cepat dibandingkan dengan belajar di pendidikan formal. Hal ini juga berlaku untuk berbagai pelatihan lainnya. Mengapa demikian? Karena kursus biasanya berfokus hanya pada kebutuhan spesifik, sehingga pencapaian dapat diraih lebih cepat. Sebaliknya, pendidikan formal mencakup berbagai mata pelajaran yang harus dipelajari, yang dapat mengurangi fokus dan membuat proses belajar menjadi kurang mendalam.
"Wah, kalau begitu cukup sekolah non formal saja, buat apa sekolah formal hanya buang waktu dan uang saja"
Ya tidak begitu juga ya guys. Sampai kapanpun pendidikan itu penting baik formal maupun non formal. Bagi saya sekolah formal dibutuh untuk memberikan keterampilan dasar pada siswa. Terlebih lagi sekarang sekolah-sekolah telah menerapkan Kurikulum Merdeka yang lebih bersifat Oriented Student. Pembelajaran lebih berfokus pada perilaku luhur dan pengembangan kemampuan anak sesuai kodrat yang ada pada dirinya. Tinggal lagi apakah Filosofi Ki Hajar Dewantara yang sedang digaungkan oleh bapak menteri ini dilaksanakan secara benar atau hanya sekedar sebuah catatan yang tidak diterapkan sama sekali.
Jumlah sekolah-sekolah formal di Indonesia belum mencukupi kebutuhan yang ada, terutama untuk daerah-daerah terpencil yang belum memiliki akses memadai. Di daerah-daerah seperti itu rentan sekali anak-anak tidak bersekolah atau dropout karena jarak sekolah yang jauh dari jangkauan. Pemberdayaan sekolah-sekolah non formal, seperti kursus bengkel, menjahit, dan lain-lain sangat dibutuhkan disini karena bisa dilaksanakan dengan waktu yang fleksibel dan biaya murah.
Sebagian orang yang tidak atau putus sekolah mengalami dampak psikologis serius. Dampak paling besar adalah munculnya rasa minder. Seseorang yang tidak sekolah atau putus sekolah rentan terkena dampak ini. Hati-hati jika merasa minder ujung-ujungnya bisa berdampak stres dan frustasi.
Ahli filsafat Rocky Gerung pernah mengatakan bahwa memiliki ijazah itu hanyalah tanda bahwa seseorang pernah sekolah bukan tanda seseorang pernah berfikir dan belajar. Jadi bagi kamu yang tidak memiliki kesempatan mengenyam pendidikan formal, atau terpaksa putus sekolah karena tidak memiliki biaya atau keterbatasan lainnya, jangan sedih ya apalagi sampai frustasi, banyak kok orang yang putus sekolah tetapi justru menunjukkan keberhasilan maha dahsyat setelah mengikuti pendidikan non formal. Yuk kita berkenalan dengan tokoh-tokoh tersebut:
1. Steve Jobs
Steve Jobs, salah satu pendiri Apple Inc, adalah contoh terkenal seseorang yang memperoleh banyak pengetahuan dan keterampilan melalui pendidikan non-formal. Setelah drop out dari Reed College, Jobs tetap mengikuti kelas kaligrafi dan kelas lainnya yang menarik minatnya. Pengalaman dan keterampilannya dalam desain dan teknologi sebagian besar diperoleh dari pembelajaran non-formal dan pengalaman praktis di lapangan. Steve Job pernah diundang sebagai pembicara acara wisuda padahal dia sendiri belum pernah di wisuda.
2. Elon Musk
Elon Musk, pendiri Tesla dan SpaceX, adalah contoh lain dari seseorang yang memanfaatkan pendidikan non-formal untuk mencapai kesuksesan. Musk dikenal sebagai seorang otodidak yang membaca buku-buku tentang fisika roket dan teknologi untuk mengembangkan pengetahuan dan keterampilannya. Meskipun ia memiliki latar belakang pendidikan formal, banyak dari pengetahuan spesifiknya diperoleh melalui pembelajaran non-formal dan eksperimen pribadi.
3. Richard Branson
Sir Richard Branson, pendiri Virgin Group, adalah seorang pengusaha sukses yang tidak menyelesaikan pendidikan formalnya. Branson meninggalkan sekolah pada usia 16 tahun dan memulai majalah Student. Kesuksesannya banyak diperoleh melalui pengalaman langsung dalam bisnis dan keterampilan yang dipelajarinya di luar sistem pendidikan formal.
4. Walt Disney
Walt Disney, pendiri The Walt Disney Company, adalah contoh lain dari seseorang yang berhasil berkat pendidikan non-formal. Disney belajar seni secara otodidak dan melalui kursus-kursus singkat. Meskipun ia menghadapi banyak kegagalan awal, kreativitas dan ketekunannya yang didukung oleh pembelajaran non-formal membawanya pada kesuksesan besar dalam industri hiburan.
5. Henry Ford
Henry Ford, pendiri Ford Motor Company, adalah contoh klasik dari pengusaha sukses yang mengandalkan pendidikan non-formal. Ford tidak memiliki pendidikan formal yang tinggi tetapi memperoleh keterampilannya melalui magang dan pengalaman kerja. Pengetahuannya dalam mekanik dan bisnis berkembang melalui pembelajaran praktis dan non-formal, yang memungkinkannya merevolusi industri otomotif.
Selain tokoh-tokoh diatas masih ada beberapa tokoh tanah air yang sukses melalui pendidikan non formal diantaranya adalah:
1. Bob Sadino
Bob Sadino adalah seorang pengusaha sukses yang dikenal sebagai pendiri Kem Chicks, sebuah supermarket yang menjual berbagai produk makanan impor dan lokal. Bob Sadino tidak memiliki pendidikan formal yang tinggi; ia justru belajar dari pengalaman langsung di lapangan. Mulai dari usaha kecil-kecilan, ia belajar dari kegagalan dan terus mengembangkan usahanya. Pendidikan non-formalnya berupa pengalaman praktis dan belajar dari kehidupan nyata membuatnya menjadi salah satu pengusaha terkenal di Indonesia.
2. Susi Pudjiastuti
Susi Pudjiastuti, mantan Menteri Kelautan dan Perikanan Indonesia, adalah contoh lain dari individu yang berhasil tanpa latar belakang pendidikan formal yang tinggi. Susi putus sekolah saat SMA dan memilih untuk terjun langsung ke dunia bisnis. Ia memulai bisnis perikanan dan penerbangan dengan kerja keras dan pembelajaran mandiri. Melalui pengalaman langsung dan pendidikan non-formal, Susi berhasil membangun bisnis yang sukses dan mendapatkan pengakuan internasional. Dan sempat menjadi Mentri Perikanan Indonesia pada priode pertama pemerintahan Presiden Jokowi.
3. Andrea Hirata
Andrea Hirata, penulis terkenal novel "Laskar Pelangi", adalah contoh lain dari seseorang yang sukses dengan pendidikan non-formal. Meskipun Andrea memiliki pendidikan formal, inspirasi dan pengetahuannya dalam menulis sebagian besar berasal dari pengalaman hidupnya dan pembelajaran non-formal. Cerita-cerita yang ia tulis banyak dipengaruhi oleh kehidupan sehari-hari dan pengamatan sosial, yang memberikan perspektif unik dan autentik dalam karya-karyanya.
4. Merry Riana
Merry Riana adalah seorang motivator dan pengusaha sukses yang meraih ketenaran berkat perjuangan dan kerja kerasnya. Meski memiliki pendidikan formal di luar negeri, banyak keterampilan dan pengetahuan bisnis yang ia peroleh melalui pengalaman langsung dan pendidikan non-formal. Merry Riana sering membagikan pengalamannya dalam seminar dan buku, memberikan inspirasi bagi banyak orang untuk mencapai kesuksesan melalui jalur non-formal.
Tokoh-tokoh ini menunjukkan bahwa kesuksesan tidak selalu harus diraih melalui jalur pendidikan formal yang konvensional. Pendidikan non-formal, pengalaman praktis, dan pembelajaran sepanjang hayat memainkan peran penting dalam membentuk individu yang sukses dan berpengaruh di berbagai bidang.
Hmm, Zaman memang sudah berubah. Pendidikan non formal yang dulunya dianggap pendidikan yang tidak berkelas kini semakin diminati. Menjamurnya tempat privat-privat, kursus pelatihan kerja, bimbingan SNBT, kursus bahasa asing dan banyak lagi yang lainnya menunjukkan pendidikan non formal semakin populer di masyarakat tidak hanya menengah kebawah tetapi juga menengah ke atas.
Pendidikan non-formal adalah komponen vital dari sistem pendidikan yang holistik. Dengan fleksibilitasnya, fokus pada keterampilan praktis, dan kemampuan untuk memberdayakan individu dan komunitas, pendidikan non-formal tidak boleh disepelekan. Sebaliknya, ia harus diakui dan didukung sebagai salah satu kunci untuk masa depan yang lebih baik dan berkelanjutan. Oleh karena itu, penting bagi pemerintah, organisasi, dan masyarakat untuk terus mendukung dan mengembangkan program pendidikan non-formal agar manfaatnya dapat dirasakan oleh lebih banyak orang.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H