Mohon tunggu...
Ifah Latifah
Ifah Latifah Mohon Tunggu... Guru - Guru

Penulis buku antologi Guru Profesional (Laikesa: 2020). Antologi Jawaban dari Tuhan (Dd Publishing:2020). Antologi Mengedukasi Negeri (Madani Kreatif: 2020) Guru Limited Edition ( Pustaka Literasi : 2021) Puisi 1000 penggiat Literasi judul Indonesia bangkit(Geliat gemilang abad i: 2021) Nak sungguh aku mencintaimu ( Little Soleil : 2021)

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Manisnya Gula: Mitos dan Fakta di Balik Kebutuhan Tubuh

14 Juli 2024   03:24 Diperbarui: 14 Juli 2024   06:08 68
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pernahkah kamu mendengar filosofi tentang kopi dan gula?  

Filosofi kopi dan gula menggambarkan seseorang yang selalu disalahkan. Mirip seperti gula yang disandingkan dengan kopi. Secangkir Kopi yang diberi gula terlalu sedikit maka rasa pahitnya akan lebih mendominasi, sehingga orang-orang akan menyalahkan gula karena gula yang terlalu sedikit sehingga menyebabkan rasa kopi terasa pahit. Begitu pula disaat kopi terlalu manis, gula tetap juga yang disalahkan. Pasalnya karena gula terlalu banyak, sehingga rasa kopi menjadi terlalu manis.

Lantas bagaiana bila kopi dan gula berimbang atau takarannya pas, siapa yang dapat pujian? Jawabya kopi, bukan gula. Semua orang bakal berkata, kopinya sedap, kopinya mantap. Bukan gulanya sedap atau gulanya yang mantap. Tidak ada pujian sedikit pun untuk gula, bahkan parahnya gula malah disebut-sebut sebagai biang penyakit yaitu penyakit gula.

Benarkah, gula hanya sebagai biang penyakit? Atau cara komsumsi, dan gaya hidup kita yang salah?

Berbagi pengalaman pribadi ketika usia remaja, saya adalah salah satu orang yang enggan mengomsumsi gula. Tidak suka minuman dan makanan yang manis-manis. Kondisi fisik saya lemah, mudah terserang anemia, dan jika tidak memiliki ketahanan tubuh. Beresiko pingsan jika harus berdiri terlalu lama seperti saat mengikuti upacara bendera.

Pengalaman lain datang dari ibu saya yang pengomsumsi gula berat. Sehari bisa dua sampai tiga kali mengomsumsi teh manis dengan rasa gula yang terasa sangat melekat. Belum lagi gula yang dihasilkan oleh beras, kue dan lain-lain, yang jelas ibu adalah pecinta gula berat bahkan sampai akhir hayatnya diusia 82 tahun. Ada sesuatu yang menarik dari kuatnya almarhumah ibu mengomsumsi gula. Beliau sangat aktif dalam beraktivitas sehari-hari dan alhamdulillah kadar gulanya tidak pernah melebihi kebutuhan,  dan belum pernah beliau diagnosa terjangkit penyakit Diabetes atau gula.

Kedua pengalaman ini menimbulkan pertanyaaan di benak saya, benarkah gula sebegitu bahayanya? Sampai-sampai banyak orang yang menganggap gula sebagai momok yang menakutkan. Karena pengalaman saya tinggal bersama orang tua pengomsumsi gula berat justru membuat saya ragu akan jahatnya gula. Hal ini disebabkan karena saya melihat keaktifan beliau  dalam menjalankaan aktivitas sehari-hari, dan saya yang kurang mengomsumsi gula malah fisiknya lebih lemah.

Sebenarnya apakah gula itu jahat  Atau sesungguhnya gaya hidup yang lebih fatal berpotensi menyebabkan penumpukan kadar gula di dalam tubuh sehingga menyebabkan penyakit diabetes atau gula. Pertanyaan ini membuat saya penasaran sehingga mendorong saya mencari berbagai referensi tentang gula.

Jenis-jenis Gula

Gula merupakan salah satu bahan makanan yang paling umum dan paling sering digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Mulai dari minuman hingga makanan penutup, gula memberikan rasa manis yang khas dan disukai oleh banyak orang. Ada beberapa jenis gula yang umum kita komsumsi yaitu:

  1. Gula Pasir (Sucrose): Jenis gula ini adalah yang paling umum digunakan di dapur. Sucrose biasanya diekstraksi dari tebu atau bit gula.
  2. Gula Merah (Brown Sugar): Gula ini mengandung molase, memberikan warna cokelat dan rasa karamel yang khas.
  3. Fruktosa: Gula alami yang ditemukan dalam buah-buahan. Fruktosa memiliki rasa manis yang lebih tinggi dibandingkan dengan sukrosa.
  4. Laktosa: Dikenal sebagai gula susu, laktosa ditemukan dalam produk susu.
  5. Glukosa: Sumber energi utama bagi tubuh yang juga ditemukan dalam sirup jagung.

Manfaat Gula

Sesungguhnya gula adalah suatu zat yang dibutuhkan tubuh. Gula memiliki beberapa manfaat yang tidak bisa diabaikan, terutama dalam jumlah yang moderat. Berikut beberapa di antaranya:

  1. Sumber Energi: Gula adalah sumber energi cepat yang mudah diserap oleh tubuh. Ini berguna untuk aktivitas fisik dan mental yang membutuhkan energi segera, serta membantu menyimpan energi dalam bentuk lemak yang sehat.
  2. Mengatasi Tekanan Darah: Gula merah atau aren dapat membantu mengatasi tekanan darah rendah. Ketika tubuh mengalami gula darah rendah atau hipoglikemia, asupan gula atau glukosa diperlukan untuk meningkatkan energi. Oleh karena itu, konsumsi gula merah tetap diperlukan.
  3. Memenuhi Mineral Tubuh: Konsumsi gula merah dapat memenuhi kebutuhan mineral lebih baik dibandingkan dengan gula putih. Gula merah mengandung beberapa mineral penting seperti zat besi, zinc, kalsium, dan kalium yang dibutuhkan oleh tubuh.
  4. Menjaga Kesehatan Tulang: Berkat kandungan kalsium dan kalium di dalamnya, konsumsi gula merah dapat membantu menjaga kesehatan tulang. Kalsium diperlukan untuk membentuk tulang yang kuat, sementara kalium membantu meminimalkan terbuangnya kalsium melalui urine, sehingga kalsium dapat terserap lebih maksimal. Hal ini membantu menjaga kesehatan tulang dan mengurangi risiko osteoporosis.
  5. Menjadi Alternatif Bagi Penderita Diabetes: Gula merah memiliki indeks glikemik rendah. Artinya, konsumsi gula ini dengan porsi yang tepat tidak akan menyebabkan kenaikan kadar gula darah secara cepat sehingga lebih aman untuk dikonsumsi penderita diabetes.
  6. Pengawet Alami: Gula digunakan dalam pengawetan makanan seperti selai dan jeli, karena kemampuannya untuk menarik air dari mikroorganisme, sehingga mencegah pertumbuhan bakteri.
  7. Meningkatkan Rasa: Gula meningkatkan rasa makanan dan minuman, menjadikannya lebih enak dan menarik untuk dikonsumsi.
  8. Meningkatkan Mood: Konsumsi gula dapat memicu pelepasan serotonin, hormon yang berhubungan dengan perasaan bahagia.

Dampak Negatif Konsumsi Gula Berlebihan

Namun dari berbagai manfaat di atas tentu tetap ada sisi negatif dari gula. Meski gula memiliki manfaat, konsumsi gula yang berlebihan dapat membawa dampak negatif bagi kesehatan. Beberapa di antaranya adalah:

  1. Obesitas: Konsumsi gula berlebihan dapat menyebabkan peningkatan berat badan dan obesitas, yang merupakan faktor risiko untuk berbagai penyakit kronis.
  2. Diabetes Tipe 2: Gula berlebih dapat meningkatkan risiko diabetes tipe 2, di mana tubuh menjadi kurang sensitif terhadap insulin.
  3. Penyakit Jantung: Konsumsi gula yang tinggi dapat meningkatkan risiko penyakit jantung melalui peningkatan tekanan darah, peradangan, dan kadar lemak dalam darah.
  4. Karies Gigi: Gula adalah penyebab utama karies gigi karena bakteri dalam mulut mengubah gula menjadi asam yang merusak enamel gigi.
  5. Gangguan Metabolik: Gula dapat menyebabkan gangguan metabolik yang dapat mengganggu fungsi normal tubuh.

Penumpukan kadar gula dalam tubuh, yang dikenal sebagai hiperglikemia, dapat disebabkan oleh beberapa faktor. Penyebab utama dari penumpukan kadar gula darah yang tinggi adalah diabetes, baik Tipe 1 maupun Tipe 2. Namun, ada juga kondisi lain yang dapat menyebabkan kadar gula darah tinggi. Berikut adalah penyebab utama dari penumpukan kadar gula dalam tubuh:

1. Diabetes Tipe 1

Diabetes Tipe 1 adalah kondisi autoimun di mana sistem kekebalan tubuh menyerang dan menghancurkan sel-sel beta di pankreas yang memproduksi insulin. Tanpa insulin, tubuh tidak dapat mengatur kadar gula darah dengan efektif, menyebabkan gula darah tinggi.

2. Diabetes Tipe 2

Diabetes Tipe 2 adalah kondisi di mana tubuh menjadi resisten terhadap insulin atau tidak cukup memproduksi insulin untuk mengontrol kadar gula darah. Faktor risiko utama untuk Diabetes Tipe 2 meliputi obesitas, pola makan tidak sehat, kurangnya aktivitas fisik, dan genetika.

3. Sindrom Metabolik

Sindrom metabolik adalah kumpulan kondisi yang meliputi tekanan darah tinggi, kadar kolesterol yang tidak sehat, dan kelebihan lemak perut. Kondisi ini meningkatkan risiko diabetes tipe 2 dan penyakit jantung, yang dapat menyebabkan penumpukan kadar gula dalam darah.

4. Obesitas

Kelebihan berat badan, terutama lemak viseral (lemak di sekitar organ dalam perut), dapat meningkatkan resistensi insulin, yang mengarah pada peningkatan kadar gula darah.

5. Pola Makan Tinggi Gula dan Karbohidrat

Konsumsi makanan tinggi gula dan karbohidrat sederhana dapat menyebabkan lonjakan kadar gula darah. Jika konsumsi makanan ini berlebihan dan berkelanjutan, tubuh bisa mengalami kesulitan mengatur kadar gula darah.

6. Stres

Stres fisik atau emosional dapat meningkatkan kadar hormon stres seperti kortisol dan adrenalin, yang dapat menyebabkan peningkatan kadar gula darah. Stres kronis juga dapat berkontribusi pada resistensi insulin.

7. Infeksi dan Penyakit

Beberapa infeksi dan penyakit, seperti infeksi saluran kemih, pneumonia, atau penyakit jantung, dapat menyebabkan peningkatan kadar gula darah. Tubuh merespons infeksi dengan melepaskan hormon stres yang dapat meningkatkan kadar gula darah.

8. Penggunaan Obat-Obatan

Beberapa obat, seperti kortikosteroid, diuretik, dan obat anti-psikotik, dapat meningkatkan kadar gula darah sebagai efek samping.

9. Tidak Patuh pada Pengobatan Diabetes

Bagi mereka yang sudah didiagnosis dengan diabetes, tidak mematuhi rencana pengobatan, termasuk pengambilan obat atau insulin yang tidak teratur, dapat menyebabkan kadar gula darah meningkat.

10. Kekurangan Aktivitas Fisik

Kurangnya aktivitas fisik dapat mengurangi sensitivitas insulin dan kemampuan tubuh untuk mengatur kadar gula darah. Aktivitas fisik membantu tubuh menggunakan glukosa sebagai energi dan meningkatkan sensitivitas insulin.

Penyebab diabetes atau penyakit gula ternyata tidak sepenuhnya  disebabkan karena menomsumsi gula. Tetapi ada banyak faktor diluar itu. Dengan memahami penyebab penumpukan kadar gula tentu kita dapat melakukan pencegahan-pencegahan agar gula tidak serta merta menjadi sumber penyakit dalam tubuh tetapi lebih kepada pemberian manfaat dalam tubuh.

Namun demikian bagi beberapa kasus yang memiliki riwayat genetika penderita penyakit gula tentu harus sangat berhati-hati untuk mengonsumsi gula, seimbangkan dengan aktivitas fisik agar risiko diabetes semakin kecil.

Pemberian Lebel Kandungan Kadar Gula pentingkah?

Kementerian Kesehatan (Kemenkes) berencana menerapkan aturan mengenai pemberian label warna (color guide) pada minuman kemasan yang mengandung pemanis.

Dalam konteks ini, Pengamat Kebijakan Publik dari Universitas Trisakti, Trubus Rahadiansyah, menyatakan bahwa langkah pemerintah untuk memberikan label warna bertujuan untuk memberikan edukasi kepada masyarakat mengenai kadar gula yang terkandung dalam minuman tersebut, baik tinggi, menengah, maupun rendah (sumber ;kontan.co.id)

Pemberian label kandungan kadar gula pada label makanan tentu menjadi sangat penting dan dapat membantu orang-orang yang memiliki risiko diabetes. Dengan adanya label tersebut pengonsumsian kadar gula dalam mengontrol kebutuhan gulanya, sehingga bisa lebih cermat dam memilih makanan yang sesuai dengan kebutuhan kadar gula dalam tubuhnya, menurut saya ini adalah suatu bukti perlindungan pemerintah terhadap kesehatan masyarakatnya. 

Tentu saja tidak sebatas kadar gula yang harus di beri label tetapi ada banyak jenis zat-zat lain yang berisiko bagi kesehatan jika di komsumsi berlebihan perlu diberi label demi keamanan dan kenyamanan serta kesehatan masyarakat.

Untuk kamu yang memiliki risiko diabetes tentu harus tetap waspada dalam mengonsumsi makanan. Mengurangi konsumsi gula tidak berarti menghilangkan semua rasa manis dari diet. Berikut beberapa tips untuk mengurangi konsumsi gula:

  1. Baca Label Makanan: Perhatikan kandungan gula pada label makanan dan pilih produk dengan kandungan gula yang lebih rendah.
  2. Gantikan dengan Pemanis Alami: Gunakan pemanis alami seperti madu atau stevia sebagai pengganti gula.
  3. Kurangi Minuman Manis: Hindari minuman manis seperti soda dan jus buah yang mengandung gula tambahan.
  4. Masak Sendiri: Memasak makanan sendiri memberikan kontrol lebih besar terhadap jumlah gula yang ditambahkan.
  5. Pilih Buah Segar: Buah segar adalah pilihan yang lebih sehat dibandingkan dengan makanan manis yang mengandung gula tambahan.

Gula adalah bahan makanan yang penting dalam kehidupan sehari-hari, memberikan rasa manis dan sejumlah manfaat. Namun, penting untuk mengonsumsinya dengan bijak dan dalam jumlah yang moderat. 

Mengurangi konsumsi gula berlebih dapat membantu menjaga kesehatan dan mencegah berbagai penyakit kronis. Dengan langkah-langkah sederhana, kita dapat menikmati manisnya kehidupan tanpa mengorbankan kesehatan.

Sumber :

Halaman blog Aido Health ' manfaat guula pasir bagi kesehatan yang ditinjau dr. Nanda L Prasetya, MMSc

https://www.alodokter.com/5-manfaat-gula-merah-untuk-kesehatan-dan-faktanya

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun