Mohon tunggu...
ifa avianty
ifa avianty Mohon Tunggu... -

Saya seorang penulis, ibu rumah tangga, senang membaca, memasak, dan kerja2 kreatif lainnya.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

[LombaPK] Semangat Restorasi, Tiga Dara, dan Menolak Lupa

11 September 2016   14:11 Diperbarui: 11 September 2016   14:28 149
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Adegan tiga Dara, foto by Wikimedia

Siapa nyana siapa menduga

Tiga dara kena asmara

Siang malam hati merindu

Rindu kasih nan pertama

Itu adalah penggalan syair lagu yang dinyanyikan di awal fim Tiga Dara oleh tokoh utama Nunung, Nana, dan Nonny, dari karya sutradara dan produser Usmar Ismail.

Tiga Dara adalah film kedua (1956) dari Usmar Ismail alm, yang meraih box office, setelah sebelumnya Krisis (1953), yang diputar berminggu minggu di bioskop kelas satu Metropole, ketika itu. Saya juga pernah menonton Krisis, di TVRI tahun 1980an. Bagus juga kok filmnya. Nanti kapan kapan saya review ya.

Singkatnya film Tiga Dara berkisah tentang kehidupan tiga bersaudara perempuan yang ringan dan ceria, namun ketika mereka mulai merasakan jatuh cinta, konflik mulai terjadi, dan melibatkan nenek yang selama ini merawat mereka. Film ini dibuat oleh PT. Perfini dengan teknologi hitam putih dan layar standard. Namun demikian, masih sangat asyik untuk dinikmati hingga sekarang. Nanti, di akhir postingan ini akan saya tambahkan beberapa film tempo dulu yang bermutu dan masih asyik dinikmati hingga sekarang, dalam rangka menolak lupa itulah.

Siapa saja yang berkontribusi dalam film ini?

Selain Usmar Ismail yang kini disebut sebagai Bapak Perfilman Nasional, juga ada penulis scenario M. Alwi Dahlan yang kemudian kita kenal sebagai salah satu pakar ilmu komunikasi. Pimpinan Kamera adalah Max Tera yang pada tahun 1990 meraih Usmar Ismail Award. Juru suara adalah almarhum Leo Fioole, make up artist adalah Osman dan Sofjan yang kemudian menjadi sutradara pada film “Wali Sanga”, pimpinan produksi atau line producer adalah Nyak Abbas Accup, komposernya adalah almarhum Syaiful Bahri dan Ismail Marzuki, dan sebagai penyanyi adalah almarhum Sam Saimun, Bing Slamet, dan Said Effendi. Beruntunglah saya sempat mengenal karya dan suara mereka, meskipun saya juga tahunya saat mereka sudah almarhum.

Sedikit tentang almarhum Sam Saimun, Bing Slamet, dan Said Effendi, itu suara mereka….sangat mengagumkan. Kalau anda yang lahir setelah tahun 1990an dan kurang kenal dengan seni budaya Indonesia periode 1970an sebelumnya, coba search di YouTube ya.

Para pemerannya adalah: Citra Dewi sebagai Nunung, Mieke Wijaya (ibunya Nia Zulkarnaen) sebagai Nana, dan Indriati Iskak sebagai Nonny. Di tahun 80-90an Ibu Citra Dewi dan Ibu Mieke Wijaya masih cukup aktif di dunia seni peran. Ibu Indriati Iskak kemudian memilih meninggalkan dunia keartisan setelah menikah dengan seorang perwira AURI. Hasan Sanusi sebagai Sukandar, Fifi Young sebagai Nenek, Bambang Irawan sebagai Herman, Rendra Karno (kalau saya enggak salah ingat, dia ini cukup ganteng lah pada zamannya, sama dengan Bambang Irawan) sebagai Toto, dan Usmar Ismail sendiri sebagai pak Tamzil. Para pemeran pembantu ini semuanya sudah lama meninggal dunia. Oh iya, Bambang Irawan itu ayahnya Ria Irawan dan Dewi Irawan. Kalau Fifi Young dulu sering main film sebagai partnernya Tan Tjeng Bok alias pak Item, selain pak Item juga sering berpasangan dengan Emak Uwok (Wolly Sutinah).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun