Sore itu, di bawah sebatang pohon yang terdapat kursi taman berwana hijau dan diantara parkiran motor yang berjejer rapih oleh security Kantor. Aku dan Lastri tengah mengobrolkan terkait beasiswa yang kuterima dari sebuah universitas ternama di Kota Padang, Sumatera Barat. Kabar beasiswa S2 itu baru saja kuterima tadi malam, dari sebuah Website resmi kampus yang kuajukan untuk melanjutkan S2. Selain orang tuaku, Lastri yang merupakan teman akrab selama bekerja pun adalah orang yang harus kuberitahu lebih dahulu.Â
"Kamu keterima di sana, San? serius." tanyanya kaget.Â
"Ia Tri. Alhamdulillah."Â
"Alhamdulillah ..., ya Allah. aku seneng loh dengernya San. Umi sama abi udah kamu beritahu San?" Lanjutnya.
"Ia sudah. Tadi pagi, waktu sarapan mau berangkat kerja Tri."
"Syukurlah. pengen peluuuuuk heheh"Â
Lastri pun memelukku begitu erat, yang membuat sedikit sesak nafasku. karena tangannya yang besar seperti perawakan tubuhnya. tapi dari kekurangan yang ada dipenampilannya yang gemuk. Lastri adalah gadis baik dan teman terbaikku. yang dimana ia seperti alarm, yang selalu ontime untuk ada dan mengingatkanku. Bisa mengenai tentang pekerjaan, tentang perjalanan maupun ibadah. Apakah di Padang nanti akan aku temukan orang seperti Lastri lagi? Tanya yang selalu muncul setiap kali aku bersama Lastri.Â
"Sudah, sudah Tri. Tubuhku sakit."Â
"Kalo meluk tenaganya sesekali dikurangin lah Tri. kamu tau kan aku ini kurus. hampir saja aku mati kehabisan nafas tadi hehee" tambahku sambil menyeka air mata.
"Maaflah San. hehe janji, besok kalo meluk lagi tenaganya bakal dikurangin deh, janji hehe." jawab Lastri sambil melepaskan pelukannya.
"Ayo masuk San. sudah jam setengah 5" sambil mulai berdiri dari bangku dan memegang tanganku.