"Sama."
 "Tapi menurut loe bro. percaya gak kalo anak-anak nenek itu udah mati?" Tanya Jefri membuat pokusku ke layar handphone terhenti, dan menolehkan pandangan ke Jefri langsung.
 "Kalo masalah percaya atau nggak. Saya kembalikan ke Tuhan aja Jef. Karena hanya Tuhanlah yang paling tau, prihal kebenaran dari seorang manusia sebenarnya. Kita manusia hanya pandai menerka - nerka mengenai seseorang. Dan akhirnya, bila terkahan kita keliru? Kita malah menjadikan itu Fitnah karena sudah mengeluarkan pendapat bohong alias seudzon terhadap sesama."
 "Oke. Bisa diterima." Pungkas Jefri menyangga jawabanku terkait kebenaran anak pengemis tua itu.
Â
"Oh ya, menurut kamu? Sebenernya ini salah siapa, pemerintah kah, masyarakat kah atau malah nenek itu sendiri?" Tanya Jefri kembali sembari mengangkat secangkir kopi yang sudah disiapkan oleh tukang warung bakso.
 "Saya gak tau jef. Sebab saya bukan orang yang mampu menentukan yang mana yang benar atau yang mana yang salah. Kini yang terpenting cuman satu menurut saya. Semoga nenek itu selalu diberikan ketabahan. Itu doang."
 "Hmmm! Ia juga sih. Baiklah kisanak, kemana  lagi perjalanan kita  sekarang? Melihat sepertinya hujan mulai redah." Sembari membuang abu rokok, dan kembali menghisapnya
Â
 "Kita langsung pulang saja Jef. besok lagi kita cari info terkait lowongan kerja."
"Baiklah kalau begitu."sembari kembali menyeruput kopi dan meletakkannya.
***
[PARUNGBOGOR, 2018]
 "Beginilah kehidupan. Keras, kejam dan kita hanya bisa bersabar dan bersabar untuk melewati setiap rentetan ujiannya. Ibaratkan, perjalanan yang amat panjang. Yang hanya akan berakhiran oleh kematian. Tetapi, selagi hidup dan masih diberikan kesempatan, kita harus tetap terus berjuang serta menghargai orang lain. Dan tentunya jauhi sifat seudzon terhadap sesama.
 Bila kita sudah memulainya, dan mengajarkan pada orang lain. Maka tidak mungkin orang lain pun, akan bersikap sama. Untuk menyadarkan dirinya, dan turut membagikannya kepada orang lain. Walau kita tak bisa membantu orang lain untuk berhasil, setidaknya kita bisa merubahnya untuk mulai menghargai sesama."[SpK]
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H