Mohon tunggu...
Idris setiawan
Idris setiawan Mohon Tunggu... Lainnya - Sang Pencinta Keheningan

Dari hidup kita belajar berjuang. Dan dari Tuhan kita belajar iklas. Tak ada perhentian yang akan indah selain mati dengan bahagia.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Pengemis Tua

2 Oktober 2022   22:45 Diperbarui: 2 Oktober 2022   22:58 180
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

 "Emang nenek pulang kemana?" Tanya jefri sembari memperhatikan pengemis tua itu.

  "Di kampung sini, masih belakang pasar. Bejalan ngak jau nak."

 "Ooo... mau di anterkan nggak nek?" Tanyaku memotong.

 "Gak usa. Terima kasih nak. terima kasih juga buat baksonya. Semoga kalian di berikan kesehatan dan tambahan rezeki nak. Aamiin." Ucap pengemis tua itu sembari tersenyum kepada kami berdua.

  "Aamiin allahumma aamiin"ucap kami serentak menjawab do'a dari pengemis tua itu

 "Ya sudah. Nenek pamit dulu." Sembari mulai berjalan mengarah keluar warung.

 "Iya nek. Ati-ati."ucap Jefri.

  Jefri pun bergegas pindah tempat duduknya, kembali ke semula di sampingku. Sembari menghidupkan rokoknya. Kami lihat nenek telah menghilang dari pandangan. Di bawah guyuran air hujan yang terus turun membasahi bumi.

"Hey?"

 " ya Jef. Kenapa?" Tanyaku sambil mencoba menghidupkan handphone yang sedari tadi hanya tergeletak bagai benda mati di atas meja.

 "Gua kasihan sama tu nenek-nenek?"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun