Mohon tunggu...
Idris setiawan
Idris setiawan Mohon Tunggu... Lainnya - Sang Pencinta Keheningan

Dari hidup kita belajar berjuang. Dan dari Tuhan kita belajar iklas. Tak ada perhentian yang akan indah selain mati dengan bahagia.

Selanjutnya

Tutup

Cerbung

"PERJALANAN KEMANUSIAAN" Part. 3 Bahagia itu Sederhana

10 Februari 2022   02:11 Diperbarui: 26 Juni 2023   22:51 267
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pagi ini begitu indah di sini, diantara ramainya orang - orang yang merayakan weekend dengan berolah-raga pagi.

 "Hei ... melamun aja si mbaknya. Haha" tegur Anita sembari duduk di sebelahku.
 "Yang melamun siapa juga Nit. Orang lagi ngelihatin orang - orang yang jogging juga."

 "Ia ia ... hm, ini minuman mu." Sembari memberikan sebotol air minum.

 "Terima kasih Nit."

 "Siap nyonya besar hahha" ledek Anita.

 Wus ... wuus... hembusan angin perlahan menerpa hijabku, begitu menyegarkan. Sebuah penyegaran dari padatnya rutinitas yang bergelut dengan laporan dan laporan kerja yang kadang membuatku stress.

 "Nanti siang mau ke mana Nov?" Tanya Anita.

 "Ada kegiatan mengajar anak jalanan bersama Relawan Kabupaten Nit. Progam mas Iwan Humanity." Ucapku pelan.

 "hm ... kamu nggak capek apa? Kerja terus dari senin sampe sabtu, di hari minggunya ada kegiatan pulak. Novi ... bolos dulu bisa lah hari ini. Kita ke mall yuk, aku denger di Tangcity lagi ada promo. Ayolah Nov... please!"ucapnya merayu.

 "Nggak bisa Nit. Hm' gimana kalo malemnya aja. Sepulang dari kegiatan nanti siang, kita ke mall. Gimana Nit?" Tanyaku mencoba memenuhi hasrat belanjanya yang gila dengan promo.

 "Baiklah. Tapi, kamu beneran nggak cape kan Nov?"

 "Enggak Nita... buat kamu, aku selalu kuat kok. Dan nggak akan capek."

 "Seriuuss!!"

 " ia.. serius Anita Damayanti."

 "Hm .... sayang Novi." Sembari memelukku.

 "Sayang Anita juga." Aku yang membalas mengelus pipinya yang di balut hijab syar'i hitam kesukaannya.

 "Ya udah ayo lari lagi, sekalian kita langsung pulang. Udah jam 7.30." Ucapku.

 "Ayo."

  Kami pun berdiri dan mulai berlari lagi memutari Taman  sambil menuju ke arah parkiran motor yang berada di sudut timur Taman. Sesampainya di parkiran, aku dan Anita lekas pergi meninggalkan Taman Pemda menuju pulang ke rumah masing - masing.

 "Assalammuallahikum Novi pulang."

 "Wa'allahikumussalam. Bagaimana joggingnya? Anita nggak mampir Nov?" Tanya ibu sembari memberikanku anduk.

 "Anita langsung pulang bu. Nanti malem dia ngajak ke Tangcity mall, belanja."

 "Belanja apa?"

 "Nggak tau Nita. Katanya lagi ada promo." Ucapku sambil menggerakkan pundak sebagai tanda tidak tahu.

 "Oo promo. Yaudah, hati - hati."

 "Iya bu. Hm' Novi mandi dulu bu." Ucapku pelan.

 "Yaudah mandi sana. Biar wangi. Hehe"

 "Iya bu." Aku pun lekas berjalan menuju kamar mandi dan mulai membersihkan badanku. Setelah selesai, aku pun berganti pakaian dan tidak lama menghampiri ibu dan ayah yang sedang nonton tv.

 "Mau kemana Nov? Katanya nganter Anitanya nanti malam?." Ucap ibu bingung.

 "Ada kegiatan di Tangkot bu. Punya MRI, Programnya mas Iwan yang main ke sini waktu itu loh bu. Yang tempo hari mimpin Galdan di Perum." Ucapku santai, sembari berjalan ke dapur dan membuat secangkir teh hijau kesukaanku.

 "Oo ... kegiatan apa emangnya?" Tanya ayah.

 "Mengajar anak jalanan yah. Program baru tahun ini, sebagai program edukasi untuk memberikan pembelajaran bagi anak - anak jalanan yang notabennya tertinggal di dunia pendidikan yah."

 "Bagus itu Nov. Yaudah ayah bantu do'a semoga diperlancarkan dan selalu diberikan kebaikan aamiin."

 "Aamiin" sahut Ibu"

 "Aamiin. Terima kasih yah, terima kasih bu." Ucapku sembari tersenyum.

 Ayah dan Ibu pun kembali pokus melihat acara di tv. Sembari nimbrung, ku lirik jam dinding yang ternyata sudah menunjukkan pukul 09.15 WIB. Lalu akupun berinisiatif untuk berangkat, karena jarak tempuh perjalanan yang juga  terbilang jau dari rumah.

 "Yah, bu ... Novi berangkat dulu ya." Ucapku sambil menjolorkan tangan ke depan, meminta izin sembari bersaliman pada mereka.

 "Yaudah. Hati - hati di jalan." Ucap Ayah.

 "Iya yah."

 Ibu pun tersenyum sembari mengantarkan kepergianku dari pintu depan.

 "Hati - hati di jalan, nggak usah ngebut - ngebut. Pelan - pelan aja, yang penting selamat." Ucap ibu pelan.

 "Baik bu. Novi tau, kan Novi bukan pembalap hehe" ucapku. 

 "Novi pamit bu. Assalammuallahikum. yah ... Novi pamit."

 "Iya, hati - hati."sahut Ayah.

 "Wa'allahikumussalam." Ucap Ibu

 Jalan serang - jakarta terlihat padat merayap. Walau hari ini minggu, ternyata di jalan lintas masih ramai kendaraan bermotor lalu lalang untuk berpergian. Dengan menempuh perjalanan kurang lebih 1 jam setengah, akhirnya sampailah aku di tempat yang dijadikan sebagai lokasi untuk mengajar. 

 Kulihat mas Iwan dan Andi sudah berada di sana lebih dulu, dengan pelan kuparkirkan motor diantara gerobak bakso dan gerobak gorengan. 

 "Assalammuallahikum." Ucapku sembari menghampiri mas Iwan dan Andi. 

 "Wa'allahikumussalam." Jawab mas Iwan dan Andi berbarengan. 

 "Hm' bagaimana mas, persiapan untuk mengajarnya?" Tanyaku.

 "Persiapannya ya ... begini Nov. Kita baru bisa ngumpulin kira - kira segini dan ini juga merupakan kerja sama kita dengan komunitas Anak Jalanan." Ucap mas Iwan.

 "Oo ... hm' baik mas." 

 "Ayo saya kenalkan dulu dengan mereka." Sembari mengajakku berjalan menghampiri anak - anak  yang sedang  duduk berkerung membentuk bulatan dan di mentori oleh seorang pria dewasa yang merupakan anggota komunitas anak jalanan.

 "Baiklah anak - anak, kakak punya teman baru ni. Kita kenalan yok ..." ucap pria itu.

 "Ayo Nov. Perkenalkan diri kamu. " ucap mas Iwan. 

 "Baiklah, perkanalkan adek - adek. Nama kakak Novi adesti sukma, panggil aja kak Novi. Kakak salah satu anggota MRI Kabupaten Tangerang. Dan merupakan rekan relawan yang sama oleh mas Iwan dan kak Andi. Kak Novi, juga merupakan karyawan swasta. Dan hobi kak Novi sendiri, itu adalah jogging / lari. Jadi wajar kalo kak Novi kurus. Hehe" ucapku sedikit malu. 

 "Wah ... ternyata namanya kak Novi. Ayo ucapkan selamat datang ke kak Novi?".

 "Selamat datang kak Novi."ucap para anak - anak.

 "Ia, Terima kasih." 

 "Baiklah, untuk hari ini kita akan membuat sebuah bentuk gambar menggunakan kertas origami, lem dan gagang es krim. Nah di sini kakak sudah mempunyai contoh pola bentuk gambar yang harus di buat. Silakan adek - adek memilih mau menggunakan yang mana. Oke." Ucap pria yang mementori anak - anak kecil tersebut. 

 Jadi, mengajar anak jalanan ini sebenarnya adalah sebuah program yang sudah berjalan selama 2 tahun lebih oleh komunitas "Anak Jalanan." Sebuah program yang di kerjakan apa adanya, dengan dana secukupnya. Dan bermaksud untuk membantu anak - anak jalanan atau anak - anak kampung yang notabenenya tidak tersentuh pendidikan. Tema pembelajarannya sendiri di sini bertema "Belajar sambil bermain." Dan mata pelajaran yang diajarkan sendiri merupakan  mata pelajaran - mata pelajaran yang tidak akan menjadikan anak - anak jenuh. Misalnya olah raga, muatan lokal, bahasa Indonesia, berhitung / mate - matika, dang mengaji.  

 "Ayo kita bantu mengajar Nov." Ucap mas Iwan.

 "Ayo mas." 

 Akhirnya kami bertiga pun ikut berpartisipasi dalam proses mengajarkan membuat pola gambar  yang berbahankan kertas origami, lem dan gagang ice cream sesuai permintaan kakak mentor anak - anak tadi.

 Pada awalnya kita memilih gambar mana yang akan dibuat. Nah, nanti kita akan membuatnya dan menempelkannya di kertas origami.

 Nah di sini sendiri ternyata anak - anak yang ikut, sebagian besar adalah anak - anak kampung sekitar daerah sini. Yang juga merupakan anak - anak kurang mampu, dan sebagian besar orang tua mereka bekerja sebagai pemulung, dan pengemis lampu merahh. 

 "Kak, ini buatnya bagaimana?" Tanya seorang anak kepadaku.

 "Yang mana adek?" Ucapku. 

 "Yang ini kak." Sembari menunjuk salah satu gambar

 "Oo kipas, baik sini kak Novi ajarkan. Pertama - tama kita buat pola dengan pena / pensil. Gambar di origami dan nanti kita potong dan kita tempel di gagang ice cream. Nah polanya seperti ini, adek bisa motongnya?" Tanyaku.

 "Bisa kak." 

 "Baik kalau begitu, silakan di potong. Sesuang gambar, jangan masuk ke area pena yah. Garis pena itu batasnya." Ucapku.

 "Ia kak. Terima kasih." Ucap anak tersebut.

 "Kak, aku mau juga buat kayak Irvan." Ucap salah seorang anak. 

 "Oke baiklah, coba kakak lihat kertas origaminya." Ucapku

 "Nih kak." Sembari memberikan kertas origaminya kepadaku.

 "Pertama - tama, adek mau buat pola gambar yang mana?" Tanyaku.

 "Yang ini kak." Sembari menunjuk salah satu gambar yang sudah di sediahkan oleh tim pengajar dari komunitas Anak Jalanan. 

 "Oke baiklah. Kita coba buat ya... di sini kakak membuat pola gambarnya, nanti adek yang gunting dan menempelkan. Oke." Ucapku

 "Baik kak." 

  "Nah ini sudah selesai, silakan di gunting lalu di tempel menggunakan lem ya." 

 "Iya kak. Lem mana?" Tanya anak itu kepada anak - anak lain di dalam kerumunan. 

 "Tuh sama Ranta." Ucap salah seorang anak cewek.

 "Eh Ratna, minjem lem dong. Saya mau nempelin gambar ni." Ucap anak laki - laki tadi

 "Ini Riki, ambil aja." Ucap anak cewek yang duduk diantara  mbak - mbak dari komunitas Anak Jalanan. 

 Kebahagian terlihat dari raut wajah mereka, wajah - wajah yang masih polos dan lugu. Yang masih belum tau betapa kerasnya dunia sesungguhnya. Apalagi dengan minimnya pengetahuan, yang mungkin akan membuat kita jatuh dan kalah menghadapinya. 

 Tapi di sinilah, komunitas anak jalanan berada. Mencoba menjadi jembatan langsung, untuk membantu dan mengayomi anak - anak yang memiliki keterbatasan di bidang perekonomian. Dan syukurnya, para orang tua mereka mendukung atas kegiatan ini. Walau sebenarnya kegiatan ini juga tidak bisa lama. Sebab, sebagian anak - anak ada yang harus kembali memulung atau membantu kedua orang tuanya mengemis di lampu merah.

 Inilah wajah negeriku saat ini, di mana perjuangan itu lebih berat ke rakyat bawah dan sayangnya banyak orang tutup mata, bahkan beragumen jelek tentang mereka. 

"Kak sudah jadi." Ucap seorang anak yang tadi pola gambarnya ku gariskan.

 "Wah ... udah jadi. Pinter kamu dek." Ucapku sambil tersenyum dan memberikan tepuk tangan. Diikuti oleh anak - anak lain, yang menyusul sudah menyelesaikan pola gambar yang di buat. 

"Itu apa yang kamu buat To?" ucap anak perempuan meledek pola gambar yang dibuat oleh salah seorang anak laki - laki. 

 "Ini kipas." Ucap anak itu. 

 "Masak kipas kayak gitu ...  hahah" ledek anak perempuan.

 "Biarin. Wkwkw" ucap anak laki - laki. 

 Dan akhirnya mereka tertawa terbahak - bahak, sambil tetap ngeledek hasil karya mereka masing - masing. Tapi baiknya di sini, tidak ada ketersinggungan. Malah mereka tertawa dan menjadikan suasana lebih hidup. Menarik, dan sesuatu hal yang lebih menarik untukku. 

 Setelah semua anak - anak selesai membuat karya mereka masing - masing. Akhirnya mereka dikumpulkan untuk foto, sebagai kenang - kenangan dokumentasi kegiatan hari ini.    

  Ternyata, bahagia itu sederhana menurutku. Di mana kita bisa menjadi pelantara untuk orang lain tersenyum, itu merupakan anugerah paling indah di dalam definisi bahagia. Ada kepuasan tersendiri, dan ada pembelajaran hidup yang bisa dipetik mengenai membantu orang - orang.

Tidak ada yang salah prihal kehidupan ini menurutku. Tidak ada si miskin, atau si kaya. Tidak ada yang sekolah di tempat elit, atau di pinggiran jalan. Semua sama saja. Sebab tujuan mereka cuman satu, mendapatkan pembelajaran.

_SpK_

(Tangerang, 10 Februari 2021)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun