Mohon tunggu...
Muhammad Idrisman Mendefa
Muhammad Idrisman Mendefa Mohon Tunggu... -

Pengembara Spiritual. PD. JPRMI Kab. Padang Lawas. Lembaga Al-Mahabbah.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Siti

3 Agustus 2018   18:16 Diperbarui: 1 September 2018   20:02 659
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kata sang ustadz, "Hidup ini butuh keteguhan iman. Dengan imanlah kita akan selalu mampu menghadapi ujian kegidupan. Seenak-enaknya tidur,  jika iman kita hidup,  shubuh kita akan bangun,  lalu menuju masjid. Sebaliknya,  jika iman kita lemah,  kita pun gak kan kuat menghadapi pahit manisnya kehidupan."

Sepulang dari masjid,  dan Mara sudah sarapan,  Mara tiba-tiba,  dapat pesan dari Sari.

"Kamu udah buka WA? Siti udah kirim jawabannya. Aku minta maaf ya. "

Mara merasa aneh,  "kok Sari bilang minta maaf ya... Jawaban Siti apaan emangnya? "

Mara mulai rada khawatir,  "jangan-jangan... "

Dengan perasaan yang mulai goyah. Detakan jantung di dada Mara serasa mengencang penuh tanda tanya.

Mara,  membuka WA nya,  ada pesan masuk dari nomor baru. Pesan itu berisi,   "Assalamu alaikum warahmatullahi wabarakatuh... akhy...   Silahkan cari akhwat yang lebih baik dari ana. Ana mohon maaf... "

Entah perasaan apa yang ada dalam hati Mara. Mara menghela nafas dalam-dalam. Mengepalkan tangan. Menggenggam kuat HP nya.

Mara terduduk di atas kursi. Matanya sayu seakan kosong. Mara terdiam menyandarkan tubuh.

Tak lama,  Mara tersenyum. "Hh..  Biasa...  No problem,  inilah taqdir. Bukan kali ini. Ini kan udah kali keberapa. Tinggal menghitung saja."

Mara menuju kamar mandi. Ingin menyegarkan diri. "Gak ada yang boleh disalahin. Yang penting,  mereka udah tahu. Yang penting mereka gak salah sangka lagi. Yang penting aku udah jalanin. Yang penting dengan begini,  mereka bisa ngerti,  bahwa semua butuh proses,  kesabaran,  dan tidak ujug-ujug,  semudahnya balikkan telapak tangan,  semudahnya ngeluarin omongan."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun