Siti masih membisu.
"Kamu ikutan ngaji ya? Â Dimana? Berapa lama?"
Tanpa sepatah kata pun keluar dari bibir Siti.
"Siti... Kok kamu gak jawab pertanyaanku?"
Mara menarik nafas, "tapi gak pa-pa kok, Â Siti boleh kasi jawabannya nanti aja... "
Sejenak Mara terdiam. Kembali Mara menyeruput kopinya tiga kali. Mara meletakkan punggungnya ke sandaran sofa. Mara menatap ke arah TV sedang mati di hadapannya. Tatapan yang jauh penuh harapan dan tanda tanya.
Mara menghentikan lamunannya. "Sekarang, Â kalo boleh, aku mau cerita. Dan itu pun kalo kamu mau dengarkan. Â Harapanku, kamu mau..."
Meski Siti gak ada jawaban. Mara akhirnya berkisah tentang dirinya.
"Siti... Yah... Â Inilah aku apa adanya. Seperti yang kamu lihat. Â Aku cuma seorang yang punya banyak kekurangan. Sankin banyaknya kekuranganku, Â rasanya aku gak sanggup menyampaikan apa sebenarnya kelebihanku."
"Banyak hal yang gak aku miliki. Â Harta aku gak punya. Ilmu aku gak ada. Pekerjaan? Aku cuma seorang pelayan. Sama sepertimu. Kamu, di toko melayani para pengunjung atau pembeli. Aku, ya... Â melayani keperluan administrasi masyarakat."
"Namun, Â entah kenapa, Â tetap saja aku diembankan amanah dan tanggungjawab. Dan inilah kekurangan aku yang lainnya."