Kuliah semester pertama di almamater Ke-2 ini saya kelabakan. Bagaimana tidak, saya harus mencuri waktu bekerja dengan diam-diam pergi kuliah. Dosen saya berkata "Kalau kuliah, ya kuliah saja. Jangan bekerja". Dan saya menjawabnya "Maaf bu, kalau saya tidak bekerja bagaimana saya bisa membiayai kuliah saya. Saya kuliah untuk mengubah masa depan saya", kujelaskan selugas dan sejelas mungkin.Kuliah terus berlanjut sampai saya semester tiga, dan tiada disangka Kampus Excellent yang mana almamater ke-2 ku ini terpaksa ditutup, dan mahasiswanya (termasuk saya) di merger dengan sebuah Universitas yang letaknya paling ujung timur.
Dan hingga pada akhirnya, sekarang saya berada di almamater ke-3. Sempat terbesit keinginan, lebih baik saya tidak ikut ke Universitas ini. Saya ingin mengikuti jejak beberapa mahasiswa yang memberontak dengan melanjutkan ke Universitas lain. Tapi, saya bisa dapat uang dari mana untuk membayar segala sesuatunya. Ya, uang uang dan uang. Kendala utama ku. :||
Besok senin saya akan mengikuti ujian semester, akan tetapi saya tidak tahu bisa mengikuti ujian tersebut atau tidak. Karena saya belum lunas administrasi. Ya, berharap ada keajaiban yang berupa dispensasi atau ada dermawan yang melunasi administrasiku. Terkesan mengemis ya? Tak apalah, gengsi sudah saya buang jauh-jauh.
Tetapi kalau memang harus kandas ya biarlah kandas. Satu hal yang terus saya yakini, bila saya salah mengambil jalan, saya hanya perlu mencari sungai terdekat dan mengikuti alirannya, karena semua sungai akan bermuara ke laut yang satu. Begitu pula kehidupan ini, Tuhan sudah menciptakan muara yang nantinya sebagai 'laut hidup' saya.
Terimakasih banyak sudah menyempatkan waktu membaca setiap kata yang telah saya susun untuk meluapkan uneg-uneg saya ini.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H