Mohon tunggu...
Idris Efendi
Idris Efendi Mohon Tunggu... karyawan swasta -

I'm fun-loving people who really enjoy a good time with friends, family or anyone else for that matter. I love practical jokes and like to play tricks on colleagues and friends alike. I tend to stir up trouble simply out of boredom, which can end up being more hurtful than they intended. Often, when this causes trouble, I expect others to understand it was all a joke and to deal with the consequences on my own.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Almamater ke-3, Akankah Kandas Lagi?

8 Juni 2012   18:37 Diperbarui: 25 Juni 2015   04:13 301
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Perhatian: Mohon maaf bila isi dari  tulisan ini tidak berkenan. Saya memilih tab "Edukasi" karena saya ingin berbagi pengalaman masalah kehidupan pendidikan saya, yang saya bumbui dengan kehidupan saya.

Perkenalkan, saya adalah seorang pemuda 20 tahun yang mengenakan status sosial 'Mahasiswa' di Universitas Swasta yang terletak paling timur di Daerah Istimewa Yogyakarta (Ngayogyakarta Hadiningrat). Saya terdaftar di Fakultas Sains dan Komputer sebagai Mahasiswa Jurusan Teknik Informatika. Terlihat keren bukan? Tapi percayalah, keadaan saya tidak seperti yang kalian bayangkan.

Ini adalah semester pertama saya berada di kampus tercinta ini dan menyandang status mahasiswa semester empat. Bingung? Oke, saya akan jelaskan. Ini adalah almamater ke-3 saya dalam proses menempuh gelar kesarjanaan strata satu. Jangan berfikir saya adalah orang kaya yang mempunyai kegemaran keluar masuk perguruan tinggi. Saya hanyalah seorang rakyat jelata yang hanya menggantungkan hidup dan pendidikan saya dengan bekerja sebagai tenaga paruh waktu.

Saya lulus dari salah satu SMK Negeri di salah satu kabupaten yang masih eks-Karesidenan Surakarta dengan Jurusan Multimedia pada tahun 2009 silam. Percayalah, saat itu saya mengalami 'gangguan' yang sama seperti anak-anak lain. Yaitu 'gangguan' pertanyaan Kerja atau Kuliah?

Seharusnya saya tidak memasukkan kata 'Kuliah' dalam kamus hidup saya. Dengan begitu, mungkin saya telah menikah dan menimang buah hati seperti yang terjadi di daerahku. 20 Tahun bahkan kurang, sudah wajar membina rumah tangga. *Di daerah saya*

Setelah lulus SMK saya melanjutkan studi di satu Universitas di Surakarta yang terletak di Jl. Adi Sucipto. Saya mengambil jurusan Ilmu Komunikasi. Jangan berfikir saya mengambil jurusan itu karena tidak ada jurusan yang sejalur dengan pendidikan saya di SMK ya. Di Universitas ini juga ada jurusan Teknik Informatika. Kalau saya ini pintar, seharusnya saya mengambil jurusan ini. Ya, berhubung saya tidak begitu pintar, ya saya mengambil jurusan Ilmu Komunikasi.

Saya mengambil jurusan Ilmu Komunikasi, karena saya suka berbicara didepan umum. Harapannya sih bisa mengembangkan karir sesuai hobi. Sekedar informasi saja, saya mengambil jurusan Multimedia waktu SMK karena saya tidak punya pilihan lain. Untung saja, saya bisa lulus ya? :)

Saat itu memasuki semester 2, tepatnya maret 2010. Saya merasa pesimis, tidak ada harapan untuk terus melanjutkan pendidikan dan melanjutkan hidup secara bersamaan. Akhirnya saya menyerah. :'(

Akhirnya saya putuskan hijrah ke Kota Pelajar dan hidup menumpang. Saya meminta tolong untuk dicarikan pekerjaan, dan kebetulan di toko oleh-oleh teman saya ada lowongan, sehingga saya bisa masuk, walaupun dengan lama kontrak yang kurang wajar menurut saya (kurang dari 6 bulan). Saya masih memiliki keinginan untuk melanjutkan pendidikan. Akan tetapi, saya tidak memiliki berkas sama sekali dari Perguruan Tinggi lama. Jadi, kalau ingin melanjutkan pendidikan ya saya harus mengulang dari awal - Sebagai Mahasiswa Baru.

Universitas dengan slogan terbaru "Muda Mendunia" adalah Universitas pertama yang saya coba. Saya mencoba peruntungan di jurusan Hubungan Internasional - Kelas Reguler. Saya diterima dengan jalur khusus tanpa tes. Sebenarnya ada keringanan biaya yang sangat besar. Akan tetapi, saya tidak memiliki cukup uang untuk membayar daftar ulangnya.

Tapi saya tidak putus harapan, sampai saya menemukan sebuah pamflet dari salah salah satu Sekolah Tinggi yang hanya memiliki Program Studi S1 Teknik Informatika dan Sistem Informasi. Jujur, saya sempat mengurungkan niat saya untuk mendaftar kesana, karena saya tidak memiliki minat khusus untuk kedua jurusan itu. Akan tetapi, saya berfikir bahwa semakin lama saya menunda, semakin usia saya tidak produktif. Akhirnya saya putuskan mendaftar di jurusan Teknik Informatika pada Sekolah Tinggi yang jaraknya dekat dengan Universitas Paling di Incar se-Indonesia tersebut.

Kuliah semester pertama di almamater Ke-2 ini saya kelabakan. Bagaimana tidak, saya harus mencuri waktu bekerja dengan diam-diam pergi kuliah. Dosen saya berkata "Kalau kuliah, ya kuliah saja. Jangan bekerja". Dan saya menjawabnya "Maaf bu, kalau saya tidak bekerja bagaimana saya bisa membiayai kuliah saya. Saya kuliah untuk mengubah masa depan saya", kujelaskan selugas dan sejelas mungkin.Kuliah terus berlanjut sampai saya semester tiga, dan tiada disangka Kampus Excellent yang mana almamater ke-2 ku ini terpaksa ditutup, dan mahasiswanya (termasuk saya) di merger dengan sebuah Universitas yang letaknya paling ujung timur.

Dan hingga pada akhirnya, sekarang saya berada di almamater ke-3. Sempat terbesit keinginan, lebih baik saya tidak ikut ke Universitas ini. Saya ingin mengikuti jejak beberapa mahasiswa yang memberontak dengan melanjutkan ke Universitas lain. Tapi, saya bisa dapat uang dari mana untuk membayar segala sesuatunya. Ya, uang uang dan uang. Kendala utama ku. :||

Besok senin saya akan mengikuti ujian semester, akan tetapi saya tidak tahu bisa mengikuti ujian tersebut atau tidak. Karena saya belum lunas administrasi. Ya, berharap ada keajaiban yang berupa dispensasi atau ada dermawan yang melunasi administrasiku. Terkesan mengemis ya? Tak apalah, gengsi sudah saya buang jauh-jauh.

Tetapi kalau memang harus kandas ya biarlah kandas. Satu hal yang terus saya yakini, bila saya salah mengambil jalan, saya hanya perlu mencari sungai terdekat dan mengikuti alirannya, karena semua sungai akan bermuara ke laut yang satu. Begitu pula kehidupan ini, Tuhan sudah menciptakan muara yang nantinya sebagai 'laut hidup' saya.

Terimakasih banyak sudah menyempatkan waktu membaca setiap kata yang telah saya susun untuk meluapkan uneg-uneg saya ini.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun