Mohon tunggu...
IDRIS APANDI
IDRIS APANDI Mohon Tunggu... Penulis - Penulis 1070 lebih artikel dan 55 buku, trainer menulis, dan mengisi berbagai seminar/ workshop menulis, pendidikan, dan peningkatan mutu guru, baik di daerah maupun nasional.

Penulis 1070 lebih artikel dan 55 buku, trainer menulis, dan mengisi berbagai seminar/ workshop menulis, pendidikan, dan peningkatan mutu guru, baik di daerah maupun nasional.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Kaji Ulang Konsep dan Implementasi Proyek Penguatan Profil Pelajar Pancasila

23 Oktober 2024   23:29 Diperbarui: 26 Oktober 2024   06:10 297
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Oleh: IDRIS APANDI
(Praktisi Pendidikan, Penulis Buku Kajian Pancasila Kontemporer)

Salah satu program yang muncul sejalan dengan implementasi kurikulum merdeka pada jenjang PAUD, SD, SMP, dan SMA/SMK yang dimulai tahun pelajaran 2021/2022 adalah Proyek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5). Merujuk kepada panduan pengembangan P5 yang dibuat oleh Kemendikbudristek (revisi 2024), profil pelajar Pancasila adalah "Pelajar Indonesia merupakan pelajar sepanjang hayat yang kompeten, berkarakter, dan berperilaku sesuai nilai-nilai Pancasila." P5 adalah upaya untuk mewujudkan visi pendidikan Indonesia yaitu mewujudkan Indonesia maju yang berdaulat, mandiri, dan berkepribadian melalui terciptanya pelajar Pancasila.

Projek penguatan profil pelajar Pancasila merupakan pembelajaran kolaboratif lintas disiplin ilmu (lintas aspek perkembangan untuk jenjang PAUD). Projek penguatan profil pelajar Pancasila bertujuan mendekatkan pembelajaran dengan kehidupan nyata.

Oleh karena itu, pelaksanaannya harus kontekstual dengan memperhatikan ketersediaan sumber daya satuan pendidikan dan peserta didik. Projek penguatan profil pelajar Pancasila dirancang terpisah dari intrakurikuler dan berfokus untuk melihat proses, yaitu pengalaman peserta didik saat menjalani proses pengamatan, pengambilan data, pengolahan, eksekusi, evaluasi, dan refleksi.

Pada P5 dikembangkan 6 dimensi, yaitu (1) Beriman, bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, dan berakhlak mulia, (2) Berkebinekaan global, (3) Bergotong-royong, (4) Mandiri, (5) Bernalar kritis, dan (6) Kreatif. Beberapa kalangan, khususnya pakar pendidikan Pancasila, Pendidikan Kewarganegaraan, dan pendidikan karakter mempertanyakan alasan mengapa 6 dimensi ini yang muncul. Bukankah ada nilai-nilai lain yang lebih relevan dengan kebutuhan, situasi, dan kondisi bangsa?

Hal ini memang bersifat debatable, karena setiap orang punya pola pikir dan sudut pandang maisng-masing. Walau demikian, jika merujuk kepada panduan pengembangan P5, diharapkan pelajar Indonesia memiliki kompetensi untuk menjadi warga negara yang demokratis serta menjadi manusia unggul dan produktif di Abad ke-21 dan revolusi industri 4.0. Mungkin itu pertimbangan 6 dimensi tersebut dimunculkan menjadi kompetensi pelajar Pancasila.

Selain dikembangkan 6 dimensi, pada P5 juga dikenal ada tema-tema yang bisa menjadi pilihan. Tema proyek P5 pada jenjang PAUD ada 4, yaitu (1) Aku Sayang Bumi, (2) Aku Cinta Indonesia, (3) Kita Semua Bersaudara, dan (4) Imajinasi dan Kreativitasku. Tema proyek P5 pada jenjang SD/SDLB/ MI, SMP/SMLB/MTs, SMA/SMALB/MA, SMK/SMKLB/MAK, dan sederajat sebanyak 7 tema, yaitu (1) Gaya Hidup Berkelanjutan, (2) Kearifan Lokal, (3) Bhinneka Tunggal Ika, (4) Bangunlah Jiwa dan Raganya, (5) Suara Demokrasi, (6) Kewirausahaan, dan (7) Rekayasa Teknologi. Khusus untuk SMK ditambah tema Kebekerjaan.  

Tema-tema tersebut dipilih dan dilaksanakan sesuai dengan kemampuan dan kondisi sekolah masing-masing. Jumlahnya 1 s.d. 2 atau 3 tema dalam 1 tahun ajaran. Sekolah diberikan keleluasaan dalam melaksanakan P5, yaitu; (1) setiap hari selama 2 JP setelah jam pelajaran selesai, (2) 1 hari tertentu pada setiap minggu, dan (3) menggunakan sistem blok. P5 dilaksanakan selama waktu tertentu. Guru tidak melaksanakan pembelajaran karena peserta didik fokus mengerjakan proyek dan guru membimbing peserta didik dalam pelaksanaannya.

Tujuan dari P5 pada dasarnya bagus, yaitu untuk mewujudkan manusia Indonesia yang pancasilais. Tetapi pelaksanaannya tidak seindah di atas kertas. Sekolah banyak yang masih bingung bagaimana cara melaksanakan P5. Akibatnya, banyak terjadi miskonsepsi.

P5 dipahami dan dilaksanakan sebagai kegiatan yang orientasinya menghasilkan karya dan diakhiri dengan gelar karya dalam bentuk pameran atau pentas seni. Bahkan karya atau hasil proyek peserta didik dilombakan. P5 seolah identik dengan mata pelajaran prakarya, seni, atau terkesan menjadi pembelajaran berbasis proyek. Peserta didik sibuk mengerjakan proyek, sedangkan nilai-nilai Pancasilanya kurang tertanam dan dikuatkan ke dalam jiwa peserta didik. Padahal, substansi P5 adalah penguatan karakter, bukan berorientasi kepada produk atau hasil, tetapi kepada proses.

Proyek Penguatan Profil Pelajar Pancasila walau ada label Pancasilanya, tetapi pada praktiknya tidak mengedepankan 5 sila Pancasila sebagai nilai-nilai sentral. Sevara konsep, pada P5 dibuat dimensi, tema, elemen, dan subelemen Profil Pelajar Pancasila. Proyek kurang difokuskan sebagai sarana penguatan ideologi dan moral Pancasila, tetapi lebih kepada proyek atau aktivitas peserta didik yang dibungkus melalui beragam tema dan kegiatan. Hal ini yang dianggap keliru atau kurang tepat oleh sebagian pakar, praktisi, dan pengamat pendidikan.

Peserta didik lebih hapal yel-yel dan lagu profil pelajar Pancasila dibandingkan dengan sila-sila Pancasilanya itu sendiri. Hal ini cukup ironis karena di satu sisi yang dikedepankan adalah Pancasila, tetapi sila-sila Pancasilanya tidak menjadi inspirasi secara eksplisit dalam pelaksanaan proyek. Mungkin saja ada argumen atau pendapat bahwa materi Pancasila sudah ada pada pelajaran Pendidikan Pancasila (kegiatan intrakurikuler), tetapi pada jenjang PAUD tidak ada Pendidikan Pancasila.

Selain itu, pada jenjang SD/sederajat, SMP/sederajat, dan SMA/SMK/sederajat, walau ada mata pelajaran pendidikan Pancasila, materinya tidak hanya Pancasila saja, tetapi ada juga materi lainnya. Materi khusus Pancasila pun hanya terdapat pada bab tertentu saja dan tidak dipelajari pada setiap kelas.

Banyak pakar pendidikan berpendapat bahwa 5 sila Pancasila seharusnya yang menjadi titik sentral yang kemudian dikembangkan menjadi elemen, sub-elemen, atau indikator/subindikatornya. Tidak harus membuat yang baru yang kurang jelas atau kurang kuat landasan filosofis dan landasan teorinya. P5 yang hanya dilaksanakan sebagai program yang berorientasi pada dihasilkannya produk atau gelar karya berdampak tidak tercapainya penguatan nilai-nilai Pancasila yang hakiki.

Dulu, waktu orde baru, dikenal adanya Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila (P4). 5 sila Pancasila dijabarkan menjadi butir-butir P4. Dibalik ada kekeliruan dalam pelaksanaannya, butir-butir P4 jelas sumber rujukannya, yaitu 5 sila Pancasila.

Secara konsep, P4 sudah bagus dan bisa diadaptasi serta bisa direvisi sesuai dengan kebutuhan, tetapi, kadang, diakui atau tidak, bangsa kita mengidap "alergi" sejarah atau "alergi" rezim sehingga enggan mengambil hal-hal yang baik dari masa kepemimpinan sebelumnya. Kadang khawatir tidak disebut kurang kreatif jika mengadaptasi konsep yang lama.

Pada SK Kepala BSKAP Nomor 009/H/2022 tentang Dimensi, Elemen, dan Sub-elemen Profil Pelajar Pancasila pada Kurikulum Merdeka pada bagian pendahuluan disebutkan bahwa Profil pelajar Pancasila merupakan bentuk penerjemahan tujuan pendidikan nasional. Profil pelajar Pancasila berperan sebagai referensi utama yang mengarahkan kebijakan-kebijakan pendidikan termasuk menjadi acuan untuk para pendidik dalam membangun karakter serta kompetensi peserta didik. Tidak secara eksplisit dinyatakan bahwa profil pelajar Pancasila adalah sarana untuk sosialisasi, internalisasi, dan membumikan nilai-nilai Pancasila sebagai ideologi dan falsafah bangsa kepada peserta didik melalui beragam kegiatan.

Pada SK Kepala BSKAP Nomor 031/H/KR/2024 tentang Kompetensi dan Tema Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila pada bagian konsiderannya hanya dicantumkan bahwa perlu ditetapkan kompetensi dan tema Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila.

Kemudian pada penjabaran dimensi, elemen, sub-elemennya tidak dikaitkan secara eksplisit dengan sila-sila Pancasila walaupun kalau secara implisit bisa saja dikait-kaitkan sila-sila Pancasila. Hanya, kalau secara implisit, peserta didik belum tentu memahami bahwa proyek yang dilakukannya tersebut dalam rangka penguatan nilai-nilai Pancasila. Hal yang diketahui oleh peserta didik, mereka hanya mengerjakan tugas proyek dari guru.

Secara konsep, memang hal-hal yang tercantum pada dimensi elemen, dan sub-elemen pelajar Pancasila dicantumkan hal yang baik dan ideal, panduan pengembangan P5 pun sudah dibuat oleh Kemdikbudristek.  Walau demikian, sebaiknya konsep dan implementasinya sebaiknya dikaji ulang. Hal ini didasari oleh kondisi empirik bahwa banyak sekolah dan guru yang secara teknis dan operasional bingung menerapkan P5.

Deskripsi yang tercantum pada alur pengembangan dimensi, elemen, dan sub-elemen sulit dipahami oleh guru atau fasilitator P5 karena terkesan rigid. Guru juga kesulitan menyandingkannya dengan tema atau proyek yang dilakukan.

Akibatnya, terjadi miskonsepsi dalam pelaksanaannya. Akibat mengalami kebingungan, pelaksanaan P5 banyak yang copas dari sekolah lain atau dari internet. Prinsipnya, yang penting proyek dilaksanakan dan administrasi lengkap. Pada pelaksanaan proyek, antara deskripsi dimensi dan tema proyek seolah berjalan sendiri-sendiri. Belum ada instrumen yang untuk mengontrol keterpaduannya. Orang tua pun ada yang mengeluhkan P5 karena kegiatan ini karena dinilai merepotkan dan mengeluarkan biaya (dampak miskonsepsi pelaksanaan P5) sehingga mereka merasa keberatan dengan P5.

Adanya kewajiban membuat modul proyek, lembar kerja, instrumen asesmen, dan rapor P5 juga menjadi beban administrasi tambahan bagi guru karena mereka pun sudah terbebani dengan administrasi pembelajaran seperti RPP/Modul Ajar, penjabaran TP dan ATP, dan instrumen asesmen sesuai dengan kelas atau mata pelajaran yang diampunya.

P5 substansinya adalah pendidikan karakter. Sebelum adanya P5, di sekolah sudah ada pendidikan karakter dengan beragam istilah seperti pendidikan budi pekerti, pendidikan karakter dan budaya, penguatan pendidikan karakter. Selain itu juga ada kegiatan pembiasaan dan ekstrakurikuler pendidikan kepramukaan atau bentuk lainnya. Oleh karena itu, secara substansi, P5 sebenarnya bukan hal yang baru. Hanya pengembangan dan modifikasi dari program yang sudah ada sebelumnya.

Kita tentu sepakat bahwa pendidikan karakter sangat penting. Walau demikian, jangan sampai teknisnya justru terjebak dan berkutat pada hal-hal yang sifatnya administratif dan lebih menonjolkan glorifikasinya sehingga kurang bermakna. Pendidikan karakter bisa dilakukan mulai dari hal-hal yang sederhana, seperti 5 S (senyum, salam, sapa, sopan, dan santun), pembiasaan membaca kitab suci, pembiasaan sholat dhuha bagi peserta didik yang beragama Islam, pembiasaan menjaga kebersihan, menumbuhkan sikap saling menghormati dan saling menghargai, menumbuhkan budaya toleransi, gotong royong, kegiatan bakti sosial, peringatan hari besar nasional, peringatan hari besar keagamaan, penyediaan kotak barang temuan, berpartisipasi pada kegiatan sosial di lingkungan tempat tinggal, dan sebagainya. Gerakan literasi, Gerakan Sekolah Sehat, atau gerakan anti bullying juga bisa menjadi bagian dari pendidikan karakter berdasarkan Pancasila.

Masyarakat berharap banyak kepada Mendikbuddasmen Prof. Abdul Mu'ti untuk melakukan pembenahan dan perbaikan tata kelola pendidikan, termasuk mengkaji konsep dan implementasi P5. Jika P5 masih mau dipertahankan sebagai, maka nilai sentralnya idealnya sila-sila Pancasila.

Tetapi jika ada perubahan, tentunya diharapkan perubahan yang lebih mudah dipahami dan lebih praktis. Intinya, pendidikan karakter bukan berisi tumpukan administrasi dan kegiatan seremoni, tetapi keteladanan yang menjadi inspirasi menjadi pribadi terpuji.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun