Mohon tunggu...
IDRIS APANDI
IDRIS APANDI Mohon Tunggu... Penulis - Penikmat bacaan dan tulisan

Pemelajar sepanjang hayat.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

5 Tips dan Trik Menjadi Presenter yang Hebring dan Tidak Garing

8 Januari 2024   23:36 Diperbarui: 9 Januari 2024   16:32 733
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi presentasi. Sumber: Pexels.com

Kalau pun perlu ada gambar pada slide bahan tayang, harus relevan dengan materi yang dibahas dan bertujuan sebagai penguat, pelengkap, atau penegas dari materi yang ada pada slide bahan tayang. Selain ukuran huruf, perhatikan juga penggunaan jenis huruf, warna background dan warna huruf.

Jangan sampai tidak jelas atau tidak nyaman di mata. Sebaiknya antara background dan warna huruf kontras supaya lebih jelas dibacanya. Bahan tayang saat ini bisa dibuat dalam bentuk power point (PPt), canva, atau peta konsep (mind mapping). Bahan tayang pun bisa dibuat secara interaktif dengan menggunakan aplikasi seperti padlet, mentimeter, atau aplikasi digital lainnya.

Kedua, kuasai materi dengan baik. Jangan sampai saat presentasi kita terlihat kurang percaya diri kurang perform sebagai akibat dari kurang menguasai materi. Jika kurang menguasai pada saat presentasi, sama halnya dengan "bunuh diri". Apalagi jika peserta yang hadir di ruangan seminar juga ada ahli, pakar, atau praktisi yang kritis dan menguasai materi yang dipresentasikan oleh kita. 

Mereka bisa saja bertanya atau mengkritisi materi yang disampaikan oleh kita. Oleh karena itu, sebelum presentasi, baca lagi materi yang akan dipresentasikan, jika dirasa perlu revisi (memperbaiki, menambah atau mengurangi bahan) maka segera lakukan. Perbanyak membaca dari berbagai sumber untuk menambah pengetahuan kita, karena ilmu pengetahuan bersifat dinamis dan memiliki kebaruan.

Pada momen tertentu, mungkin saja ada audience yang mengkritisi, menyanggah, atau melengkapi presentasi kita. Hal tersebut tidak perlu membuat kita down, baper, atau merasa kurang dihargai oleh audience. Kita harus tetap tenang, ucapkan terima kasih kepada audience yang memberikan masukan, dan mengambil sisi baiknya, yaitu kita mendapatkan ilmu baru dari orang lain. 

Dalam  sebuah proses pembelajaran, presenter bukan satu-satunya sumber belajar, orang yang paling tahu, atau orang yang paling bisa, tetapi bisa saja presentasi yang disampaikannya menjadi pemantik untuk terjadinya sharing, diskusi, dan saling melengkapi dalam sebuah proses pembelajaran.

Ketiga, jelaskan dengan lugas menggunakan kalimat yang mudah dipahami oleh audience. Penjelasan yang lugas dan mudah dipahami akan menjadi daya tarik tersendiri dalam sebuah presentasi. Selain menggunakan kalimat yang mudah dipahami, gunakan juga gunakan alat peraga/media, analogi yang familiar dan contoh-contoh yang bersifat kontekstual. Dengan cara seperti itu, maka audience dapat menangkap pesan atau makna dari materi yang disampaikan.

Agar penjelasan bisa disesuaikan dengan kebutuhan audience, maka akan sangat baik jika sebelum menyusun bahan presentasi dan menyampaikannya, terlebih dahulu cari informasi dan pelajari latar belakang audience yang akan hadir, seperti latar belakang pekerjaan, gender, kelompok usia (anak-anak, remaja, atau dewasa), atau kelompok sosial tertentu. Penggunaaan isyarat, raut muka, tatapan mata, dan bahasa tubuh yang sesuai juga akan membantu saat presentasi. Perhatikan volume/nada bicara, kecepatan berbicara, dan kejelasan pelafalan huruf atau kata.

Keempat, bangun chemistry dengan audience, gunakan ice breaker, dan humor untuk mencairkan suasana. Membangun chemistry antara presenter dan audience merupakan hal yang sangat penting agar presentasi berjalan lancar dan menarik minat serta antusiasme audience untuk mengikutinya. Membangun chemistry sebaiknya dilakukan sejak awal presentasi. 

Bentuknya, misalnya sapaan yang ramah, mengapresiasi dan menghargai semangat dan kehadiran audience, menceritakan kesan positif kita terhadap profesi audience, menceritakan kesan atau kenangan indah terkait kota atau tempat berlangsungnya kegiatan, dan sebagainya.

Sebagai pemanasan sebelum presentasi, presenter juga bisa mencairkan suasana melalui kuis, tanya jawab ringan, atau ice breaker. Presentasi yang terlalu lama berpotensi membuat audience bosan. Oleh karena itu, presenter harus peka dan mampu membaca suasana. Saat audience terlihat bosan, maka presenter harus mencairkan suasana melaui ice breaker lagi. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun