Mohon tunggu...
IDRIS APANDI
IDRIS APANDI Mohon Tunggu... Penulis - Penulis 1070 lebih artikel dan 55 buku, trainer menulis, dan mengisi berbagai seminar/ workshop menulis, pendidikan, dan peningkatan mutu guru, baik di daerah maupun nasional.

Penulis 1070 lebih artikel dan 55 buku, trainer menulis, dan mengisi berbagai seminar/ workshop menulis, pendidikan, dan peningkatan mutu guru, baik di daerah maupun nasional.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Transisi PAUD ke SD dan Urgensi Pembelajaran Berdiferensiasi

9 April 2023   14:20 Diperbarui: 10 April 2023   00:16 726
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Calistung merupakan kemampuan dasar yang harus dimiliki oleh peserta didik untuk mempelajari berbagai materi pelajaran. Oleh karena itu, sesuai dengan konsep pembelajaran berdiferensiasi, guru perlu menggunakan beragam strategi, metode, dan media pembelajaran agar peserta didik bisa memahami calistung. 

Guru perlu telaten dan bersabar dalam mengajarkan calistung karena kemampuan setiap anak beragam serta menyiasati cara yang paling efektif untuk mengajarkan calistung.

Dalam konteks literasi dan numerasi, pembelajaran calistung adalah sebagai fondasi untuk menguatkan literasi dan numerasi. Kembali faktor guru menjadi penentu. Kepiawaian guru menyajikan materi akan sangat menentukan keberhasilan calistung. 

Guru PAUD dan SD harus piawai bernyanyi, bercerita, mendongeng, membuat media pembelajaran yang sederhana, dan membuat soal dalam bentuk cerita atau gambar.

Anak yang memiliki gaya belajar auditori akan lebih cepat memahami materi melalui media rekaman, memutar audio-video, mendengarkan cerita, atau membaca dengan suara nyaring. 

Anak yang memiliki gaya belajar visual akan lebih cepat memahami materi melalui benda-benda visual seperti kartu angka, kartu huruf, kartu kata, gambar, komik, benda konkret, berkunjung ke sebuah lokasi, demonstrasi, dan sebagainya. Sedangkan anak yang memiliki gaya belajar kinestetik akan lebih mudah memahami materi pelajaran melalui praktik, simulasi, dan gerakan tubuh.

Pada saat pembelajaran, guru bisa mencoba menempatkan peserta didik yang memiliki gaya belajar visual pada bangku baris paling depan dengan pertimbangan agar mereka bisa lebih jelas melihat video atau gambar yang ditampilkan oleh guru. 

Peserta didik yang memiliki gaya belajar auditori ditempatkan pada bangku baris tengah dengan pertimbangan agar bisa mendengar suara guru dengan jelas. Dan peserta didik yang memiliki gaya belajar kinestetik pada bangku baris paling belakang dengan pertimbangan agar tidak mengganggu teman-temannya saat belajar.

Pelaksanaan pembelajaran berdiferensiasi perlu diawali dengan asesmen diagnostik, yaitu asesmen yang bertujuan untuk mengetahui kemampuan awal, minat, kebutuhan, dan gaya belajar peserta didik. 

Asesmen diagnostik meliputi asesmen diagnostik kognitif dan asesmen diagnostik non-kognitif. Instrumen asesmen kognitif misalnya pre test, tanya jawab, kuis, atau game. 

Sedangkan asesmen non-kognitif dilakukan melalui angket, wawancara dengan peserta didik atau orangtua peserta didik, observasi ke tempat tinggal peserta didik, dan studi dokumentasi hasil tes psikologi atau nilai rapor. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun