Banyak orangtua yang merasa bangga jika anaknya yang masih belajar di PAUD tetapi sudah menguasai calistung atau kemampuan akademik lainnya. Anaknya tersebut dianggap cerdas, padahal hal tersebut menyalahi konsep pembelajaran di PAUD dan mengorbankan hak anak untuk bermain sesuai dengan usia dan kebutuhan mereka.
Mas Menteri menyampaikan bahwa pada jenjang PAUD, dan SD kelas awal masa transisi dari PAUD, perlu ditanamkan fondasi, yaitu:Â
(1) mengenal nilai agama dan budi pekerti, (2) keterampilan sosial dan bahasa untuk berinteraksi, (3) kematangan emosi untuk kegiatan di luar sekolah, (4) kematangan kognitif untuk melakukan kegiatan belajar seperti kepemilikan dasar literasi dan numerasi, (5) pengembangan keterampilan motorik dan perawatan diri untuk berpartisipasi di lingkungan belajar secara mandiri, dan (6) pemaknaan terhadap belajar yang positif.
Saya kira keenam hal tersebut di atas merupakan hal yang sangat penting ditanamkan kepada anak PAUD dan SD karena usia mereka adalah usia yang sangat strategis dalam pembentukan karakter.Â
Apalagi saat ini sejalan dengan implementasi kurikulum merdeka ada Proyek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5) yang pada intinya peserta didik diarahkan menjadi insan Pancasilais, yaitu insan yang mengetahui, memahami, dan melaksanakan Pancasila dalam kehidupan sehari-hari.
Di negara seperti Jepang dan Australia, pembentukan karakter menjadi prioritas pada pendidikan level PAUD dan SD. Di Jepang, anak diajarkan kemandirian, kesantunan, kecakapan sosial, dan cinta kebersihan. Di Australia, guru lebih khawatir murid-muridnya tidak mau antre daripada tidak bisa mengerjakan soal matematika.
Dalam konteks pembelajaran, pada jenjang PAUD maupun jenjang SD diperlukan pembelajaran berdiferensiasi, yaitu pembelajaran yang disesuaikan dengan karakter, minat, kebutuhan, dan gaya belajar peserta didik.Â
Setiap anak memerlukan proses yang beragam untuk menguasai sebuah materi. Kemampuan peserta didik SD yang sebelumnya belajar di PAUD dengan tidak belajar di PAUD tentunya akan berbeda.Â
Anak yang sebelum masuk SD belajar dulu di PAUD, akan memiliki kesiapan yang lebih baik untuk belajar dan relatif lebih cepat memahami materi pelajaran dibandingkan dengan anak yang langsung masuk SD tanpa belajar dulu di PAUD.
Berkaitan dengan hal tersebut, Mas Menteri berpesan kepada guru PAUD dan SD untuk mengenali karakter peserta didik dan mengidentifikasi kebutuhan belajarnya supaya mendapatkan layanan pembelajaran yang optimal.Â
Sesuai dengan usia dan perkembangan pola pikirnya, anak PAUD dan SD kelas 1 lebih suka dengan pembelajaran dalam bentuk permainan, belajar melalui benda-benda yang konkret, belajar mulai dari hal yang sederhana, nyanyian, dongeng, media-media bergambar, dan sebagainya.