Peserta didik yang memiliki gaya belajar auditori lebih cepat memahami materi pelajaran melalui indera pendengaran. Media yang sesuai misalnya menyimak rekaman audio, menonton video bersuara, menyimak penjelasan guru, menyimak suara temannya, atau membaca dengan suara nyaring.
Peserta didik yang memiliki gaya belajar visual lebih cepat memahami materi pelajaran melalui tampilan gambar, video, melihat langsung sebuah tempat atau objek tertentu, dan membaca buku-buku bergambar. Sedangkan peserta didik yang memiliki gaya belajar kinestetik lebih mudah memahami materi pelajaran melalui gerakan atau praktik.
Strategi pembelajaran berdiferensiasi berbasis proses intinya adalah guru menerapkan beragam pendekatan, strategi, dan metode pembelajaran yang sesuai dengan situasi, kondisi, dan kebutuhan peserta didik. Oleh karena itu, guru harus terampil dalam mengelola proses pembelajaran.
Guru pun harus memiliki keterampilan proses seperti kemampuan menjelaskan, kemampuan bertanya, kemampuan membentuk dan membimbing kelompok, kemampuan menggunakan media pembelajaran, bahasa tubuh yang baik, dan sebagainya.
Strategi pembelajaran diferensiasi berbasis produk intinya adalah guru memberikan kebebasan kepada peserta didik untuk membuat produk sebagai ekspresi atau bukti pemahaman atau penguasaan materi.Â
Misalnya saat tujuan pembelajarannya peserta didik dapat menggambar pemandangan alam, maka guru memberikan kebebasan kepada peserta didik untuk melukis pemandangan alam di desa, kota, daerah pegunungan, daerah pesisir pantai, daerah pertanian, dan sebagainya.
Strategi pembelajaran berdiferensiasi berbasis lingkungan, misalnya peserta didik ada lebih nyaman belajar di dalam kelas atau di luar kelas, belajar sendiri atau berkelompok, belajar disertai bimbingan intensif atau belajar secara mandiri, belajar dalam suasana hening atau suasana yang ramai, dan sebagainya.
Memberikan Kesempatan Peserta Didik untuk Belajar dari Kegagalan
Memberikan kesempatan peserta didik untuk belajar dari kegagalan tujuannya supaya peserta mau mencoba, tidak takut gagal, dan mengambil hikmah atau pelajaran dari kegagalan tersebut untuk perbaikan atau peningkatan mutu proses dan hasil.Â
Misalnya, sebuah perusahaan memiliki bagian yang bertugas untuk meneliti dan mengembangkan inovasi produknya. Dalam proses pembuatannya belum tentu berjalan mulus. Mungkin mengalami trial and error hingga dihasilkan produk yang diharapkan.
Contoh yang lebih sederhana, misalnya, saat seorang ibu membuat cake atau bolu belum tentu hasilnya langsung bagus. Mungkin saja mengalami beberapa kali kegagalan seperti cake-nya gosong, keras, bolunya tidak mengembang dengan baik tapi terus dicoba hingga akhirnya menghasilkan cake atau bolu yang rasanya enak dan empuk.