Mohon tunggu...
IDRIS APANDI
IDRIS APANDI Mohon Tunggu... Penulis - Penulis 1070 lebih artikel dan 55 buku, trainer menulis, dan mengisi berbagai seminar/ workshop menulis, pendidikan, dan peningkatan mutu guru, baik di daerah maupun nasional.

Penulis 1070 lebih artikel dan 55 buku, trainer menulis, dan mengisi berbagai seminar/ workshop menulis, pendidikan, dan peningkatan mutu guru, baik di daerah maupun nasional.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Literasi dan Numerasi dalam Pembelajaran Berdiferensiasi

18 Januari 2023   01:11 Diperbarui: 18 Januari 2023   16:19 4926
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Literasi dan numerasi dalam pembelajaran berdiferensiasi dilakukan oleh guru dengan mengarahkan anak untuk belajar melalui berbagai sumber belajar. Bukan hanya buku pelajaran, tetapi juga bisa melalui audio, video, audio-visual, gerakan, praktik, observasi, kunjungan lapangan, dan sebagainya. Hal tersebut tidak lepas dari gaya belajar peserta didik. Ada 3 gaya belajar, yaitu (1) auditori, (2) visual, dan (3) kinestetik.

Peserta didik yang memiliki gaya belajar auditori lebih mudah memahami materi pelajaran melalui indera pendengaran seperti dibacakan cerita, mendengarkan suara, mendengarkan rekaman, atau membaca tulisan secara nyaring. 

Peserta didik yang memiliki gaya belajar visual lebih mudah memahami materi pelajaran melalui indera penglihatan seperi melihat gambar, video, grafik, bagan, berkunjung secara langsung ke sebuah tempat, mengamati objek, membaca dan memberikan tanda pada tulisan yang dibacanya. Peserta didik yang memiliki gaya belajar kinestetik lebih mudah memahami materi pelajaran melalui gerakan, praktik, atau membuat produk.

Penguatan literasi dan numerasi dalam pembelajaran berdiferensiasi dilakukan melalui penerapan pendekatan saintifik yang dikenal dengan 5 M (mengamati, menanya, mengumpulkan, menalar, dan mengomunikasikan), penerapan model-model pembelajaran aktif-kolaboratif yang mengarah kepada peningkatan kemampuan berpikir kritis dan kreatif, serta peningkatan level berpikir peserta didik dari level berpikir tangkat rendah (lower order thinking skill/LOTS) menuju kemampuan berpikir tingkat tinggi (higher order thinking skill/HOTS).

Hal yang fundamental dalam penguatan literasi dan numerasi dalam pembelajaran berdiferensiasi adalah guru harus bisa membuat peserta didik berminat dan gemar membaca, karena membaca merupakan sarana pembuka ilmu pengetahuan. 

Jika minat baca peserta didik masih rendah, maka peningkatan mutu literasi dan numerasi akan sangat sulit untuk dilakukan. 

Untuk meningkatkan minat baca, maka sekolah perlu menyediakan beragam bahan bacaan yang sesuai dengan tingkat perkembangan berpikir dan kebutuhan peserta didik. Wallaahu a'lam.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun