Produk setiap peserta didik tidak perlu dibandingkan-bandingkan karena jenis produknya pun berbeda walau bahan dan tujuannya sama. Misalnya, jika materinya tentang singkong dan guru menugaskan peserta didik untuk membuat ragam makanan olahan berbahan dasar singkong, maka peserta didik bebas untuk membuat berbagai makanan olahan dari singkong, seperti singkong rebus, singkong goreng, keripik singkong, tape singkong, getuk singkong, kolak singkong, combro, dan sebagainya.
Beragam produk yang dibuat tersebut tentunya akan menjadi sebuah keunggulan, ciri khas, dan keunikan bagi setiap peserta didik. Mereka menjadi juara pada konteks kemampuannya masing-masing. Intinya, diferensiasi produk adalah peserta didik mampu memperlihatkan penguasaan materi melalui produk yang dibuatnya sendiri.
Diferensiasi lingkungan belajar kaitannya dengan lingkungan belajar yang kondusif untuk belajar peserta didik. Misalnya belajar di dalam kelas atau belajar di luar kelas, belajar dalam suasana hening atau ramai, belajar secara daring, luring, atau kombinasi (blended learning), belajar secara mandiri atau berkelompok, atau belajar secara klasikal atau terbimbing.Â
Intinya, lingkungan belajar yang sesuai dengan karakter dan kebutuhan peserta didik akan mendukung pencapaian kompetensi peserta didik.
Literasi membaca pada dasarnya berkaitan dengan kemelekkan huruf, kata, kalimat, paragraf, simbol, data, dan informasi untuk dijadikan sebagai pertimbangan untuk mengambil keputusan.Â
Sedangkan numerasi adalah kemampuan untuk mengenal dan memahami angka, menghitung, mengolah data numerik, menganalisis data numerik, memaknainya, dan menjadikannya untuk menyelesaikan masalah.
Literasi dan numerasi pada dasarnya adalah 2 hal yang tidak terpisahkan alias saling berkaitan. Literasi dan numerasi termasuk ke dalam jenis literasi dasar.Â
Pengukuran kemampuan literasi membaca terdiri dari 3 level kognitif, yaitu; (1) menemukan informasi (access and retrieve) yang meliputi; menemukan, mengidentifikasi, dan mendeskripsikan. (2) memahami (interprate and integrate) yang meliputi; membandingkan dan mengontraskan ide atau informasi dalam atau antarteks, membuat kesimpulan, mengelompokkan, dan mengombinasikan ide dan informasi. dan (3) mengevaluasi dan merefleksi (evaluate and reflects) yang meliputi; menganalisis, memprediksi, dan menilai konten. Literasi membaca tidak hanya berkaitan dengan kemelekkan terhadap informasi yang bersifat deskriptif non-numerik, tetapi juga bisa deskriptif numerik.
Pengukuran numerasi pada 3 level kognitif, yaitu; (1) mengetahui (knowing) yang meliputi; mengingat, mengidentifikasi, mengklasifikasikan, menghitung, mengambil/memperoleh, dan mengukur, (2) penerapan (applying) yang meliputi; memilih/menentukan, menyatakan/membuat model, dan menerapkan/melaksanakan, dan (3) menalar (reasoning) yang meliputi; menganalisis, memadukan (mensintesis), mengevaluasi, menyimpulkan, dan membuat justifikasi.
Numerasi bukan hanya sekadar kemampuan menghitung, melainkan kemampuan mengaplikasikan konsep hitungan di dalam suatu konteks, baik nyata maupun abstrak.Â
Melalui literasi numerasi, peserta didik diarahkan untuk mengenal, mengidentifikasi, memahami, memaknai informasi yang di dalamnya ada data-data matematis-numerik yang harus diolah atau diselesaikan dan menjadi dasar untuk mengambil keputusan atau menyelesaikan masalah.